Sumber Gambar

Fatwa MUI yang mengharamkan membeli produk dari produsen yang mendukung agresi Israel terhadap Palestina merupakan bentuk solidaritas umat Islam Indonesia terhadap saudara-saudara mereka di tanah suci. Fatwa ini juga merupakan respons terhadap kebijakan Israel yang dianggap melanggar hak asasi manusia dan hukum internasional.

Namun, fatwa ini tidak hanya berdampak terhadap aspek moral dan politik, tetapi juga terhadap aspek ekonomi, khususnya bisnis ritel di Indonesia. Bisnis ritel di Indonesia terdiri dari berbagai macam produk, baik lokal maupun impor, yang dijual di pasar tradisional, supermarket, minimarket, toko online, dan lain-lain.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N. Mande, mengakui bahwa saat ini belum terdapat dampak langsung dari aksi boikot terhadap produk pro-Israel. Namun, pihaknya tidak bisa mengabaikan kemungkinan terjadinya penurunan transaksi dan pendapatan jika aksi boikot semakin meluas. Dalam situasi tersebut, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dapat menjadi suatu opsi yang harus dihadapi.


Sumber Gambar

Selain potensi penurunan pendapatan, boikot juga berdampak pada citra perusahaan. Masyarakat yang mendukung gerakan boikot cenderung melihat produk perusahaan yang terafiliasi atau mendukung Israel sebagai negatif. Hal ini dapat mengurangi minat dan permintaan pasar terhadap produk tersebut. Perusahaan global harus memperhatikan hal ini dengan serius, karena reputasi mereka dapat terganggu jika mereka dianggap tidak peduli terhadap isu-isu politik dan kemanusiaan.

Namun, dalam situasi ini juga terdapat peluang bagi pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) untuk berkembang. Momentum boikot ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, khususnya produk UMKM. Sebagai substitusi dari produk global yang terafiliasi dengan Israel, produk UMKM dapat menjadi alternatif yang diminati oleh masyarakat.

Adapun Institute for Development Economics and Finance (INDEF) mengatakan bahwa boikot dapat efektif dalam menekan penjualan perusahaan yang terafiliasi dengan Israel. Dengan menurunnya omzet perusahaan tersebut, mereka akan merasakan dampak ekonomi yang signifikan. Oleh karena itu, perusahaan harus menjaga hubungan baik dengan konsumen dan memberikan penjelasan yang tepat terkait sikap mereka terhadap isu Palestina-Israel.


Sumber Gambar

Kembali bicara soal bisnis ritel, menurut TS ada beberapa dampak yang mungkin saja terjadi jika pemboikotan ini terus berlangsung secara masif yang antara lain:

- Pemboikotan produk Israel dapat mengurangi permintaan dan penjualan produk-produk yang berafiliasi dengan Israel, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi bisnis ritel yang menjual produk-produk tersebut, baik dalam bentuk stok yang tidak laku, penurunan omzet, atau bahkan penutupan usaha.

- Pemboikotan produk Israel dapat memicu perubahan perilaku konsumen, yang lebih memilih produk-produk lokal atau alternatif yang tidak terkait dengan Israel. Hal ini dapat menjadi peluang bagi bisnis ritel yang menawarkan produk-produk tersebut, baik dalam bentuk peningkatan pangsa pasar, loyalitas pelanggan, atau bahkan diferensiasi produk.

- Pemboikotan produk Israel dapat menimbulkan tantangan bagi bisnis ritel yang bergantung pada rantai pasokan yang melibatkan Israel, baik sebagai produsen, pemasok, atau distributor. Hal ini dapat menyebabkan gangguan operasional, keterlambatan pengiriman, atau kenaikan biaya bagi bisnis ritel yang terkena dampak.


Sumber Gambar

Aksi boikot terhadap produk-produk yang terkait dengan Israel merupakan bentuk protes dan solidaritas dengan Palestina. Namun, perlu adanya evaluasi lebih lanjut terkait dampak dan keseimbangan terhadap perekonomian nasional. Selain itu, penting juga untuk memperkuat perekonomian dalam negeri dengan memprioritaskan produk-produk lokal.



Menurut kalian, apa saja dampak yang bisa terjadi pada bisnis ritel?

Sumber: Link Referensi