Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

matt.gaperAvatar border
TS
matt.gaper
Operasi Senyap Benny Moerdani Kirim Ribuan Senjata ke Pejuang Taliban


JAKARTA - Mantan Panglima ABRI, Jenderal (Purn) Benny Moerdani pernah menggelar operasi senyap dengan mengirimkan senjata secara diam-diam kepada pejuang mujahidin Taliban untuk melawan Uni Soviet, tepatnya pada 18 Februari 1981.

Operasi senyap ini berawal saat pasukan Negeri Beruang Merah akan menginvasi Afganistan sampai ke telinga aparat intelejen Indonesia, demikian melansir Benny Moerdani yang Belum Terungkap.

Hal ini membuat Amerika Serikat, yang sedang terlibat perang dingin dengan Uni Soviet risau. Indonesia, yang sedang mesra dengan Amerika, lantas memutuskan untuk membantu Afganistan (Pasukan Taliban).

Pasukan Taliban bersiap melawan Soviet, yang saat itu bukanlah kelompok biasa. Mereka sebenarnya milisi yang dilatih oleh Central Intelligence Agency, dinas intelijen Amerika.

Benny Moerdani, yang menjabat Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan, langsung berangkat ke Islamabad, Pakistan. Di sana, ia bertemu dengan kepala intelijen Pakistan.

Jenderal Kopassus itu didampingi Teddy Rusdy yang merupakan mantan Asisten Perencanaan Umum ABRI sekaligus merangkap Direktur E/Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan BAIS ABRI.

Pertemuan itu membahas permintaan pejuang Afghanistan dan intelijen Pakistan untuk penyediaan logistik, obat-obatan, dan persenjataan buat pejuang Afghanistan,” ujarTeddy.


Setelah disepakati, senjata itu lalu diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusumah. Sebelum diterbangkan, nomor seri ribuan senjata AK-41 itu dihilangkan dan dikemas dalam peti-peti berlambang Palang Merah untuk menyamarkannya sebagai bantuan makanan atau obat-obatan.

Teddy sendirilah yang mengantar bantuan persenjataan tersebut. Namun, pesawat yang pembawa senjata itu tidak melewati India yang kala itu sedang pro-Soviet.

Pesawatnya dibelokkan ke laut via Pulau Diego Garcia, Kepulauan Chagos, di Samudra Hindia dengan jarak tempuh menjadi lebih jauh sekitar 600 mil.

Di pangkalan militer milik Amerika ini, pesawat mampir mengisi bahan bakar. Teddy melukiskan Diego Gare sebagai pulau yang indah dan nyaman.

"Tapi tempatnya tertutup sekali," ujarnya.

Seluruh aktivitas Teddy dipantau Benny dari Jakarta. Benny juga meminta Teddy terus berkomunikasi dengannya melalu scrambler peralatan komunikasi milik intelijen. Karena operasi ini bersifat rahasia, Benny tak memberi tahu Atase Pertahanan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Pakistan, Kolonel Kavaleri Harjanto.

Pengawasan selama penerbangan diserahkan kepada Kuntara, tentara intelijen yang ditempatkan di Rawalpindi.

Saat pesawat mendarat, intel Pakistan sudah siaga. Mereka membawa sekitar 20 truk. Menjelang pagi, iring-iringan bergerak melalui Attock, Nowshera, Peshawar, melalui lembah Khyber Pass, menuju Afganistan.

Bantuan ini diserahkan kepada pemimpin Taliban di Nangarhar. Menurut Teddy, dukungan untuk Taliban menunjukkan solidaritas Indonesia kepada mereka yang diinvasi.

Soviet memang membantu Indonesia saat merebut Papua, tapi hubungan itu memburuk setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965.

"Senjata Rusia banyak tergeletak dan Taliban butuh, ya, kami kasih saja," pungkasnya.

https://nasional.okezone.com/amp/202...ejuang-taliban

Taliban, isis, alqaeda tak lepas dari permainan politik
Diubah oleh matt.gaper 30-05-2023 12:43
santri.kardus
scorpiolama
Black Angel
Black Angel dan 5 lainnya memberi reputasi
4
1.7K
59
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan