Tawanan Hamas Disebut Alami Stockholm Syndrome, Ini Penjelasan dan Sejarah Istilah Fenomena Psikologis Tersebut Gansist! [KOMPETISI KGPT]







Peperangan yang terjadi Jalur Gaza dan sekitarnya yang dimulai saat serangan milisi Hamas ke wilayah perbatasan sampai sekarang hampir mendekati 2 bulan dan sangat mengerikan ya gansist, jika kita tidak menilai dari masalah yang rumit di kawasan tersebut dari beberapa dekade yang lalu ini berarti bermula saat tanggal 7 Oktober 2023. Serangan tersebut disamping mengenai petugas keamanan Israel juga menawan mereka dan beberapa warga sipil di sana.

Sebenarnya ini memang cara kerja sebuah milisi, menawan dan menculik dengan pertimbangan nanti akan ditebus dengan sesuatu yang mereka inginkan. Hampir mirip kejadiannya seperti di negara ini kala KKB/OPM beberapa bulan lalu juga menawan pilot Maskapai Susi Air asal Selandia Baru, namun ada kabar yang aneh nih gansist.

Adalah hal yang wajar sebagai orang diculik pasti akan ketakutan dengan para penculiknya tapi dari kabar beberapa media termuat saat yang bertikai di sana memulai babak baru, yaitu gencatan senjata dan pertukaran tawanan. Para sandera itu malah terlihat tersenyum, melambaikan tangan dan ramah terhadap anggota Hamas yang mengantar mereka ke petugas Palang Merah Internasional sebelum dibebaskan.







Sebaliknya dengan harapan bahwa korban akan merasa marah, takut, atau benci terhadap pelaku, justru mereka mengembangkan rasa simpati dan bahkan kasihan terhadap Jan-Erik Olsson. Mereka melihat tindakan-tindakan Olsson sebagai upaya bertahan hidup dalam situasi yang sulit. Korban merasa terikat emosional dengan pelaku dan bahkan menghalangi upaya penegak hukum untuk menindak Olsson.

Stockholm Syndrome merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar oleh korban. Mekanisme ini bertujuan untuk mengurangi tekanan psikologis yang dialami oleh korban, dengan cara menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya mereka rasakan atau harus lakukan.

Dalam kasus-kasus Stockholm Syndrome, korban merasa terancam dan cemas, sehingga mereka berusaha mencari cara untuk bertahan dan mengatasi ketakutan mereka. Hal ini terjadi dengan mengasumsikan bahwa pelaku memiliki niat baik, atau mencoba untuk membentuk ikatan emosional dengan pelaku agar mereka dapat mempengaruhi pelaku secara positif.







Entah apa yang terjadi karena baru berdasarkan dugaan semata, sepertinya suatu sikap seseorang dalam menghadapi keadaan yang menimpa dirinya akan berbeda-beda. Apakah mungkin satu orang terkena Stockholm Syndrome maka semuanya juga akan mengalami hal yang serupa?

Tapi apapun itu semoga ini jadi awal yang baik mengenai konflik di kawasan tersebut, peperangan di manapun dan sampai kapanpun maka adalah korban sipil yang paling menderita.

Agar bisa segera diselesaikan terutama bagaimana langkah PBB sebagai organisasi yang menaungi negara-negara di dunia untuk menyelesaikan hal ini, solusi terbaik seperti apa dan dengan apa karena baik palestina maupun Israel dua-duanya punya dalih tersendiri bahwa mereka mempunyai hak untuk tinggal dikawasan tersebut.

'Narasi dan Opini Sendiri'


Tulisan Sendiri:

@amekachi

Sumber Tulisan dan Gambar:

1

2