Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

febi12283Avatar border
TS
febi12283
Alasan Mengapa Kita Kerap Kasihan Pada Orang yang Salah, Perilaku Manipulatif


Suara.com


Rasa iba atau kasihan seringkali kita alami ketika ada seseorang yang mengalami kesulitan, contohnya saja ketika ada teman atau orang tidak dikenal mendapatkan masalah berat dalam hidupnya, ada terbesit dalam diri kita untuk bisa meringankan beban dari orang tersebut.

Sebagai contoh ketika Farel yang merupakan seorang Tiktoker kerap memberikan kisah sedihnya di laman media sosial miliknya, bernama lengkap Farel Aditya, tidak sedikit yang kemudian merasa simpati dan empati, bahkan Richard Lee sendiri tergerak untuk membantunya dengan membiayai masuk sekolah terbaik di Kota Palembang, meski kemudian Richard Lee sendiri kecewa karena Farel yang dia anggap tidak serius untuk sekolah bahkan memutuskan keluar begitu saja dari sekolah yang baru 4 hari dia ikuti.

Warganet kemudian banyak yang beranggapan jika Farel hanya memanfaatkan kebaikan Richard Lee namun tidak sedikit yang berkata bahwa ini hanyalah kebutuhkan konten semata. Melansir dari Mindtools, berikut ini adalah alasan mengapa kita kerap kasihan kepada orang yang salah:


1. Pengaruh Media dan Narasi

Media, baik itu berita, film, atau media sosial, memiliki kecenderungan untuk membingkai kisah-kisah dengan cara yang menarik emosi kita. Dengan akses informasi yang terbatas dan seringkali satu sisi, kita mungkin hanya mendapatkan sebagian kecil dari gambaran keseluruhan. Ini bisa membuat kita merasa simpati terhadap seseorang tanpa mengetahui konteks atau latar belakang yang sebenarnya.

2. Bias Konfirmasi

Kita semua memiliki kecenderungan untuk mencari informasi yang membenarkan keyakinan dan pandangan kita yang sudah ada. Jadi, jika kita sudah memiliki pandangan tertentu atau rasa simpati terhadap seseorang atau kelompok, kita cenderung mengabaikan informasi yang bertentangan dan fokus pada yang mendukung perspektif kita.

3. Kebutuhan untuk Menjadi Penyelamat

Beberapa orang memiliki keinginan yang mendalam untuk menjadi "penyelamat" bagi orang lain, terutama jika mereka melihat orang tersebut sebagai korban. Meskipun ini berasal dari niat baik, kadang-kadang bisa membuat kita terjebak dalam siklus membantu orang yang mungkin tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.

4. Empati Berlebihan

Meskipun empati adalah sifat yang indah, terkadang kita bisa menjadi terlalu empatik hingga sulit untuk melihat situasi dengan objektif. Kita mungkin terlalu fokus pada perasaan seseorang hingga mengabaikan tindakan atau keputusan yang telah mereka buat.

5.Ketakutan akan Konflik

Dalam situasi tertentu, mungkin lebih mudah bagi kita untuk merasa simpati daripada menghadapi konflik atau konfrontasi. Kita mungkin memilih untuk merasa kasihan daripada mengakui bahwa seseorang mungkin memiliki peran dalam kesulitan mereka sendiri untuk menghindari konflik.






Merasa simpati adalah hal yang alami dan penting untuk membangun hubungan antar manusia. Namun, penting untuk selalu menyikapi informasi dengan pemikiran kritis dan memastikan bahwa simpati kita diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya. Dengan demikian, kita bisa memberikan dukungan yang lebih tepat dan efektif kepada mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan kita.
https://www.mindtools.com/axtfdfb/de...ulative-people



0
508
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan