Stunting, merupakan gangguan pertumbuhan pada anak yang ditandai dengan kurangnya tinggi dan berat badan, fokus lemah, memori belajar yang kurang baik, serta fase pertumbuhan gigi yang lambat.

Diketahui di Indonesia sendiri masih cukup banyak anak yang mengalami gangguan pertumbuhan alias stunting, dimana setiap daerah sampai saat ini terus digenjot untuk menurunkan angka stunting dengan mengadakan penyuluhan kesehatan dan juga bantuan yang diberikan untuk keluarga kurang mampu yang memiliki anak dengan gejala stunting.

Stunting sendiri perlu penanganan khusus dengan pengawasan yang cukup ketat GanSis, sebab memang berkaitan dengan tumbuh kembang anak sehingga perlu adanya kontrol yang baik untuk memastikan anak-anak dengan gejala stunting bisa terlepas dari gejala tersebut dan tumbuh kembali dengan normal.

Membahas tentang stunting, publik tengah dibuat heboh dengan viralnya unggahan-unggahan Instagram terkait bantuan menu pencegah stunting di daerah Depok yang belakangan diketahui hanya diberikan dalam bentuk tahu, kuah sup, sawi, dan juga nasi.

Masalahnya disini anggaran yang cukup besar diketahui telah disiapkan untuk membantu anak-anak dengan gejala stunting yang ada di Depok GanSis, yaitu sekitar kurang lebih 4,9 milyar rupiah dana telah dianggarkan oleh Pemerintah Pusat untuk membantu pemerintah daerah Depok menyelesaikan masalah stunting.

Kurang layaknya menu bantuan makanan stunting atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ini pun akhirnya menjadi sorotan publik, melihat anggaran yang digelontorkan cukup besar untuk membantu mengentaskan masalah stunting di daerah Depok, Jawa Barat.

Menanggapi adanya protes dari warga setempat dan warganet karena viralnya menu PMT, Pemkot Depok melalui Kadinkes pun mengklarifikasi dan buka suara.

Menurut Mary Liziawati, menu PMT yang diberikan oleh Pemkot Depok telah sesuai dan mengacu pada juknis dari Kementerian Kesehatan, dan PMT yang diberikan kepada para balita di Depok adalah PMT lokal yang menggunakan bahan dasar lokal yang diolah oleh UMKM. Sesuai juknis yang ada, pemerintah kota Depok menjelaskan bahwa pemberian PMT ini ditargetkan untuk 28 hari, dimana dibagi untuk setiap minggunya 6 kali pemberian kudapan dan 1 hari makanan bekal.

Adapun terkait besaran anggaran 4,9 milyar, dana tersebut akan digunakan untuk PMT 38 Puskesmas Kota Depok, dengan total rincian 18.000 perpaket PMT dan all in pajak, distribusi, kemasan, dan pencucian (pembersihan alat reuse).

Begitupun Kadinkes Mary Liziawati jiga menegaskan bahwa menu PMT yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan gizi seimbang, dan semua makanan yang diberikan adalah makanan dengan bahan-bahan lokal premium sebagaimana menu otak-otak yang dibuat dengan isian telur.

Nah, itulah tadi GanSis sekilas tentang kehebohan terkait menu bantuan pencegahan stunting anak di kota Depok yang dianggap kurang layak karena hanya terdiri dari menu tahu, sawi, nasi, dan kuah sup.

Melihat adanya klarifikasi dan penjelasan dari Pemkot Depok, tentu warganet juga harus paham bahwa memang dana 4,9 milyar bukan hanya digunakan untuk menyediakan bantuan makanan melainkan juga membayar pajak, membeli kemasan, membayar jasa cuci kemasan, dan juga pendistribusian sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Kadinkes Kota Depok.

Namun tentu juga harus menjadi perhatian khusus bagi semua Kadinkes serta semua pihak, bahwa penanganan stunting tidak boleh main-main karena berkaitan dengan anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa Indonesia.

Kita tentu tidak mau jika sampai banyak anak generasi penerus bangsa tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga mereka kurang dapat bersaing untuk mensejahterakan diri mereka sendiri dan memajukan bangsa serta negaranya GanSis.

Oke, mudah-mudahan kejadian ini jadi pelajaran dan ada hikmah baik bagi kita semua!