ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #16 : Coklat


“Seratus sepuluh kalori … yaikkss!!”

“Seratus sepuluh per sajian. Satu porsi tiga sajian jadi satu batang coklat ini tiga ratus tiga puluh kalori.”

“YAIKKSSSS!!”

Bagi banyak pasangan Valentine seharusnya menjadi hari yang romantis, tapi tidak bagiku. Jika pacarku adalah wanita lain mungkin aku sudah saling menyuap parfait coklat di kafe eksklusif yang reservasinya punya daftar antri satu minggu. Sayangnya pacarku adalah Alea, perempuan paling takut gemuk sedunia.

“Tiga ratus tiga puluh, berarti aku harus lari enam puluh lima menit lebih lama. Yaikks! Aku benci valentine.”

Apa sih yang dia khawatirkan? Beratnya cuma 45 kilo padahal tingginya nyaris 170. Kalau begini terus dia bisa mati karena anoreksia.

“Sayang, kamu itu kurus. Kurus banget malah. Harusnya kamu makan sedikit lebih banyak.”

“Biar apa? Biar dadaku jadi gede kayak kau?”

Itu cibiran yang sangat tajam. Kuakui dadaku memang jadi agak menonjol belakangan ini. Aku harus coba diet mulai besok.

“Maksudku itu kalau kau terlalu kurus kau bisa sakit lo. Aku nggak akan benci kau kalau kau lebih gemuk, itu lebih sehat.”

“Kau ngomongin kesehatan tapi malah makan coklat. Kalau memang suka yang bilang aja, nggak usah munafik.”

Aku suka kejujurannya, tapi kadang kejujuran itu menyakitkan.

“Tapi kenapa sih kau takut banget gemuk? Bukannya aku protes, tapi sikapmu ini udah ekstrim lo.”

Alea memasang muka jijik lalu membuang coklat batang yang masih sisa separuh begitu saja. Padahal sudah susah payah aku membujuknya makan coklat dengan alasan Valentine. Jika bukan karna itu dia hanya akan makan coklat jika sedang mabuk.

“Kau tau nggak kalau 8 dari 10 korban bully itu bertubuh gemuk? Kalau kau berbeda, kau pasti diasingkan. Lagian buat apa sih ngerayain valentine? Itu cuma akal-akalan perusahaan coklat. 14 Februari itu tanggal kematian St. Valentine jadi sebenarnya kau ngerayain kematian seseorang.”

Aku langsung mengerti akar permasalahannya. Ibu Alea pernah bilang kalau semasa kecil Alea sering diganggu teman-temannya. Apa gara-gara itu dia bertekad tak ingin jadi gemuk meskipun sedikit?

Sudah satu tahun lamanya aku berpacaran dengan Alea. Sikapnya memang judes, tapi aku menyukai hal itu darinya. Dia cantik dan penuh dengan kejutan. Alea seperti sekotak coklat, kau tak pernah tahu apa yang akan kau dapat.

“Aku dulu punya teman. Namanya Vigo. Dia gemuk, tapi kami berteman baik. Aku bahkan ikut bakar dupa di pemakaman kakeknya. Jadi gemuk itu bukan kejahatan. Kau nggak perlu takut gemuk.”

“Gampang aja kalau kau yang bilang. Udahlah! Pokoknya aku nggak mau makan coklat lagi untuk tahun ini.”

Masih ada sepuluh setengah bulan lagi untuk tahun ini. Aku benar-benar khawatir.

“Kau tahu nggak kenapa coklat yang dipilih jadi simbol hari cinta? Itu karena makanan manis bisa memperbaiki mood. Kita jarang banget punya quality time. Aku cuma pengen kita bisa lebih santai ke satu sama lain.”

“Kalau gitu kau harusnya bawa aku ke spa, bukan kasih coklat.”

“Maaf kalau aku miskin. Apa kita nggak bisa mengikuti arus dan bertingkah seperti orang pacaran lain? Memang ini cuma coklat, tapi aku rela lari bersamamu membakar kalori kalau memang itu bayarannya.”

Untuk pertama kalinya dia terdiam tanpa membalas pedas. Dia manis seperti coklat, tapi tak gampang untuk meleleh. Sebenarnya aku tak peduli pada coklat, aku hanya ingin mengenalnya lebih jauh. Lebih dekat, lebih romantis, dan mencintainya lebih dalam daripada apa yang ada di luar.

“Kenapa kebanyakan coklat ada kacangnya?” tanyaku sebelum Alea membuka mulutnya lagi. “Kalau cuma satu rasa orang-orang akan bosan. Justru karna ada kacang di dalam makanya itu menjadi kejutan. Cinta juga begitu. Kalau cuma berjalan begitu saja tanpa hal baru tak mungkin bisa bertahan. Lebih banyak yang kau temukan lebih banyak kau jatuh cinta. Coklat sebagai lambang cinta rupanya cukup filosofis.”

Meski ini sudah jadi pembicaraan tanpa arah yang bermula dari keengganannya makan coklat, harus kuakui ini menyenangkan. Sepahit coklat dan semanis gula, keduanya membutuhkan satu sama lain. Itulah yang disebut hubungan sehat.

“Cinta itu membawa penyakit,” gerutu Alea setelah diam lama. Secara mengejutkan dia mengambil kembali coklat yang tadi dia buang dan kembali memakannya. Itu kotor, tapi aku memilih menutup mulut dan membiarkannya makan.

“Bagaimana rasanya?” aku bertanya.

“… Manis.”

Itu memang tidak merasakan coklatnya, tapi bagiku Alea yang mengucapkan itu jauh lebih manis daripada apa pun. Thank You St. Valentine.

***TAMAT***
kpopluckynumber
muhyi8813
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 9 lainnya memberi reputasi
10
776
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan