Sumber Gambar

Nikita Mirzani, seorang artis terkenal, ternyata pernah menempuh pendidikan di salah satu pondok pesantren terbesar di Pulau Jawa, yaitu Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Meskipun hanya menjadi santri selama dua tahun enam bulan, Nikita memiliki pengalaman yang menarik selama masa tersebut.

Menurut Gus Miftah, Nikita Mirzani sempat menjadi santri di Gontor, meskipun akhirnya tidak lulus. Jika dia berhasil lulus, mungkin dia akan menjadi ustadzah. Video yang diunggah oleh akun Instagram @bundsteutic menunjukkan Nikita bersama Gus Miftah mengisi acara keagamaan yang dihadiri oleh banyak tamu santri.

Alasan Nikita Mirzani memilih untuk masuk ke pondok pesantren adalah karena dia ingin mencari suasana baru. Meskipun tidak melanjutkan hingga lulus, pengalaman sebagai santri di Gontor tentu memberikan warna tersendiri dalam perjalanan hidupnya. Semoga artikel ini memberikan wawasan lebih tentang perjalanan pendidikan dan kehidupan Nikita Mirzani! Semoga ke depannya Nikita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Belajar di pesantren memiliki keunikan dan nilai-nilai yang mendalam dalam membentuk pribadi individu. Pesantren bukan hanya sekadar tempat pendidikan formal, melainkan juga lingkungan di mana peserta didik dapat mendalami agama, etika, dan moralitas. Dalam pesantren, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan agama Islam, tetapi juga diajarkan tentang kepemimpinan, tanggung jawab sosial, dan disiplin diri. Program pendidikan pesantren yang mencakup pembelajaran klasikal, seperti ilmu agama dan bahasa Arab, hingga pembelajaran praktis dalam kehidupan sehari-hari menciptakan suasana pembelajaran yang holistik.

Selain itu, belajar di pesantren juga memfasilitasi pembentukan komunitas yang kuat. Interaksi antara guru dan santri tidak hanya terbatas di dalam kelas, tetapi juga melibatkan kehidupan sehari-hari di pondok. Hal ini menciptakan ikatan yang erat antara sesama santri dan guru, membentuk solidaritas dan rasa kebersamaan yang mendalam. Pesantren juga menjadi tempat di mana nilai-nilai sosial dan kemanusiaan diajarkan secara konkret, membantu siswa memahami nilai-nilai saling menghormati dan tolong-menolong. Dengan demikian, pesantren bukan hanya sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai tempat pembentukan karakter dan pembangunan jati diri yang kokoh.


Sumber: Link Referensi