Sebelum ia bukanlah apa-apa, semua harapnya adalah saya. Dijanjikannya pula saya rumah yang megah, ia berniat membangun bersama dan menetap, sedang sudah saya jelaskan bahwa tak usah dengan saya, namun inginnya begitu besar, jatuhlah saya dalam jelaga yang dibuatnya.

Tepat di tiga purnama, ia hilang dari pandangan saya, padahal setiap hari saya pastikan untuk hatinya tetap di saya, rupanya salah. Saya banyak menerka, mungkinlah ada bunga baru yang ia temukan, sebab di waktu luangnya yg sebentar pun bukan lagi saya tujuannya, sudah saya pastikan bahwa dirinya tak lagi terjaga untuk saya.

Saya lepaskan, saya pun sadar, semajnun apa pun saya, jika memang bukan saya, tetap percuma saja. Zainudin memang hampir mati menahan cintanya, tapi dia hidup lagi lewat karya. Saya pastikan, Zainudin kedua akan Tuan temukan versi perempuannya. Janganlah datang penyesalan Tuan kemudian, bukankah Tuan yang mau saya begini? Baru kita tahu, siapa yang benar-benar kejam dalam mencinta.