amekadrunAvatar border
TS
amekadrun
Menjerat Om-Om Dengan Staycation


Menjerat Om-Om Dengan Staycation

Muhammad Maruf, CNBC Indonesia

03 July 2023 06:50

   



Foto: Ilustrasi (Designed by jcomp / Freepik)

Ini adalah sedikit dari bagian cerita menarik dari riset investigasi maraton selama kurang lebih enam bulan belakangan. Praktik asusila dan penipuan sebagai bagian dari aktivitas underground economy atau ekonomi bawah tanah di Indonesia meningkat, dipacu oleh booming ekosistem digital-media sosial, tren pemutusan hubungan kerja (PHK), dan pengangguran tinggi generasi Z. Nilai bisnis esek-esek di Indonesia kami perkirakan mencapai sekitar Rp 91 triliun setiap tiga bulan sekali!


Jakarta, CNBC Indonesia - Namanya Yuli, saya menemukannya di aplikasi kencan Tinder. Gadis muda, cantik dengan lekuk tubuh yang aduhai. Dia memposting beberapa foto yang mampu menguji iman dan hasrat laki-laki normal. Yuli mengaku berumur 26 tahun dan masih semester enam di sebuah perguruan tinggi di Jakarta Timur, dan kos di daerah Kampung Makasar Jakarta Timur.

Seperti umumnya basa-basi chat setelah match di aplikasi kencan, saya mengajaknya untuk pindah percakapan ke aplikasi lain, Whatsapp agar lebih mudah berkomunikasi. Yuli menolak, kalau mau katanya pakai Telegram. Alasannya masuk akal, sebab Telegram jauh lebih aman dalam hal privasi pengguna. Telegram bisa menyembunyikan nomor ponsel, dan menggantinya dengan nama akun yang bisa diubah-ubah. Tapi saya mulai curiga, banyak informasi janggal yang membuat saya yakin Yuli adalah pelaku love scam.

Dalam hati, ini yang saya cari. Percakapan berjalan seperti biasanya, sampai kemudian Yuli mengeluhkan stressed outkarena skripsi yang sulit, apalagi, katanya dia baru kehilangan pekerjaan freelancenya. Yuli mengaku perantauan asal Surabaya. Katanya, sulit mencari kerja sekarang. Begini ringkasan chat yang membuktikan feeling saya tepat.




Singkat kata sepakat, tapi dengan satu syarat dia yang harus memesankan hotel. Dia menyodorkan beberapa profil hotel mewah di bilangan Jakarta Pusat, dengan rentang tarif Rp2-4 juta. Untuk membuat saya lebih percaya, dia mengirimkan pesan suara asli dan foto. Yuli juga bilang akan membayar separuh atau split bill, saya tinggal mentransfer ke rekening dia setelah pesan dan bayar.

Saya katakan berubah pikiran. Saya yang akan memesan dan membayar semua tagihan hotel. Seperti saya duga dia tidak mau. Katanya, sebagai bukti agar dia percaya dan saya bukan laki-laki jahat, yang memesan harus dia. Saya tidak mengerti apa hubungannya, sampai kemudian muncul benang merah. Kalau dengan skema pertama dia akan kabur setelah saya mentransfer uang, dan kedua meskipun saya bayar langsung ke aplikasi pemesanan hotel, tetapi karena pemesanan atas namanya, maka dia akan membatalkan dan mendapatkan refund dana.

Ini adalah satu contoh easy money, mudah sekali mendapatkan uang katakanlah Rp1-2 juta dalam beberapa saat, hanya bermodal aplikasi kencan dan foto syur orang lain untuk menggoda laki-laki yang sedang mencari birahi di aplikasi kencan, seperti Tinder, Tantan, dan Bumble-paling populer di Indonesia. Tentu saja, baik nama, foto, lokasi dan semua cerita Yuli itu adalah hasil karangannya. Trik Yuli bukan yang pertama saya jumpai, atau disebut sebagai modus love scam.



Love scam adalah salah satu jenis kasus penipuan trending di aplikasi kencan dan pertemanan media sosial. Sayangnya banyak korban di Indonesia yang diam saja, malu untuk melapor ke polisi. Sekadar gambaran, data FBI pada 2021 menyebut kerugian akibat penipuan melalui internet mencapai US$ 7 miliar atau sekitar Rp100 triliun di seluruh dunia. Dari jumlah itu, sebanyak US$ 956 juta atau 13% berasal dari kasus terkait romantisme, atau love scam. Artinya, kerugian akibat penipuan love scam rata-rata mencapai 13% di seluruh dunia.

Love scam adalah salah satu dari sekian banyak aktivitas ilegal yang menjadi bagian dari underground economy.Banyak sekali aktivitas gelap di dunia perkencanan online, mulai dari secara terbuka buka jasa open BO, pijat erotis, pura pura sedih untuk memelas minta pulsa, atau transfer via dompet digital, sampai dengan nodong minta uang saat ketemuan langsung pertama. Banyak sekali, dan kreatif sekali anak-anak muda Gen Z ini.

Saya tidak mendapatkan langsung narasumber laki-laki, sebab aplikasi kencan itu hanya menampilkan perempuan pada akun laki-laki, dan sebaliknya. Tapi dari belasan perempuan pengguna aplikasi kencan, beberapa menceritakan pasangan laki-laki yang mereka temui sering mendapatkan modus serupa, bahkan salah satu diantaranya mengatakan 80% perempuan di aplikasi kencan memiliki modus seperti itu; mencari uang. Sebaliknya, dari cerita pengguna perempuan tidak sedikit yang mengisahkan bagaimana mereka juga bertemu dengan pria brengsek bermodal flexing, mokondo, dan ujung-ujungnya mlorotin.

  

Secara global pengguna aplikasi kencan kebanyakan pria, seperti 75% pengguna Tinder. Ini berkorelasi positif dengan survei Seeking Arrangement, bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah sugar daddy terbanyak kedua di Asia, setelah India dengan jumlah 60,250 orang. Sugar daddy merupakan istilah yang diberikan kepada pria dewasa kaya yang gemar menjalin hubungan dengan perempuan lebih muda dan senang memenuhi segala kebutuhan mereka.

Dari pengakuan belasan perempuan pengguna Tinder dan Bumble yang saya temui, mereka menemukan lawan jenis dengan banyak motif, mulai dari kencan semalam, mencari sugar baby, love scam hingga serius mencari jodoh. Profesi mereka beragam, mulai dari level direksi perusahaan ternama lokal dan asing, karyawan, seniman, bankir, broker saham, pengusaha, dosen, guru dan lain sebagainya. Mereka adalah makanan empuk predator love scamseperti gadis-gadis muda Yuli.

Tinder, Tantan, dan Bumble adalah di antara aplikasi kencan yang merepresentasikan segmen menengah di pasar kencan, karena memberikan fitur premium berbayar yang secara otomatis mengurangi potensi love scam. Dari wawancara lapangan saya, profil perempuan penggunanya-saya ikut Tinder dan Bumble-cukup bonafid, mulai dari level manajer ke atas hingga karyawan biasa di perusahaan lokal dan multinasional di berbagai sektor usaha.

Profesinya juga macam-macam, pengusaha, dokter, psikolog, polisi, pengacara, aparatur sipil negara, jurnalis, rata-rata adalah white-collar jobs. Usia mulai dari 20 hingga 45, mahasiswi-pekerja, gadis hingga janda dengan penampakan perempuan modis hingga ukhti religius.

Ini adalah pasar yang legit untuk bisnis, karena kebutuhan konsumen makin besar yang ditunjukkan oleh pertumbuhan pesat pengeluaran untuk membayar akses premium. Pada tahun lalu, setiap bulan orang Indonesia menghabiskan duit rata-rata per bulan US$1,9 juta atau sekitar Rp 30 miliar untuk membayar langganan akses premium di aplikasi kencan. Tahun lalu, Tinder meraup pendapatan global US$1,8 miliar dari 75 juta pengguna aktif seluruh dunia. Survei Rakuten Insight pada Februari 2022, sekitar 63% responden mereka asal Indonesia menggunakan Tinder, dan 29% responden mengaku menggunakan aplikasi kencan di ponselnya.



Booming Prostitusi dan Layanan Seks Virtual Mandiri

Aplikasi kencan cuma satu dari ratusan cara mendapatkan uang di dunia maya, baik legal maupun ilegal, semuanya adalah bagian dari underground economy, karena tak tercatat resmi oleh negara sehingga tidak ada pemasukan bagi pajak. Saya berselancar kesana-kemari, mulai dari aplikasi kencan resmi, gelap seperti Mi Chat untuk cinta satu malam segmen bawah, aplikasi live streaming erotis, hingga deep web yang Anda bisa menemukan transaksi aneh-aneh, seperti jasa pembunuh bayaran disana.

Twitter adalah aplikasi media sosial paling liar, dibandingkan dengan semua media sosial yang ada. Kontrol terhadap identitas penggunanya lemah memudahkan anonimitas pengguna. Perdebatan di Twitter bisa sangat kasar, mulai dari topik politik, ekonomi, selebritis, hingga hal-hal tabu. Anonimitas inilah yang kemudian menjadi magnet pelbagai keganjilan sosial, seperti komunitas swinger (aktivitas seksual rekreasional dengan cara bertukar pasangan menikah antara dua pasangan), homoseksual, pedofil, sugar daddy-sugar baby hingga prostitusi hingga menjajakan judi online.

Pada pasar prostitusi, Twitter ibarat etalase untuk menjajakan berbagai produk jasa, mulai dari open BO (open booking order, open booking online, open booking out/prostitusi), video call sex (VCS), pijat erotis, konten foto-video syur, live streaming konten dewasa, hingga sewa pacar. Sistem pada pasar prostitusi atau open BO di Twitter cukup kompleks, misalkan ada akun pekerja seks-sebut saja angle-ada akun verifikator-untuk meyakinkan konsumen kebenaran akun-akun angle bukan love scam-dan ada juga akun germo yang memiliki sejumlah angle, dan akun testimoni. Twitter adalah etalase atau semacam pamflet saja, sementara eksekusi tetap ada di hotel, apartemen atau kos-kosan, dan platform lain untuk konten digital.



Bagi gadis-gadis belia yang menawarkan tubuhnya untuk tiga-empat kali kencan seks saja, sudah cukup untuk mendapatkan gaji rata-rata minimum pekerja Rp3 jutaan. Dari survei langsung kepada 59 akun Twitter penyedia jasa layanan seks dengan rata-rata follower 3.793, saya mendapatkan gambaran rata-rata tarif sekali open BO per jam Rp1,117,000, dan long time atau 24 jam sebesar Rp 13,541,000. Tapi ini representasi dari segmen menengah, sebab di segmen di bawahnya bisa separuh atau sepertiga dari itu. Tarif ini bisa dikatakan mengalami inflasi hingga 300% lebih dalam satu dekade terakhir, berdasarkan riset serupa yang pernah saya publikasikan.

Tentu ini adalah hitungan kotor, belum termasuk harga negosiasi dan klausul yang lain. Ini adalah godaan yang luar biasa bagi perempuan muda yang bila dalam posisi terjepit, seperti kesulitan ekonomi dan susah mencari kerja bisa dijadikan jalan pintas. Bayangkan, ada sekitar 3 juta pengangguran perempuan di Indonesia usia 15-29 tahun saat ini, tertinggi dari semua level usia. Sementara itu, memakai parameter yang ada, sekitar 33% yang sudah bekerja underpaid, cuma dua pertiga media gaji atau katakanlah cuma Rp1,1 jutaan sebulan, tentu kurang untuk belanja skincare.

Untuk gadis-gadis belia yang menjajakan konten syur, biasanya mereka menggunakan akun ganda, dimana akun terkunci untuk pelanggan berbayar sementara akun gratis dijadikan sebagai wahana promosi untuk menggaet pelanggan baru. Tidak hanya itu, mereka juga memanfaatkan aplikasi lain untuk mendukung bisnisnya, mengumpulkan pelanggan dan sebagai galeri menampilkan karya-karya erotisnya, termasuk sistem pembayaran yang aman. Aplikasi yang cukup banyak dipakai adalah aplikasi konten kreator seperti Trakteer.id yang menjembatani antara pelanggan dan penyedia jasa.



Saat melakukan investigasi serupa satu dekade lalu, dipublikasikan di majalah Bloomberg Businessweek, layanan jasa seksual tidak secanggih sekarang. Pada waktu itu memang sudah terjadi proses migrasi dari layanan offline dari rumah-rumah bordil di komplek lokalisasi menjadi online melalui forum-forum dewasa di internet seperti Kaskus versi lama, Semprot dan lain-lain. Jenis pelayanannya pun tunggal, hanya jasa hubungan intim.

Sekarang jauh lebih beragam, berkembang sesuai selera konsumen pria hidung belang. Layanan utama masih senggama dan VCS, tapi berkembang misalnya jasa Blowjob on the Car, menawarkan sensasi oral seks pada pria sambil menyetir di jalanan macet ibukota, tarifnya sekitar Rp500 ribu sekali ejakulasi. Tinggal janjian dimana, dijemput dan eksekusi. Ada pula yang paling receh menemani ngobrol di kafe tanpa atau dengan sentuhan fisik, bisa berakhir di ranjang atau cuma ketemuan. Kreatif sekali.

Sementara itu pada layanan VCS mayoritas menggunakan Telegram yang relatif aman, sisanya menggunakan Whatsapp. Seperti rumah bordil tapi virtual, ada juga germo yang menawarkan jasa VCS dengan sistem mirip panti pijat dewasa offline menggunakan fitur chat room. Menawarkan berbagai fantasi seks VCS dengan opsi-opsi gadis-gadis muda berbagai model seperti pakaian perawat, pramugari, jilbab syar'i, baju anak SMP/SMA dan lain-lain. Ada pula pilihan berdasarkan usia mulai dari 18 tahun hingga setengah tua atau 30 tahun ke atas.



Selain pada aplikasi perpesan, praktik VCS amat banyak dijumpai pada aplikasi live bar-bar atau live streaming show, yaitu aplikasi yang menawarkan jasa seperti VCS di Telegram tapi bersifat group atau menyiarkan pertunjukan langsung pada banyak pengunjung menggunakan chat room. Ini mirip dengan layanan sexy dancer di bar-bar mesum, tapi virtual dimana talent yang tampil akan melakukan permintaan pengunjung dengan bayaran sawer virtual atau koin digital. Aplikasi ini banyak sekali dan mudah diunduh di Google Play Store, maupun di instal manual dalam bentuk file APK.

Jasa pemuas nafsu laki-laki paling akhir adalah jual beli konten dewasa mulai dari bajakan film produksi dari rumah produksi dewasa profesional, maupun video pribadi hasil dari pencurian dari ponsel, peretasan akun media sosial perempuan, maupun rekaman aplikasi live bar-bar. Ini ibaratnya pasar VCD bajakan film dewasa yang dulu sebelum era digital ada marak di jumpai di pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta seperti Glodok dan Mangga Dua. Isinya mengerikan, beragam rekaman pribadi perempuan-perempuan muda beredar, biasanya korban love scam.

Pilihannya macam-macam sesuai selera mulai dari video seks pedofil, remaja, dewasa, film barat, Jepang, hijab, Chindo dan lain-lain. Rata-rata tarif keanggotaan mulai dari Rp50 ribu hingga Rp500 ribu tergantung opsi. Ini juga easy money,satu grup berbayar yang baru beberapa bulan buka layanan misalnya bisa mendapatkan member 500 hingga 5000, tinggal dikalikan tarif keanggotaan yang berlaku seumur hidup. Jasa ini paling banyak ditemukan di Twitter.



Relasi Tren Naik Prostitusi dan Ekosistem Digital

Prostitusi adalah cara cepat bagi perempuan-perempuan muda mudah mendapatkan uang banyak. Pada segmen kelas atas, dengan konsumen pejabat, politisi dan pengusaha kaya, tarif sekali kencan dimulai dari Rp3 juta hingga puluhan juta rupiah, sehingga setiap pekerja seks bisa meraup minimal Rp15 juta per bulan.

Latar belakang pekerjanya beragam mulai dari artis, selebritis media sosial, pramugari dan mahasiswi yang datang baik dari keluarga kelas menengah dan miskin. Mereka melakukannya sebagai pekerjaan sampingan. Di kota-kota besar layanan spesial ini ada, termasuk di Jakarta yang dikelola oleh germo profesional, diantaranya dijumpai secara terselubung di sejumlah kafe-kafe, bar mewah disekitaran pusat keuangan Indonesia, Sudirman Central Business District/SCBD, Jakarta Selatan.

Dari pengamatan selama satu dekade terakhir, kombinasi kemajuan teknologi digital, serapan tenaga kerja formal rendah dan kebijakan pemerintah turut serta memicu menjamurnya praktik prostitusi mandiri berbasis online di Indonesia. Dimulai dari lonjakan kepemilikan telepon seluler tahun 2012 oleh ponsel murah bersistem operasi Android, angka pengangguran pemuda yang tinggi, dan kebijakan penutupan lokalisasi PSK pada 2014 memicu pekerja seks berbondong-bondong menawarkan jasanya secara virtual.



Facebook yang diperkenalkan pada 2004, Twitter (2006), Whatsapp (2009) dan Telegram (2013) mendorong pergeseran transaksi seks dari offline menjadi online. Ini sejalan dengan peningkatan tajam penggunaan media sosial di Indonesia, dimana mula-mula mereka beroperasi di Facebook, tetapi kemudian berpindah pada media sosial lain yang lebih aman, seperti Twitter dan Instagram. Termasuk pula aplikasi kencan, seperti Tinder yang mulai disemai pada 2012 ikut menggoda banyak anak muda di Indonesia tergiur oleh prostitusi yang dilakukan secara mandiri.

Tren pekerja seks mandiri ini juga diikuti oleh pebisnis atau germo penyedia layanan seks, dan bahkan skalanya semakin masif. Kajian Global Report on Trafficking in Persons, lembaga PBB untuk memerangi perdagangan manusia menyebut kehadiran internet dan media sosial digunakan para pebisnis syahwat ini untuk merekrut, mengiklankan dan mengeksploitasi gadis-gadis muda dan anak-anak. Media sosial memudahkan germo untuk mencari bibit-bibit baru pekerja seks dari akun-akun media sosial, seperti Facebook dan Instagram, sekaligus juga menawarkan kepada pelanggan potensial.

Data pekerja seks di Indonesia masih simpang siur. Lembaga PBB untuk penanggulangan penyakit kelamin menular, UNAIDS memperkirakan ada 226,791 PSK di Indonesia, atau ada 9 dari setiap 10.000 penduduk pada 2014. Tertinggi di Asia Tenggara, dan nomor kedua setelah India 889 ribu. Namun, semenjak praktik pola prostitusi berubah dari lokalisasi menjadi online, hampir mustahil mendapatkan data yang akurat tentang berapa jumlah pekerja seks saat ini. Melihat varian jasa pemuas nafsu laki-laki dan perempuan ini makin beragam, baik itu dilakukan secara mandiri maupun oleh organisasi bisnis, dapat dipastikan jumlahnya meningkat tajam.



Secara jumlah, korban perdagangan manusia yang diperalat organisasi germo ini memang turun trennya di Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia. Laporan Global Report on Trafficking in Persons tahun 2022, menyebut rasio jumlah korban per 100.000 populasi mulai melandai di kisaran 0,25-0,26 pada 2015 dan menurun tajam pada 2018 dan semakin parah pada 2020 menjadi 0,08.

Ini dapat dijelaskan dengan tren dimana banyak pekerja seks memilih mandiri, daripada bekerja pada germo dengan menjajakan jasanya melalui platform akun pribadi media sosial. Sebab, rasio ini merupakan serapan dari laporan kasus perdagangan manusia yang tertangkap aparat. Sementara, penurunan tajam pada 2020 disebabkan pandemi Covid-19 yang tidak hanya memukul bisnis esek esek kelas germo namun juga pekerja seks mandiri.



Tren Wisata Sex dan Susah Cari Kerja Bikin Gadis Muda Tergiur

Menurut Asian Labour Journal, sebanyak 88% perempuan di Indonesia menjadi pekerja seks karena alasan ekonomi sulit. Peningkatan ini salah satunya didorong oleh perkembangan pesat wisata seks yang menjadi fenomena global, dimana Indonesia menurut laporan mereka adalah tujuan utama, khususnya anak-anak di bawah umur bagi turis asing dan lokal. Diperkirakan, sekitar 100 ribu anak dan perempuan diperbudak oleh germo setiap tahun untuk memasok kebutuhan wisata seks, dimana 30% diantaranya berusia di bawah 18 tahun.

Sementara, The Women's Institute menyebut sekitar 43,5% korban perdagangan manusia untuk kebutuhan bisnis birahi ini berumur di kisaran 14 tahun, sebab gadis Asia seusia ini memang paling diminati para pelancong seks. Plus, ada 40-70 ribu anak-anak korban perdagangan manusia yang tidak dipekerjakan sebagai pekerja seks, tapi dijajakan oleh germo untuk eksploitasi seksual jenis lain. "Jaringan pedofil Australia telah menyusup ke Bali dengan dalih mengadopsi atau mengasuh anak-anak miskin," kata mereka.

Sementara dari sisi kondisi sosial ekonomi, euforia hedon yang menjangkiti Generasi Z, atau yang lahir tahun 1997-2012, dipicu fenomena flexing di media sosial tetapi tidak diimbangi oleh kemampuan finansial membuat mereka banyak terjerumus pada dunia prostitusi. Lowongan pekerjaan bagi Gen Z memang memburuk sejak tahun 2016, dimana terjadi pemutusan hubungan kerja dan berkurangnya lapangan kerja baru. Ini mengakibatkan naiknya jumlah pekerja informal.

Sumber kuat CNBC Indonesia di Kementerian Ketenagakerjaan mengungkapkan bahwa fenomena "staycation bareng bos' demi karyawati memperpanjang kontrak di pabrik-pabrik di CIkarang beberapa waktu lalu benar adanya. Berdasarkan penelusuran Kemenaker, fenomena itu banyak terjadi, baik dilakukan secara sadar dan sukarela maupun terpaksa karena keadaan agar tidak kehilangan pekerjaan.



https://www.google.com/url?sa=t&sour...5eoAlhIA6vwkRB
shimtywerben
seher.kena
bukan.bomat
bukan.bomat dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.6K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan