ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Pendekatan Psikologis atas Fenomena Menikah Muda [Kompetisi KGPT]


Jika orang-orang awam ditanya mengapa generasi jaman sekarang (dan juga dulu) banyak yang memilih menikah di usia remaja, mungkin rata-rata akan menjawab tujuannya adalah agar bisa skidipapap secara legal. Jawaban itu tidaklah salah, tetapi entah mengapa mendengarnya membuat saya kesal.

Quote:



Jika kita pergi ke daerah pedesaan maka tak jarang kita akan menemukan keluarga beranak banyak. Tak jarang juga kita menemukan janda/duda yang bahkan belum kepala dua. Di daerah perkotaan hal ini lebih sulit ditemui yang mana menunjukkan kondisi lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada keputusan ini.



Di kota besar, mimpi dan harapan berseliweran menunggu untuk ditangkap. Para perantau dengan segudang ambisi terus berdatangan, berjuang tak kenal menyerah demi menaruh sukses dalam genggaman. Sebaliknya, nyaris tak ada apa-apa yang bisa dikejar di daerah pedesaan. Tanpa mimpi, tanpa tujuan, tanpa ambisi, apa yang harus orang-orang di sana lakukan setelah lulus Sma? Yep, apa lagi kalau bukan menikah?

Mungkin Anda akan heran dengan jumlah orang yang sama sekali tak punya tujuan hidup. Tak punya tujuan hidup berarti tak punya tekad dan tak punya tekad berarti sangat mudah untuk terbawa arus. Tau sendiri kan masyarakat kita gimana? “Eh, kapan nikah?”Kira-kira seperti itulah pemicunya. Toh, dia tak punya tujuan apa-apa, mungkin menikah akan memberinya sedikit tujuan.

Tapi apa cuma itu? Tekanan dari luar? No! Pasti ada faktor lain yang berasal dari dalam diri sendiri.



Coba pikirkan kembali apa itu pernikahan. Umumnya, pernikahan adalah kehidupan baru bagi dua insan yang mana mereka melepaskan diri dari keluarga masing-masing dan membentuk keluarga baru. Membentuk keluarga baru, rumah tangga baru, rumah baru. Nah, biasanya (biasanya lo) dua orang yang menikah akan hidup di rumah mereka sendiri, lepas dari orangtua.

Saat kita sudah memasuki awal umur 20-an, pasti akan ada perasaan untuk hidup mandiri tanpa dicampuri oleh orangtua. Meski demikian tak semua orangtua setuju untuk melepas anaknya hidup sendirian. Nah, bagi banyak orang pernikahan adalah momen yang pas untuk melepas anak dan membiarkan mereka menapaki tangga kedewasaan.

Banyak yang menggunakan pernikahan untuk sekedar melepaskan diri. Tak sedikit pula orangtua yang menggunakan pernikahan untuk “mengusir” anak mereka dari rumah. Masalah terbesar dari dua fenomena ini adalah umur kedua belah pihak yang sebenarnya belum benar-benar siap menjalani pernikahan. Saya pribadi bisa bilang anak-anak berumur 20 ke bawah belum pantas untuk menikah karena otak manusia masih terus tumbuh hingga umur 25.



Dan karenanya kita pun sering melihat kasus pernikahan yang hancur dengan cepat meninggalkan janda-janda muda di mana-mana. Orang-orang yang menikah hanya karena ingin skidipapap legal juga pasti akan meninggalkan anak dan sangat tinggi kemungkinan anak itu tidak akan terurus. Akhirnya kasus anak terlantar, stunting, dan penganiayaan anak terus saja meningkat.

Yeah, kira-kira itulah alasan mengapa banyak sekali kasus pernikahan muda di negeri ini. Kurangnya tujuan hidup membuat orang-orang hanya ikut arus dan akhirnya menikah akibat tekanan dari sekitar. Apa yang benar-benar dibutuhkan oleh generasi muda jaman sekarang adalah ambisi dan dari mana mereka bisa memperoleh ambisi? Nggak tahu.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.
Diubah oleh ih.sul 28-08-2023 17:29
cor7
aditmaukemana
bukan.bomat
bukan.bomat dan 13 lainnya memberi reputasi
14
2.8K
88
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan