Pada 9 September 2023 lalu, Korea Utara (Korut) menggelar parade paramiliter untuk memperingati 75 tahun berdirinya negara tersebut. Seperti biasa Gan, kalau Korut menggelar parade pasti meriah, selain itu parade ini juga jadi kesempatan para penggemar alutsista untuk melihat inventaris senjata milik tentara Korut. Untuk parade kemarin berlangsung di Kim Il Sung Square, Pyongyang.

Mengutip artikel CNN, acara tersebut dihadiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan putrinya Kim Ju Ae, di sisi lain putri dari Kim sering muncul ke publik menemani ayahnya dalam beberapa kesempatan. Parade itu juga dihadiri oleh oleh Wakil Perdana Menteri China Liu Guozhong, dan perwakilan dari Akademi Angkatan Darat Rusia Alexandrov. Utusan diplomatik yang ditempatkan di Pyongyang juga telah diundang.

Dan yang menarik dari parade kemarin adalah ditampilkannya peluncur roket yang ditempatkan pada beberapa truk sipil, sejauh ini belum diketahui bagaimana spesifikasi dari roket tersebut. Roket ditempatkan pada truk box dan truk dump, pada gambar di atas, atap truk box dan truk dump tampak terbuka yang memperlihatkan 12 tabung peluncur roket kaliber 122 mm. Peluncur roket versi truk sipil ini dioperasikan oleh pasukan paramiliter Pengawal Merah Buruh-Petani.



Selain truk, dalam video yang diunggah televisi pemerintah Korea Utara juga menunjukkan traktor pertanian yang menarik trailer berisi peluncur roket artileri (MLRS), di mana terdapat 18 tabung peluncur roket artileri. Ini menunjukkan jika rakyat Korea Utara siap perang habis-habisan jika perang pecah dengan AS dan Korea Selatan. Hal ini juga menunjukkan jika pertahanan sipil Korea Utara memiliki daya tembak yang kuat.

Dan yang menarik, seperti dalam foto di atas, dalam truk box sipil tersebut juga ada beberapa pasukan bersenjata yang berpakaian seperti warga sipil. Rupanya, selain untuk menyembunyikan peluncur roket, truk juga digunakan untuk mengangkut pasukan ke medan perang. Hal ini menjadikan pergeseran pasukan tersebut jadi sulit dideteksi.




Kendaraan sipil yang dilengkapi senjata seperti peluncur roket sudah lazim digunakan oleh beberapa negara Gan, misalnya Amerika yang memakai truk trailer sipil sebagai platform peluncur rudal. Tak cuma truk, bahkan ada juga yang memakai kapal ferry sipil untuk membawa pasukan dan digunakan untuk mendukung operasi amfibi. Hal ini dilakukan China, yang telah melakukan operasi pendaratan amfibi memakai kapal ferry sipil. China juga telah menempatkan beberapa rudal pada kontainer yang dibawa oleh kapal peti kemas sipil.

Penggunaan aset sipil oleh militer merupakan bagian dari taktik kamuflase Gan, hal ini dilakukan agar pergerakan atau pergeseran senjata tidak bisa dideteksi lawan. Menurut analisi dari TheDrive.com, perang Rusia-Ukraina telah menunjukkan bagaimana aset militer berupa tank atau howitzer lebih mudah ditemukan dan dihancurkan memakai drone. Dan berkaca dari pengalaman tersebut, beberapa negara besar seperti China dan AS kini telah berupaya menyembunyikan senjata mereka memakai alat transportasi sipil seperti truk atau kapal ferry.

Dengan memakai metode intelligence, surveillance, target acquisition, and reconnaissance (ISTAR); baik Ukraina dan Rusia selama perang telah menghancurkan peralatan militer yang berada di dekat garis depan atau berada di bekakang garis depan yang dapat dilihat serta diidentifikasi secara langsung. Hal ini kemudian memberikan tekanan yang sangat besar untuk sebisa mungkin menjaga peralatan militer tersebut agar tidak terlihat, atau setidaknya membingungkan penglihatan musuh mengenai apa yang mereka lihat.

Memakai kendaraan atau kapal sipil adalah salah satu cara untuk menghindari deteksi memakai metode ISTAR yang umumnya saat ini menggunakan drone. Selain menggunakan kendaraan sipil, ada juga yang mendandani kendaraan tempurnya menyerupai kendaraan konstruksi (seperti menyerupai crane). Hal ini dilakukan Taiwan, di mana mereka membuat Leopard 8x8 tampak seperti crane. Kamuflase ini diharapkan akan membingungkan tentara China daratan ketika akan menginvasi Taiwan. Taktik yang dipakai Taiwan ini dikenal sebagai Urban Camouflage.



Kurangnya kemampuan membedakan kendaraan sipil dan militer yang tampak sama, jelas merupakan tujuan utama dari taktik yang digunakan Korea Utara AS dan negara lainnya. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penargetan yang perlu ditangani selama konflik. Jika ada truk sipil yang bisa menjadi peluncur roket artileri, maka jumlah target yang perlu diserang akan bertambah dengan cepat.

Selain itu, truk sipil yang digunakan tidak bisa langsung ditembak begitu saja. Karena ada kemungkinan jika truk tersebut adalah truk sipil asli, bukan truk sipil yang sudah dimodifikasi militer. Selama perang, misi pengawasan akan ditingkatkan ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam peperangan modern. Dalam kasus Korut, AS dan Korea Selatan selama ini telah memantau pergerakan artileri mereka beserta lokasinya. Dengan memakai truk sipil, misi pemantauan tersebut kini akan menjadi lebih sulit.



Menarik melihat, bagaimana kedepannya strategi tandingan yang akan dikembangkan untuk bisa mengidentifikasi kendaraan sipil yang mengikuti wajib militer tersebut. Meski sering dianggap remeh, pemakaian transportasi sipil oleh militer telah menjadi kemampuan yang kini terus dikembangkan untuk menyembunyikan peralatan militer dari pengawasan drone, yang kini telah jadi ancaman di konflik/perang modern.







Referensi Tulisan: CNN& TheDrive.com
Sumber Foto: KCNA