iqbalballeAvatar border
TS
iqbalballe
Mahfud MD Lebih Layak Jadi Capres Daripada Ganjar Pranowo



Sumber : Lombok Post


Baru satu dari lima debat Pilpres yang telah digelar KPU. Tapi,  Capres nomor 3 Ganjar Pranowo seharusnya sudah gugur kredibilitasnya di mata rakyat, karena dirinya tidak bertanya. Mahfud MD malah lebih layak menjadi Capres ketimbang Ganjar Pranowo.

Setelah acara debat perdana Capres, pendukung Anies Baswedan gembira karena merasa Anies tampil paling pintar dibandingkan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.  Pendukung Ganjar termasuk Melati, lahir Mei 1998, berusia 25 tahun dan bekerja di bank, juga bangga karena Ganjar dianggap paling tenang. Tapi, Melati sekaligus penasaran kenapa Prabowo menyatakan kepada Ganjar bahwa pertanyaannya soal 13 aktivis yang hilang adalah 'tendensius'.

Sebelum debat perdana calon presiden RI 2024 kemarin, Melati menyimpan rasa kagum dan hormat yang mendalam kepada Ganjar Pranowo karena kesantunan,  kesederhanaan dan perhatiannya kepada rakyat. Bahkan Melati tidak bergeming ketika temannya  menunjukkan rekaman dialog antara mantan Wakil Ketua KPK Bambang Wijayanto dengan penyidik KPK Novel Baswedan mengenai Ganjar Pranowo diduga menerima uang senilai USD520 ribu dalam kasus E-KTP. Melati meyakini Ganjar Pranowo orang bersih dan tidak bersalah. Padahal kedua narasumber dikenal sebagai tokoh penggiat anti korupsi yang sangat kredibel. 




Bagi Melati, pemimpin yang peduli, berjuang dan mau berkorban untuk rakyatnya tidak akan menghianati perjuangannya sendiri dengan melakukan hal-hal yang merugikan rakyatnya. Ganjar Pranowo menurut Melati tidak pernah mengedepankan kepentingan pribadi atau bahkan partainya,  di atas kepentingan masyarakat. Ganjar selalu mengatakan bahwa seorang pemimpin harus selarasa antara pikiran,  ucapan,  dan tindakannya,  supaya bisa dijadikan teladan oleh masyarakat. Semua itu runtuh pukul 1.57 dini hari kemarin setelah semalam suntuk mencari tahu lewat internet ratusan berita, wawancara,  artikel,  tulisan akademis , bahkan dokumen resmi terkait peristiwa penculikan 22 aktivis sepanjang kurun 1997-1998. Maklum saat peristiwa tersebut terjadi, Melati yang semasa kuliahnya di Universitas Brawijaya, Malang, cukup aktif berorganisasi, baru dilahirkan ke dunia ini.

Sebelumnya Melati sering mendengar tuduhan kepada Prabowo Subianto sebagai dalang yang memerintahkan Tim Mawar Kopassus untuk melakukan penculikan para aktivis mahasiswa. Sebagian besar bernaung ke dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang dipimpin oleh mantan politisi PDIP Budiman Sudjatmiko. Namun, semua tuduhan itu sudah berkali kali diklarifikasi oleh Prabowo, oleh Jend (Purn) Wiranto yang saat itu adalah Menhankam /Pangab, dan oleh pihak-pihak lainnya selama 20 tahun lebih terakhir.  Bahkan Pemerintah RI lewat surat pernyataan resmi sudah menegaskan  pada saat itu bahwa Prabowo tidak bersalah atas peristiwa kerusuhan Mei 1998.  Terlebih lagi hampir semua dari sembilan orang aktivis yang diculik saat itu dan sudah dilepaskan kini bargabung dan ikut hadir dalam acara debat perdana tersebut mendukung pasangan Prabowo-Gibran.

Budiman Sudjatmiko ditemani sembilan mantan aktivis mahasiswa yang pernah diculik melakukan konferensi pers di bulan Agustus 2023 lalu untuk mengklarifikasi bahwa mereka semua sudah berdamai dengan Prabowo atas peristiwa masa lalu,  dan bersepakat untuk mendukung Prabowo supaya sang mantan Jenderal termuda dengan pengalaman dan jasa bertempur yang segudang itu tidak lagi terhambat karier politiknya oleh fitnah.

Begitu selesainya acara debat perdana Capres,  Melati langsung duduk tanpa beranjak di depan komputernya sambil beberapa kali menghubungi kawan dan seniornya di kampus yang dianggap lebih tahu dan mengerti peristiwa penculikan 22 aktivis mahasiswa di tahun kelahirannya itu. Satu orang diketahui meninggal dunia,  sembilan telah dilepaskan bahkan dipulangkan ke kampung halamannya,  menyisakan 13 orang masih menghilang sampai sekarang. Melati tidak akan berhenti sampai benar-benar paham apa maksud kata-kata 'tendensius' Prabowo kepada Ganjar Pranowo saat debat capres.

Hasil temuannya menyimpulkan  Prabowo Subianto memang diberhentikan dari ABRI saat itu oleh Dewan Kehormatan Perwira karena dianggap bertindak di luar kewenangannya termasuk memerintahkan penculikan para aktivis mahasiswa. Tapi, hanya terhadap sembilan aktivis yang semuanya sudah dilepaskan dan dipulangkan. Prabowo Subianto tidak ada kaitan dan bukan diberhentikan karena peristiwa kerusuhan sosial yang dimulai tanggal 14 Mei 1998.

Rumor bahwa Prabowo dipecat dari ABRI karena terkait peristiwa kerusuhan Mei adalah tidak benar. Karena peristiwa penculikan aktivis dan kerusuhan Mei adalah dua peristiwa berbeda dan tidak saling terkait. Bahwa penculikan 13 aktivis yang masih hilang dilakukan oleh pihak lain yang tidak diketahui siapa, namun selalu digunakan untuk memfitnah Prabowo Subianto sebagai pihak yang paling tahu dan bertanggung jawab. Logika gampangnya adalah jika Prabowo memang bertanggungjawab maka pasti sudah terbongkar dalam 25 tahun terakhir. Karena Prabowo sudah tidak lagi memegang wewenang atau tidak berada dalam kekuasaan. Justru ketika Prabowo dipercaya Presiden Jokowi untuk menjadi Menteri Pertahanan, dirinya mendukung penuh upaya penerbitan Keputusan Presiden untuk mencari penyelesaian jalur non yudisial atas pelanggaran HAM berat masa lalu.  Ketua Tim Pengarah dari pelaksaan Keppres no 4 /2023 tersebut adalah Prof Dr Mahfud MD,  yang kebetulan adalah Cawapres pendamping Ganjar saat ini.

Maka dari itulah pada Debat Capres, Prabowo menjawab pertanyaan Ganjar soal 1998 dengan kalimat pendek 'Tanya Cawapresmu'. Meski tak banyak yang menyadari apa maksud dari pernyataan Prabowo itu.

Yang paling meyakinkan Melati adalah ketika salah satu  kawannya mengirimkan link youtube rekaman wawancara Liputan 6 SCTV dengan Fadli Zon dan alm Munir SH, seorang pahlawan HAM yang saat itu adalah Koordinator Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KONTRAS).  Di video tersebut bahkan seorang Munir pun mengatakan bahwa Prabowo mempunyai hak keadilan yang sama atas terungkapnya misteri 13 aktivis yang hilang.




Sayangnya perasaan Melati harus berkecamuk dengan segala temuannya.  Perlakuan Ganjar Pranowo terhadap Prabowo Subianto adalah bentuk fitnah yang dilakukan secara terbuka dan sambil tersenyum. “Bagaimana bisa seorang pemimpin tega melakukan itu?”, pikir Melati.  Walaupun fitnah tersebut menjadi misteri yang selalu diasosiasikan kepada Prabowo, selama 20 tahun tidak satupun tokoh masyarakat yang secara terbuka menuduh dan memojokkan Prabowo di depan publik nasional seperti yang dilakukan Ganjar Pranowo pada debat capres perdana Selasa 12 Desember lalu.

Tidak juga mantan Menhankam/Pangab Wiranto yang jelas-jelas mantan atasan Prabowo ketika keduanya harus bersaing sebagai Cawapres dimana Prabowo mendampingi Megawati Soekarnoputri dan Wiranto mendampingi Jusuf Kalla di Pilpres 2009. Karena memang begitu seharusnya pemimpin. Memperlakukan lawan sebagai sesama pejuang yang harus dihormati bukan musuh yang harus dijatuhkan atau dibinasakan. Setiap pemimpin harusnya menghormati etika atau hukum alam yang prinsipnya adalah tidak melakukan hal-hal kepada orang lain yang kita sendiri tidak mau orang lain lakukan kepada kita.  Ganjar Pranowo melakukan yang sebaliknya.

Ternyata Ganjar Pranowo tidak berniat menanyakan perihal 13 aktivis yang hilang tersebut kepada Prabowo untuk kepentingan keluarga mereka yang masih mencari dan menunggu setelah 25 tahun.  Ganjar berniat menjatuhkan Prabowo dalam tayangan LIVE yang ditonton ratusan juta rakyat Indonesia,  dengan memanfaatkan 13 aktivis yang hilang sambil seolah-olah mewakili keluarganya. Kali ini terbukti bahwa Ganjar siap menghalalkan segala cara demi kepentingan dirinya.

Demi kemenangan sesaat, Ganjar Pranowo rela menjatuhkan dan mengorbankan orang lain,  sesama rakyat Indonesia. Andaikan saja Ganjar Pranowo benar-benar bertanya, masyarakat tidak akan mempertanyakan keaslian tindakan dan kemurnian niatnya selama ini.  Andai saja Ganjar Pranowo benar-benar bertanya,  Melati tidak perlu kehilangan teladan dan idolanya.  Semoga Ganjar Pranowo sadar dan bertobat sebelum datangnya ganjaran alam semesta.

Memilih pemimpin yang keras,  tegas,  atau pintar,  atau santun adalah soal selera.  Tapi,  memilih antara pemimpin yang betul-betul otentik dan selaras antara pikiran,  perkataan,  dan perbuatan dengan yang benar-benar jago akting dan tega, itu menentukan orang seperti apa kita. 

Yang jelas, fakta Mahfud MD bersikap lebih fair soal peristiwa 1998, ketimbang Ganjar Pranowo, telah membuka mata kita semua, bahwasanya, Mahfud MD lebih layak menjadi Capres ketimbang Ganjar Pranowo. Andaikata ada jalan mengubah pilihan PDIP kepada Mahfud MD, Melati mungkin masih akan memilih Capres Mahfud MD. Sayangnya, paslon pilpres tidak bisa diubah. Melati bertekad dan sudah mantap memilih Prabowo - Gibran.
aldo12
luvchelsea
ormarr
ormarr dan 9 lainnya memberi reputasi
10
9.7K
91
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan