Hi sobat kaskus,

Ane mau cerita nih, agan dan sista! Baru-baru ini ada kabar yang lagi heboh nih di UIKA Bogor. Katanya ada mahasiswi UIKA yang mengaku dilecehkan oleh dosen pembimbingnya. Ceritanya viral banget tuh di TikTok, bikin geger dunia maya beberapa hari belakangan ini.

Tapi, menariknya nih, dosen yang dituduh itu malah membantah dengan keras, gan! Dosen berinisial MDR ini ngaku nggak mengenal perempuan yang mengaku jadi korban tersebut. Bahkan, MDR mengaku bahwa perempuan tersebut nggak ada dalam daftar mahasiswi yang dibimbingnya. Mantap, nih, si MDR langsung mengklarifikasi tanpa buang-buang waktu.

Kabarnya sih, pihak UIKA juga nggak main-main, gan. Mereka udah langsung bertindak dengan memanggil dosen tersebut dan menyiapkan sanksi buatnya. Tapi, ada yang mengejutkan nih, agan dan sista. Hari ini dosen tersebut memutuskan untuk mengundurkan diri. Nggak nyangka ya, tapi ini sepertinya langkah yang tepat sih, biar semua masalah ini bisa dituntaskan dengan baik.



Nggak cuma itu, gan, pihak UIKA juga udah mengklaim bahwa mereka nggak menerima laporan langsung dari mahasiswi tersebut. Tapi jangan khawatir, mereka lagi berusaha menelusuri siapa mahasiswi yang dituduhkan itu. Makanya, mulai besok mereka akan bekerja dengan serius buat menangani kasus ini dari tiga aspek yang mereka rencanain.

Pokoknya UIKA berkomitmen banget deh buat menangani setiap kasus yang mencuat, terutama yang terjadi di kampus mereka sendiri. Jadi, agan dan sista jangan khawatir deh, semua masalah ini bakal dituntaskan dengan serius oleh pihak kampus. Kita tunggu aja perkembangannya, ya!

Sebenarnya apa solusi dari kasus-kasus seperti ini yang kerap terjadi?

Banyak kampus-kampus justru menangani kasus-kasus ini dengan cara yang kurang memadai. Mereka lebih memilih pendekatan "kekeluargaan" yang pada akhirnya tidak memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku. Bagaimana bisa kasus-kasus ini terbongkar dan tuntutan mahasiswa bisa terjadi kalau pendekatan seperti ini terus dilakukan?

Mungkin ada yang berpendapat bahwa pendekatan damai lebih baik karena takut dampaknya terhadap reputasi kampus dan mahasiswa lainnya. Tapi hal ini justru lebih merugikan korban dan membebaskan pelaku. Korban takut melapor karena takut dianggap "lebay" atau khawatir pembimbing skripsinya akan hilang. Padahal, ini bukan tanggung jawab korban, tapi tanggung jawab kampus untuk melindungi mahasiswinya.

Jadi, apa sih solusi yang sebenarnya? Pertama, kampus harus membuat aturan yang jelas dan tegas tentang pencegahan dan penanganan kejahatan seksual. Tidak hanya sekadar klausul, tapi juga harus ada pelatihan etika bagi seluruh civitas akademika. Kalau bisa ada pelatihan penulisan, kenapa tidak ada pelatihan tentang pelecehan seksual?

Selain itu, penting juga bagi kampus untuk mendukung korban dan memberikan mereka ruang aman untuk melapor. Jangan membuat korban merasa takut atau malu untuk menceritakan pengalaman mereka. Kampus harus siap menghadapi kasus-kasus ini dengan serius dan memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku.



Tentunya, selain langkah-langkah di atas, peran kita sebagai mahasiswa juga sangat penting. Mari kita saling mendukung dan melindungi sesama mahasiswa. Jangan membiarkan pelecehan terus terjadi di kampus kita. Mari bersama-sama berjuang agar kampus kita menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua mahasiswa.

Nah, itulah beberapa solusi yang bisa kita lakukan untuk mengatasi pelecehan mahasiswi yang kerap terjadi di kampus. Yuk kita semua jadi bagian dari perubahan dan bersama-sama menciptakan lingkungan kampus yang lebih baik. Semoga artikel ini bisa menjadi pembelajaran dan menginspirasi kita semua. Keep fighting, agan dan sista!

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. Ane c4punk pamit undur diri, See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"


Tulisan : c4punk@2023
referensi : 1, 2
Pic : google