Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

enyahernawatiAvatar border
TS
enyahernawati
Kisah-kisah Penuh Makna Tentang Kita


Kebebasan Hakiki
Oleh : Enya Hernawati Zainal

Bebas. Satu kata itu akhir-akhir ini sering bercokol di kepala Sonia, gadis cantik berkulit sawo matang yang sudah dua tahun ini sah menjadi mahasiswa. Sejak resmi menyandang status sebagai mahasiswi tersebut, gadis dua puluh satu tahun itu merasa semua orang mulai memperhatikan dirinya, terutama mama dan papanya. Segala hal yang dia lakukan, sepertinya selalu menarik untuk dikomentari.

Sebagai bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan, tentu saja membuat Sonia lebih sering menjadi tumpuan kasih sayang. Sifatnya yang urakan, sangat jauh berbeda dengan kedua kakaknya yang feminin. Mungkin karena itulah mereka menjadi lebih sering mencemaskan Sonia.

Sebenarnya kekhawatiran itu bukan hanya saat ini saja. Sudah lama Sonia merasakannya. Namun, sejak lulus sekolah menengah atas-lah (SMA) perhatian itu mulai intens tertuju padanya.

***

Memang, Sonia adalah gadis yang sudah terbiasa bebas laksana burung yang mengepakkan sayapnya terbang mengangkasa. Dia suka sekali bepergian melakukan kegiatan alam yang menantang meskipun demi menikmati hobinya itu kadang dia terpaksa harus pergi sendirian. Di kampus pun Sonia aktif di kegiatan mahasiswa pencinta alam (Mapala). Tentu saja kegiatan tersebut membuat dia jauh dari segala hal yang berbau perempuan.

Jika sebelum-sebelumnya kedua orangtua Sonia tidak begitu mempermasalahkan kegiatan anak gadisnya itu, sepertinya sekarang ini berbeda. Tampaknya mereka mulai sering memperhatikan segala hal yang berkaitan dengan penampilan si anak bungsu. Terlihat, mereka mulai jengah melihat Sonia yang masih saja bergaya mirip laki-laki tersebut.

Sonia yang pada dasarnya adalah gadis tomboi, tentu saja merasa risih jika harus dijejali dengan permintaan berpakaian rapi dan anggun sebagaimana kakak-kakak dan gadis seusianya.

***

'Hidup adalah kebebasan, dan mimpi adalah harapan yang harus dikejar.' Itulah moto gadis serba bisa itu.

Dari kecil, Sonia memang sudah mandiri. Anak bungsu yang pernah berangan-angan menjadi biduan terkenal itu juga tengah berusaha mewujudkan mimpinya sebagai penyanyi, dengan sering memperdengarkan suara emasnya, tidak hanya pada acara atau undangan tertentu, tetapi juga saat santai bersama teman-teman dekatnya. Bahkan, gadis yang hidup berkecukupan itu pun tidak sungkan bekerja sambilan sebagai penyanyi di sebuah kafe.

Terlihat sekali Sonia sangat menikmati semua kegiatan tersebut. Tak seorang pun yang melarang. Orang tuanya malah memberi kebebasan penuh karena percaya bahwa anak gadisnya tidak akan berani melakukan perbuatan yang melanggar aturan agama. Apalagi selama ini anak kesayangannya itu telah membuktikan bahwa meskipun memiliki banyak aktivitas di luar rumah, tetapi dia tetap bisa menunjukkan diri sebagai anak yang berprestasi dengan indek prestasi kumulatif (IPK) 3.8 meski dengan sifat yang kata orang sedikit urakan.

***

Jika dilihat dari apa yang gadis itu lakukan, semua orang pasti berpikir, betapa menyenangkan menjadi seperti dirinya yang cantik, gaul, dan bebas berekspresi. Hampir semua yang didambakan oleh anak muda seusianya sudah dia miliki. Ditambah dengan otak yang encer, lengkap sudah karunia tersebut. Akan tetapi ternyata, belakangan ini Sonia malah terlihat tidak nyaman dengan semua itu. Seperti ada sesuatu yang kurang. Namun, entahlah apa.

"Sonia, kenapa sih, kok belakangan ini Lu sering banget melamun?" Diaz teman akrabnya di kampus menegur saat mendapati gadis urakan itu duduk termenung seperti orang yang sedang banyak masalah.

"Iya nih,Yaz. Gue lagi mikir, kenapa, ya, kok hidup gue begini-begini aja?" jawab Sonia tampak galau.

"Begini-begini aja bagaimana maksud, Lu? Hidup Lu tu udah bagus banget, tau. Semuaaa Lu punya. Banyak lho yang ngiri," jawab Diaz heran mendengar curhatan gadis cuek ini. "Yang enggak dari diri Lu itu ya, cuman penampilan doang sih kayaknya. Kalau kata gue, untuk ukuran cewek, ya, acak-acakan," jelas Diaz, membuat Sonia semakin terpukul.

***

Sudah beberapa hari ini Sonia terlihat uring-uringan karena mendengar penilaian miring tentang kebiasaannya yang sering keluar malam dan jalan sendirian. Biasanya dia tak pernah menggubris hal itu. Namun, kini gadis itu mulai terganggu dengan pandangan negatif yang ditujukan pada dirinya.

"Nah, apa mama, bilang? Kamu itu sudah bukan anak SMA lagi. Penampilan dan kebiasaan kamu yang seperti itu, sudah tidak cocok untuk perempuan seusia kamu. Lihat, orang jadi banyak berpraduga yang tidak baik, kan?" kata mamanya Sonia dengan mimik yang terlihat sangat kesal.

"Dulu, Kamu mama biarkan berpakaian seperti itu bukan karena apa-apa, tetapi karena Kamu mama anggap masih kecil, sedang dalam proses pencarian jati diri. Nah, kalau sekarang tentu tidak sama. Kamu itu kini telah dewasa. Sudah seharusnya Kamu mulai fokus memperhatikan penampilan, juga mencari jodoh. Paham, Kamu, apa yang mama katakan?" dengan tegas beliau mengultimatum Sonia. Sementara yang ditegur, hanya terlihat diam menunduk.

***

Semenjak masuk semester lima, Sonia terlihat semakin kehilangan semangat melakukan hobi yang dicintainya itu. Sudah hampir sebulan dia banyak tinggal di rumah, malas mengerjakan apa-apa. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Dulu, Sonia pun pernah merasakan hal yang membuatnya resah seperti ini. Namun, karena saat itu masih SMA, anak tomboi itu tetap cuek dan kukuh melanjutkan kegiatannya, tak begitu peduli anggapan orang.

Teringat kejadian saat Sonia masih duduk di kelas tiga SMA. Waktu itu dia bersama beberapa temannya sedang 'briefing' persiapan mendaki gunung Merapi. Tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan beberapa alumni yang juga ikut mendampingi kegiatan tersebut.

"Eh, gitu-gitu, Sonia itu aslinya cantik banget, lho. Hati gue terasa luluh, berdebar-debar kalo di dekat anak itu. Sayang sekali, dia adik kawan sendiri. Gak enak kalau gue prospek. Coba kalau enggak," ucap salah seorang alumni ke teman-temannya sembari mencuri pandang ke arah Sonia. Sementara gadis yang dimaksud pura-pura tidak tahu dan beranjak pergi. Dalam hati dia membatin kesal, 'Gitu-gitu gimana emang, gue?'

Sekali waktu, Sonia juga pernah terpaksa merubah gaya berpakaiannya demi menghadiri pesta pernikahan salah seorang kerabat. Lagi, penilaian sama yang dia dapatkan. Bagi sebagian orang, mungkin itu hal biasa. Namun, bagi Sonia ucapan tersebut tetap saja membuat dia jengah.

"Ya ampun, Sonia ... kamu itu bikin pangling, deh. Cantik bangeeet, mirip Kajol. Seandainya gaun kamu ini lebih pas, pasti deh, kamu terlihat kian seksi." Tante Nia, sahabat mamanya itu juga ikut-ikutan mengomentari pakaian yang dia kenakan.

Seharian berada di tempat pesta membuat Sonia bosan. Apalagi semua orang menilai dan membicarakan penampilannya yang hari itu memang berbeda. Jelas sekali ekspresi tidak suka di wajah gadis itu. Ucapan yang dia dengar, menurutnya sudah tidak lagi terasa sebagai pujian. 'Kenapa ya, perempuan itu selalu dinilai dari kulit luarnya saja?'

Berbeda ketika mereka bertemu saat dia sedang berpetualang dengan kostum seadanya. Semua akan kompak berkomentar, "Aduh, Sonia, anak gadis, kok, dekil begitu, sih ...." Seperti itulah ucapan karib kerabat yang kadang berhasil membuat dia jengkel.

***

Sonia mulai merasa hidup yang dijalani sudah tidak lagi menyenangkan. Terlalu banyak tuntutan dari orang-orang terdekatnya. Bahkan teman-temannya juga mulai berani meminta agar dia mau bergaya seperti gadis-gadis kebanyakan yang rajin ke salon perawatan tubuh, memotong rambut dengan model terbaru, juga mengikuti tren berpakaian biar selalu dibilang eksis.

Tak pernah gadis cerdas itu merasa terbebani seperti ini. Dia yang terbiasa berpenampilan santai, mulai terusik dikomentari termasuk oleh mama, papa, dan juga kakak-kakaknya. 'Apa karena sekarang gue sudah dianggap dewasa, ya, makanya harus berpenampilan trendi layaknya gadis masa kini?' Tiba-tiba saja Sonia merasa lelah dengan semua itu.

***

Merasa sendiri, itu yang kini dia alami. Tidak ada lagi kebanggaan menjadi pusat perhatian dan puja-puji seperti dulu. Yang ada, gadis itu malah merasa malu jika mengingat betapa dulu dia pernah sangat gila sanjungan saat tampil bernyanyi di panggung.

'Gue gak boleh tetap seperti ini. Ternyata mereka, bahkan teman-teman gue pun banyak yang menilai hanya dari segi fisik dan penampilan doang. Pakaian gue gak cocoklah, terlihat gemuklah, kucellah, dan segala tanggapan yang hanya berhubungan dengan bodi dan penampakan luarnya saja,' bisik Sonia dalam hati.

Gadis itu pun bertekad akan berubah. Tak mau lagi dinilai superfisial, membuat gadis slebor itu mulai mencari lingkungan baru untuk menenangkan jiwanya dengan mengikuti kajian-kajian yang ada di kampus. Setelah beberapa kali menikmati taklim tersebut, barulah Sonia menyadari, bahwa banyak hal yang luput dari perhatiannya selama ini. Terutama tentang tata cara berpakaian, dan pergaulan wanita.

Bertahap, Sonia mulai mengurangi kegiatannya bernyanyi, juga berpetualang seorang diri. Gadis tomboi itu berusaha merubah dirinya. Jika sebelumnya terbiasa bercelana jin, kemeja flanel, atau baju kaus, sekarang berganti dengan rok panjang dan baju yang juga berlengan panjang. Meskipun canggung dengan pakaian tersebut, tetapi gadis itu tetap memaksakan diri mengenakannya.

Ternyata, perjalanan perubahan itu tidaklah semudah yang dia bayangkan. Sonia yang saat itu sedang dalam proses berhijrah, malah dianggap kampungan oleh teman-teman, bahkan oleh keluarganya sendiri.

Sebenarnya yang mereka inginkan adalah Sonia nan keren dan trendi, bukan Sonia urakan, apalagi Sonia yang berpenampilan islami. Namun, gadis itu tetap bertahan dengan pilihan yang telah memberinya rasa damai itu.

***

"Yah, Elu, Sonia. Kok penampilan Lu jadi seperti ini, sih. Kayak orang udik aja," sindir Diaz, sahabat dekat Sonia di kampus. "Gak asyik lagi dong jalan ama Lu." Kembali Diaz bicara sambil memperhatikan Sonia dari atas sampai bawah. "Masih mending gue liat Lu yang dekil ama jin belel daripada begini," ungkap Diaz tampak kecewa melihat perubahan Sonia.

"Ah, biarin, deh. Yang penting gue nyaman," kilah Sonia membalas sindiran Diaz. "Gue malah pengen memakai baju panjang seperti teman-teman kuliah kita yang anak rohis itu, lho," ujar Sonia sambil memutar balik badan Diaz, menunjuk ke serombongan mahasiswi bergamis hitam dan berjilbab lebar, sebagian terlihat memakai cadar, yang kebetulan sedang lewat di dekat mereka.

"Apa? Lu gak salah makan obat kan, Sonia?" Mulut Diaz melongo mendengar keinginan temannya itu.

"Enggak, Yaz, ini serius. Gue capek seperti ini. Selalu dilihat dari bodi ama penampilan doang. Lelah batin gue, seakan-akan kita ini hanya seonggok daging yang harus dinilai harganya dari kecantikan semata," ungkap Sonia terlihat muram.

***

"Sonia, mama meminta Kamu mengganti penampilan menjadi lebih modis, ya! Bukan malah berpakaian aneh seperti itu." Sonia kaget, tak menyangka semua orang di rumah tidak siap menerima penampilannya yang lebih islami.

"Yah, Mama. Ini pakaian yang paling bagus lho, Ma. Bukan seperti yang Mama maksud, itu, ya .... Ogah, ah, kalau Sonia mesti dandan-dandan, pake gaun, atau baju-baju seperti Kak Ria dan Kak Nola. Sonia gak mau, Ma, seperti itu. Mama kan tahu," kilah gadis itu manja sambil memeluk mamanya. "Lagian, baju ini pakaian kesukaan Rasulullah, lho, Ma," kembali si bungsu kesayangan keluarga itu menjelaskan sembari mencium pipi mamanya mesra. "Kata Allah, rambut dan tubuh perempuan itu aurat, Ma. Kita yang selama ini salah memahaminya. Sonia juga baru belajar. Mama juga ya, latihan pakai tutup kepala," pinta Sonia memohon kepada mamanya.

Mama Sonia tampak terdiam mendengar ucapan anak gadisnya itu. Dia tak pernah menyangka gadis kecilnya yang slebor, sekarang sudah berubah.

"Bukan mama gak suka, Sonia. Mama kuatir, Kamu hanya ikut-ikutan saja. Mama juga sebenarnya tahu kalau tubuh dan rambut ini aurat. Cuman mama belum siap. Mmh, kalau melihat Kamu seperti ini ... jujur, mama bahagia. Kamu berubah dengan sangat luar biasa. Doakan mama, ya. Mama juga mau belajarlah, menutup aurat seperti kamu. Terima kasih ya, Sayang, karena kamu telah membuka hati mama."

Sonia tak pernah menyangka, mamanya akan menangis dan secepat itu mengungkapkan rasa penerimaannya.

***

Sudah tiga hari Sonia tidak ke kampus sejak terakhir kali dia mengobrol dengan Diaz. Hari ini dia datang kuliah dengan penampilan baru. Gadis itu telah merubah seluruh gaya berpakaiannya. Sekarang, anak slebor itu telah memakai gamis dan berjilbab besar. Sungguh tak bisa dipungkiri, Sonia yang cantik, terlihat anggun dengan baju takwa itu. Kesan tomboi dan urakan yang selama ini menempel pada dirinya seakan-akan lenyap tak berbekas.

Hari itu, adalah hari pertama Sonia hijrah berganti pakaian menjadi lebih tertutup rapat. Mulai saat itu, dia tidak akan lagi direpotkan oleh penilaian orang lain. Gadis cerdas itu pun tidak perlu memikirkan harus berpakaian apa hari ini, warna apa, serasi atau tidak, juga tidak harus berdiet ketat mengurangi makan agar selalu terlihat langsing dan menarik. Dia pun tidak pula mesti mempercantik diri dengan berdandan habis-habisan seperti layaknya perempuan kebanyakan. Tidak. Sonia tidak akan lagi memikirkan hal seperti itu.

Hari itu, Sonia merasa bebas, bisa menentukan siapa saja yang boleh melihat dirinya. Bagi gadis cantik itu, inilah kebebasan yang hakiki. Dia hanya akan dinilai dengan apa yang ada dalam dirinya, kebaikan, atau isi otaknya. Tidak lagi dilihat dari segi fisik, atau pakaian yang dia kenakan. Kebebasan seperti inilah yang dia cari. Bukan kebebasan yang selama ini pernah dia miliki. Merasa bebas, padahal sejatinya tidak karena dia masih saja disibukkan oleh penilaian orang lain.

Ternyata, inilah hijrah yang sebenarnya menuju kebebasan yang sesungguhnya. Kebebasan, yang tidak lagi dipengaruhi oleh pandangan manusia.

Indonesiana, 26102020
Diubah oleh enyahernawati 18-11-2020 20:45
indrag057
limpahkurnia280
limpahkurnia212
limpahkurnia212 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
2.5K
85
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan