nibrasulhaqAvatar border
TS
nibrasulhaq
Akhir Kisahku Di Kota Santri

Mengenangmu, bak menorehkan luka yang menyayat di hati ini. Saat ada lagu berjudul "Takdir Memang Kejam" mungkin itu dapat mewakili kisahku.


Aku mengenalmu di sebuah kota dengan julukan kota santri. Engkau masuk sebagai mahasantri baru di kampus yang sama denganku. Di tahun awal mengenalmu, engkau dan aku belum memiliki rasa yang lebih. Namun rasa itu berubah setelah kepedulian dan perhatianmu akan kesehatanku.


Sebelum masuk kampus yang sama denganku, perempuan kalem itu sebut saja Annisa pernah belajar di SMF, Sekolah Menengah Farmasi, tentu saja ia paham betul tentang segala macam obat dan segala bentuk efek samping bagi pasien yang mengonsumsinya.

Pada tahun kedua kami berada di kampus yang sama, aku diuji Allah menderita Hepatitis. Dari sakit itulah Annisa begitu perhatian dan peduli kepadaku. Annisa beri aku obat, vitamin, makanan dan juga minuman apa yang dapat nenyembuhkan penyakitku.


Mungkin pada awalnya juga, engkau membantuku hanya sekedar bentuk peduli sebagai teman dan kebetulan juga engkau paham betul tentang penyakit yang sedang kuderita.

Namun, pasca kesembuhanku hubungan kami lebih intens, meski hanya tertulis pada pucuk-pucuk surat yang kukirimkan dan lembar-lembar torehan aksara jawaban dari surat-suratmu. Hingga dari surat menyurat itu ada sebuah kata 'klik' antara engkau denganku.


Akhirnya, suatu hari aku meminta izin ingin berkenalan dengan seluruh keluargamu. Berangkatlah aku menuju kota tahu dimana kedua orang tuamu tinggal. Dari perkenalan dan obrolanku dengan keluargamu, terutama ayah yang kelak akan menjadi wali nikahmu. Awalnya begitu baik dan terbuka dengan kehadiranku.

Dan kala itu ayahmu mengatakan, semua terserah engkau (Annisa) yang menjalani hidup berumah tangga kelak. Dari pernyataan itu, sedikit angin segar bagi jomblo sepertiku. Karena aku sudah sedikit tahu, kalau engkaupun juga mengharapkanku. Kuketahui perasaanmu dari pucuk-pucuk surat itu.


Namun, takdir Allah itu tidak dapat diduga dan di tebak. Di tengah penantian kesiapanku untuk melamarmu secara resmi, ada kabar dari negerinya Kadafi Libya, aku diterima melanjutkan pendidikan di sana.

Antara senang, bingung dan juga duka menghiasi hari-hariku pasca pengumuman bahwa namaku tercantum disana. Di satu sisi bahagia dapat diterima belajar di Timur Tengah, tentu orang tuaku bahagia. Akan tetapi, di sisi lain bagaimana nasib kisah kasihku dengan Annisa.


Akhirnya aku dan Annisa punya ide, bagaimana kalau kita menikah secara agama terlebih dahulu. Karena syarat mendapat beasiswa belajar disana tidak sedang terikat pernikahan. Sehingga tidak memungkinkan harus menikah sebelum keberangkatanku ditambah lagi waktu yang sedikit ini dapat mengurus dan melangsungkan pernikahan secara resmi negara kita, tentu tidaklah mudah.

Kemudian Annisa menyampaikan niatku itu kepada orang tuanya. Akan tetapi, orang tuanya tidak dapat menyetujui rencanaku ini. Orang tua Annisa tidak rela jika putrinya menikah secara agama saja. Orang tuanya ingin menikah seperti pada umumnya. Jika tidak, maka ia tidak akan meridhai pernikahan kami.

Dengan sangat terpaksa, sebelum kepergianku ke Tripoli akhirnya untuk sementara aku dengan Annisa tidak membuat ikatan apapun. Aku membebaskan dia jika suatu hari ada lelaki yang ingin menikahinya. Meski di hati terdalamku, aku berharap ia mau menungguku hingga usai studyku di Libya.


Dua tahun berlalu, aku mendapat libur musim panas, di tahun ketiga aku pulang ke Indonesia. Berharap dapat menjumpainya dan mengetahui kabarnya.

Benar-benar aku mendapat kabar tentangnya, adik lelakinya datang ke rumahku untuk menyampaikan undangan pernikahannya. Benar-benar hati ini terasa hancur lebur berkeping-keping, sakitnya pun terasa menyesakkan dada.

"Bang, datang ya ...," pinta adiknya kepadaku waktu itu.

"Ndak janji ya ...," jawabku singkat dengan menahan sesak di dada.

Bagaimana aku bisa datang, sedangkan kemungkinan besar aku tidak akan mungkin sanggup melihatnya bersanding dengan lelaki lain.

*****
Beberapa tahun pun berlalu, akan tetapi beberapa bulan lalu, tiba-tiba namaku berada di sebuah grup alumni dimana di dalam grup itu, ada namanya juga. Dadaku tiba-tiba terasa berdegup tidak menentu, ada rasa yang berbeda dalam hati ini, tapi entah apa itu namanya.

Segera kutepis rasa itu, meski masih saja menyisakan rasa yang berbeda antaraku dengannya.

Ah, mungkin suatu hari nanti kita hanya bisa sebagai besan saja, dengan menjodohkan anak-anak kami kelak. Meski dulu aku dan Annisa berharap dapat menyatu, namun pada akhirnya ayahmu tidak merelakanmu untukku.


Torehan: Nibrasulhaq

Sumber gbr: Pinterest, google
Diubah oleh nibrasulhaq 28-04-2020 16:55
pulaukapok
bukhorigan
Bgssusanto88
Bgssusanto88 dan 40 lainnya memberi reputasi
41
3.7K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan