cattleyaonlyAvatar border
TS
cattleyaonly
Istri Guruku Hantu - KUNCEN


Peristiwa mengerikan itu bermula dari pensil yang hilang. Ya, gara-gara pensil Tania, yang hilang, dia jadi naik pitam.

Saudara tiriku itu memukul kepalaku dengan sandal kotor miliknya yang membuat kemarahanku tak sanggup kubendung lagi.

Kupukul wajah Tania hingga alisnya sobek lalu kami berkelahi dengan brutal. Luka di wajahnya itulah yang membuat dendamnya kepadaku semakin menggila.

Karena itu sekarang aku di sini, di sebuah sekolah asrama kuno dengan kondisi yang boleh kukatakan cukup mengerikan. Begitu memasuki pintu besinya yang berderit kencang seperti kekurangan minyak, aku tahu bahwa kemungkinan besar aku tak akan bisa keluar lagi dari tempat itu dengan selamat.

Apalagi saat aroma melati menguar yang segera bercampur dengan bau busuk bangkai, aku merasa seolah sudah masuk di lubang kuburku.

Kupikir, hal satu-satunya yang mengembirakan tentang kepergianku di sekolah asrama itu adalah aku tak bertemu lagi dengan Tania dan mamanya. Namun, aku salah! Tania mengikutiku ke sekolah itu bersama Margot, kaki tangannya.

Aku yakin mereka mengikutiku dan berniat akan membully-ku di sini seperti yang biasa mereka lakukan di sekolah.

Mereka terlalu bagus bersandiwara di depan semuanya sehingga tak ada yang tahu bahwa selama ini mereka kerap menyiksaku.

Dengan segala kebaikan Tania kepada mereka, mana mungkin mereka percaya kata-kataku yang dikenal sebagai gadis aneh dan introver.

Malam ini Tania dan Margot menyeretku di sumur tua belakang asrama. Kurasa sumur tua itulah yang akan menjadi akhir ceritaku.

"Kau pikir bisa menghindar dariku? Jika bukan karena papamu, kau pasti sudah dibuang di danau oleh mama waktu liburan 10 tahun lalu." Tania tertawa setelah puas menjambaki rambutku.

Entah sudah seperti apa wajahku yang puas dipukuli Tania, aku tak bisa melawan. Badan Margot yang kekar mencengkeram kedua tanganku di belakang saat Tania melampiaskan kemarahannya kepadaku.

Entah apa salahku sesuangguhnya kepadanya. Sejak dia dan mamanya dibawa ke rumah kami oleh Papa, dia langsung memusuhiku.

Anyir darah yang keluar dari pelipisku mengalir dan jatuh dari ujung hidungku. Kucium bau anyirnya bersamaan dengan suara lolongan serigala dari kejauhan.



Malam merambat, dingin, binatang malam seolah riuh berpesta, yang kudengar hanya tawa Tania dan suara tinjunya di tubuhku.

Namun, tiba-tiba suara Tania lenyap. Hening. Bahkan suara binatang malam tak terdengar lagi.

Aku terbangun oleh harum melati yang menyengat. Kulihat sekeliling. Aku berada di sebuah kamar dengan dinding-dinding batu hitam seperti bagian belakang sekolah Asrama.

"Kau sudah sadar?" Seorang wanita cantik dengan rambut sepunggung menghampiriku. Aroma melati menguar dari tubuhnya.

Sejenak buku kudukku berdiri. Wajahnya yang pucat membuatku sedikit merasa tak nyaman. Namun, di belakang wanita itu berjalan seorang pria yang kukenal. Pak Erik, guru olahraga di sekolah asrama.

"Kau aman di sini. Dua gadis itu sudah aku beri pelajaran," kata wanita pucat itu.

"Maksud Ibu?" Aku kurang jelas dengan pelajaran yang dimaksud wanita itu.

"Kami sudah melaporkannya kepada ibu kepala sekolah. Mereka akan dapat hukuman," kata Pak Erik yang seolah tahu maksudku.

Aku menghela napas dalam-dalam lalu berusaha duduk. "Maafkan saya jadi merepotkan Pak Erik dan Ibu," kataku sungkan. "Kalau diperbolehkan, saya akan kembali ke asrama."

"Apa kau sudah kuat?"

Aku mengangguk.

"Biar aku antar," kata wanita itu kepada Pak Erik.

Kami keluar dari rumah yang ternyata berada sekitar 300 meter dari bagian belakang asrama. Ada dua rumah yang serupa di sampingnya tetapi terlihat gelap. Mungkin hanya rumah Pak Erik yang ditinggali.

Saat kami melintasi halaman belakang sekolah asrama, terdengar lagi lolongan serigala dari kejauhan, lebih keras dan menyayat.

Dadaku berdebar-debar, badanku merinding. Apalagi saat kucium aroma yang berasal dari wanita di sebelahku.

Aku sedekapkan kedua tanganku untuk mengurangi rasa takut yang tiba-tiba menyerangku.

"Kamu kedinginan?" tanya wanita itu.

Aku mengangguk.

"Oya, aku Bu Sukma, istri Pak Erik. Kami baru sebulan menikah," kata wanita itu.

"Saya Endita, Bu. Saya baru tahu Pak Erik sudah menikah."

Bu Sukma tertawa. "Ya, mungkin karena kamu baru di sini dan aku juga belum dikenalkan kepada orang-orang di asrama, jadi kalian tidak tahu."

Bu Sukma tidak mengantarku sampai pintu asrama. Dia meninggalkanku beberapa saat sebelum ibu kepala asrama membuka pintu.

Wanita itu sangat terkejut melihat keadaanku. Katanya, baru saja Pak Erik memberitahu tentang apa yang terjadi kepadaku.

Faktanya Tania dan Margot tidak dihukum apa-apa atas yang mereka lakukan kepadaku. Namun, ada yang aneh dengan mereka. Wajah mereka terlihat pucat dan tak bersemangat.

Bahkan mata Tania tak lagi berkilat-kilat penuh amarah saat melihatku. Apakah dia telah dihukum berat semalam?

Tepat tujuh hari setelah itu kudengar Tania dan Margot sakit. Saat papaku dan mama Tania menengoknya, kondisi kesehatan Tania mendadak kritis, lalu meninggal dengan mata melotot.

Kejadian itu tentu saja membuat mama tiriku histeris. Dia menyalahkan papa karena mengizinkan Tania sekolah asrama menyusulku. Bahkan dia juga menyalahkanku dan menuduh diriku pasti berada di balik kematian Tania. Wanita itu bahkan terus memukuliku seandainya saja tidak ada guru yang melerai.

Aku benci Tania, tetapi aku tidak ingin kematiannya setragis dan semisterius itu.

Sejak kematian Tania, hidupku terasa tenang. Tak ada orang yang menggangguku. Namun, setiap malam ada burung hantu yang mematuk-matuk jendela kamar sebelah, kamar Julia.



Saat kutanyakan kepada Mira teman sekamarku apakah dia mendengar suara itu, dia tidak mendengarnya.

Sebuah hal yang aneh. Bahkan kedatangan Bu Sukma yang tidak pernah diperkenalkan kepada orang-orang di sekolah asrama juga aneh.

Di sisi lain, anak-anak asrama selalu membicarakan ketampanan Pak Erik dan mereka sepertinya jatuh cinta. Seandainya saja mereka tahu kebenarannya pasti banyak yang akan patah hati.

Pagi itu, awal bulan ketiga aku bersekolah di sana, terjadi sebuah peristiwa menggemparkan. Seorang siswa ditemukan meninggal di dekat sumur tua dengan keadaan wajah yang seputih kapas. Julia.

Aku tersentak dan mengingat burung hantu yang selalu mematuk-matuk jendela kamar Julia. Mungkinkah itu pertanda maut akan menghampiri Julia? Kakiku gemetar. Namun, malam itu aku memutuskan untuk menuju sumur tua di belakang sekolah.

Aku bersembunyi di balik pohon mahoni besar dan mengawasi sumur tua itu. Namun, hingga malam mencapai puncaknya, tak ada tanda-tanda yang mencurigakan.

"Sedang apa kau di sini?" Suara itu mengejutkanku dan aku lebih terkejut lagi saat melihat siapa yang datang. Bu sukma dengan wajah pucatnya dan aroma melati yang menguar dari tubuhnya. Namun, kali ini aroma melati itu berbair dengan aroma busuk bangkai yang membuat perutku langsung mual.

Ketakutan langsung menggerayangiku. Tanpa menghiraukan Bu Sukma, aku berlari sekuat tenaga ke arah asrama. Aku melompati dinding pagarnya melalui cabang pohon mangga di sebelahnya.

Keringat dingin menetes deras di tubuhku. Saat aku masuk kamar, Mira sudah tidur. Kudengar suara burung hantu mematuk-matuk jendela kamarku.

Keesokan harinya aku membantu Bu Margaretha merapikan buku di perpustakaan. Tiba-tiba sebuah foto terjatuh dari buku-buku.

Bu Margaretha mengernyitkan dahi saat melihat foto yang kurasa itu foto Bu Sukma.

"Kenapa ada di sini, ya?" kata Bu Margaretha.

"Ibu kenal orang yang di foto itu?" tanyaku.

"Ya, namanya Sukma. Dia anak kepala asrama yang telah meninggal setahun yang lalu.

"Ah, yang benar, Bu?" kataku lalu tertawa. "Saya ketemu Bu Sukma kemarin."

"Ngawur kamu. Sukma sudah meninggal. Mana mungkin bisa menemuai ka ...." Bu Margaretha tidak melanjutkan kalimatnya. Wajahnya kini sepucat kapas dan menatapku tajam.

"Kau bilang ketemu dengannya?"

"Ya, Bu, saya ketemu dengannya dua kali. Pertama saat saya pingsan dan dibawa ke rumahnya di belakang asrama. Bu Sukma tinggal bersama Pak Erik. Mereka sudah menikah, kan?"

Bu Margaretha melotot karena kaget. "Kau dalam bahaya, Nak. Rumah di belakang asrama itu tak pernah dihuni siapa pun. Dan Erik ... arrghh! Kurasa lelaki itu yang membangkitkannya. Dia sangat mencintai Sukma. Saat mereka seminggu lagi akan menikah Sukma tiba-tiba meninggal dengan cara yang aneh."

Lalu Bu Margaretha dengan suara berbisik-bisik memberitahuku bahwa dulu suami kepala asrama menuntut ilmu sesat dan menjadikan Sukma sebagai tumbal. Bu Margaretha yakin Pak Erik juga menuntut ilmu sesat untuk menghidupkan Sukma kembali.

Dia sebenarnya curiga saay Tania, Margot, dan julia meninggal dengan kondisi yang aneh. Dia yakin ada sesuatu yang tak beres.

Bu Margaretha menyuruhku untuk kembali ke kamar dan berhati-hati, sementara itu dia akan mencari solusi dengan kepala asrama.

Namun, saat aku hendak menaiki tangga yang menuju kamarku, Pak Erik menghadangku.

"Aku butuh pertolonganmu," katanya.

"Tapi, Pak?" Tubuhku gemetar. Aku takut dengan kata minta tolong yang dikatakan Pak Erik.

"Ayo. Kau harus menolongku," kata Pak Erik seraya mencengkeram pergelangan tanganku dan menarikku agar mengikutinya.

Aku ingin berteriak tetapi mulutku seolah terkunci.

Pak Erik membawaku ke rumah tua di belakang asrama yang kata Bu Margaretha tak lagi dihuni siapapun. Namun, saat aku memasuki ruamh itu, semua terlihat nyata, perabot-perabot klasik dan vas bunga segar yang tertata rapi di meja. Ataukah ini hanya halusinasiku saja?

Pak Erik memaksaku duduk di depan Bu Sukma yang wajahnya seputih kapas dengan mata nyalang menatapku. Bibirnya tersungging senyum miring seolah mengejek seekor domba korban yang akan menemui ajal.

Kalian tahu, bukankah sudah kuberi tahu di awal bahwa saat memasuki pintu gerbang asrama yang berderit kencang seperti kekurangan minyak, aku merasa tak akan bisa lagi keluar dari tempat itu. Dan kini, aku hanya bisa berharap Bu Margaretha datang menolongku. (*)

Terima kasih sudah membaca thread/ cerpen ane.

Sumber gambar: Pixabay foto gratis
tictic80
bukhorigan
fikrionly
fikrionly dan 15 lainnya memberi reputasi
16
1.6K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan