Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Di Tengah Isu Resesi, Fenomena Hedon di Sosmed Terus Terjadi


Penulis:        Alvin Kurniawan
Editor:         Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Kita tahu bahwa yang namanya hidup tidak selalu mudah. Ada aja masalahnya. Resesi, PHK, pengangguran, batal nikah, bos yang tidak menghargai kinerja kita, upah rendah, makanan yang semakin mahal, BBM naik, biaya kos, skripsi yang tak kunjung kelar, biaya susu anak, dan banyak lagi lainnya. Di tengah tuntutan hidup yang semakin njlimet, kita dituntut untuk bisa berhasil dalam berbagai hal.

Tuntutan ini muncul ditengah zaman yang semakin maju diiringi pesatnya perkembangan teknologi di sekitar kita. Memang sih semakin majunya zaman dan pesatnya perkembangan teknologi membawa suatu kemudahan bagi kita, yaitu mudahnya akses informasi. Apalagi dengan adanya media sosial. Kini kita dapat lebih mudah membagikan keseharian kita semudah klik dan post. Namun di sisi lain kemudahan ini justru menimbulkan suatu fenomena baru di mana setiap orang berusaha menampilkan sisi terbaik dari diri mereka. Bisa dibilang inilah Hedon.

Media sosial yang semakin canggih dan mudah untuk diakses memberikan kesempatan bagi banyak orang untuk meng­-hedon-kan kehidupannya. Hedon atau hedonisme adalah sebuah fenomena sosial di mana kesenangan atau kebahagiaan menjadi sebuah standar dalam hidup. Orang yang memiliki gaya hidup hedon cenderung menampilkan kesenangan dalam hidup mereka yang seolah-olah hidupnya sudah sempurna dan kerja kerasnya terbayarkan.

Konsep media sosial yang umumnya hadir dengan rayuan “Bagikan aktivitasmu kepada sesama” membuat banyak orang ketagihan untuk posting keseharian mereka. Coba kita buka dan scroll media sosial yang kita miliki, tentu sangat mudah kita temui postingan-postingan hedon dari teman-teman media sosial kita. Si A baru saja tunangan dengan kekasihnya di umur 23 tahun. Si B posting pekerjaannya yang terlihat prestige. Si C pamer pesta pernikahannya yang meriah dan dihadiri banyak orang. Si D posting mobil mewah yang baru dibelinya. Si E pamer foto liburannya ke Bali. Si F berhasil membeli sebuah rumah di kompleks perumahan elit. Si G posting gajinya yang tinggi. Begitu seterusnya sampai si Z atau bahkan lebih dari itu.

Fenomena hedon ini membuat kita seakan-akan harus berhasil dalam segala hal. Pekerjaan keren, kondisi finansial stabil, punya pasangan, punya rumah sendiri, bahagiain orang tua, memiliki gelar bergensi, usaha sukses dan banyak lagi. Mirisnya kita seakan-akan di genjot oleh kenyataan bahwa sukses di usia muda sangatlah luar biasa. Padahal tak semua bisa begitu bukan?


Kita sadari beberapa dari kita terlahir dari keluarga kekurangan dan bahkan ada yang terlahir tidak sempurna baik secara fisik maupun psikis. Ada yang harus banting tulang sejak kecil. Ada yang harus merantau jauh agar keluarganya bisa makan. Ada yang keluarganya broken home. Ada yang terlahir kurang sempurna dan masih banyak yang lainnya yang tidak kita lihat di media sosial. Fenomena ini seolah mengaburkan pandangan bahwa setiap dari kita pasti memiliki kekurangan dan masalah yang berbeda – beda. Percayalah mereka yang benar-benar beruntung di muka bumi ini hanyalah segelintir daripada mereka yang sebenarnya biasa-biasa saja atau bahkan tidak beruntung.

Meskipun hedon menuntun kita untuk menampilkan kesenangan atau bahkan kesuksesan yang kita peroleh. Fenomena ini sebetulnya tidak sepenuhnya negatif. Sebagai makhluk sosial kita butuh yang namanya sebuah pengakuan sosial. Pengakuan ini dibutuhkan agar kita dapat diterima oleh suatu kelompok sosial di masyarakat. Dengan pengakuan sosial, seseorang akan lebih dihargai keberadaannya. Penghargaan yang diperoleh ini tentu akan menimbulkan rasa bahagia dan kepuasan atas dirinya. Menghilangkan sifat minder atau rendah diri sehingga mampu meningkatkan rasa percaya diri.

Bayangkan, sulit rasanya bagi kita jika keberadaan kita sendiri tidak diakui oleh masyarakat. Kita akan stress, cemas, minder, menganggap hidup ini tidak berharga, dan berbagai emosi negatif lainnya yang muncul dalam diri kita. Celakanya, emosi negatif ini akan menuntun kita melakukan berbagai tindakan buruk yang mungkin atau bahkan dapat membahayakan keselamatan kita.

Jadi, di zaman yang semakin maju ini apakah hedon di media sosial memang wajar? Menurut saya sih wajar namun dalam batasan tertentu, misalnya untuk promosi usaha. Kalau hedonnya tentang gaya hidup dan kesuksesan yang berlebihan, apa gak kasian tuh sama mereka-mereka yang saat ini dalam kondisi sulit dan kesusahan? Mending hedon meme aja biar semua orang bahagia. Ya kan..?



bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
1
988
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan