Sekolah adalah tempat di mana para guru berkarya dan murid belajar. Namun, apa jadinya jika toilet di sekolah ternyata berbayar? Sungguh aneh bukan, gan?

Kisah ini terjadi di MAN 1 Pamekasan, sebuah sekolah yang terletak di kota kecil di Jawa Timur. Beberapa guru di sana memutuskan untuk melakukan protes terhadap sebuah aturan baru yang dianggap memberatkan siswa karena mereka harus membayar untuk dapat menggunakan toilet di sekolah tempat mereka belajar. Wah, emang toilet itu gedung mewah kayak hotel atau apa, sista?

Adapun salah satu Guru yang menentang akan diberlakukannya aturan tersebut adalah Mohammad Arif, seorang wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang mengaku dimutasi sepihak oleh pihak tempatnya mengajar diduga karena dirinya menentang keras adanya aturan toilet sekolah berbayar bagi siswa.

Tentu kebijakan ini sangat tidak wajar. Pak Arif menganggap bahwa aturan tersebut sangat memberatkan siswa karena MAN 1 adalah milik pemerintah sehingga tidak seharusnya para siswa harus membayar untuk menggunakan fasilitas toilet.

Menurut Mohammad Arif, Kepala Sekolah MAN 1 membuat keputusan sepihak terkait aturan tarif toilet 500 rupiah untuk para siswa.

Akibat protes ini, pihak sekolah pun mengambil tindakan drastis. Mereka memutasi Mohammad Arif ke Madrasah Aliyah Miftahus Sudur, Kecamatan Proppo.

Wah, gan, sepertinya ada yang tidak beres y dari diberlakukannya aturan sepihak dan juga pemutasian tanpa pemberitahuan sebelumnya ini.

Keputusan ini tentu saja menimbulkan kehebohan di kalangan guru dan warganet. Banyak netizen yang mengungkapkan dukungannya kepada Pak Mohammad Arif selaku guru yang melakukan protes ini.

Mereka berpendapat bahwa guru seharusnya dihargai dan diberikan hak untuk dapat memberikan pendapat bagi sekolah tempat mereka mengajar, bukannya malah dimutasi dengan alasan menentang aturan yang memberatkan para siswa. Makanya, para netizen ikut geram atas dimutasinya Mohammad Arif selaku Guru yang memperjuangkan hak muridnya, gan.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa keputusan pihak sekolah tidak sepenuhnya salah. Mereka berargumen bahwa dengan membayar toilet, guru akan lebih menghargai dan merawat fasilitas tersebut. Tapi, gan, bukankah guru seharusnya mendapat gaji yang cukup dan memadai untuk bisa membayar fasilitas dasar seperti toilet? Hmm, ane jadi bingung.

Pada akhirnya, kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak. Pihak sekolah harus lebih peka terhadap kebutuhan guru dan siswa, serta memastikan mereka diberikan fasilitas yang layak. Sedangkan para guru harus tetap bersatu dan menjaga solidaritas, gan. Toilet memang bukan masalah yang sepele, tapi untuk toilet berbayar tentu saja ini tidak berdasar, karena memang adalah fasilitas umum yang dibuat oleh pemerintah diperuntukkan bagi siswa dan Guru di sekolah masing-masing.

TS pribadi sangat setuju dan mendukung penuh Pak Mohammad Arif dalam protes terkait aturan toilet sekolah berbayar bagi siswa-siswinya. Tentu aturan ini sangat memberatkan, melihat memang tidak semua anak sekolah dengan uang saku yang cukup sehingga mereka bisa untuk jajan atau bahkan membayar toilet saat akan menggunakannya.

Jangan sampai aturan-aturan di sekolah dibuat untuk membuat para murid semakin malas untuk bersekolah, karena sejatinya sekolah adalah untuk menuntut ilmu, belajar adab, bersosialisasi, dan membesarkan mental mereka untuk menjadi generasi penerus bangsa yang tidak hanya berpacuan untuk hidup mencari uang saja.

Itulah kisah unik tentang Pak Mohammad Arif selaku Guru MAN 1 di Pamekasan yang melakukan protes karena toilet sekolah berbayar. Semoga ke depannya tidak ada lagi masalah sepele yang membuat guru harus bertindak ekstrem seperti ini, gan. Kita dukung terus perjuangan para guru agar mendapatkan hak dan fasilitas yang pantas, sista!