Catenaccio Taktik Sepakbola Klub dan Timnas Italia Lahir dari Filosofi Bangsa Italia, Benarkah?



Mungkin sekarang strategi catenaccio sepertinya telah ditinggalkan oleh beberapa klub di liga Italia, kemajuan perkembangan sepakbola telah mengharuskan mereka untuk beradaptasi dengan yang lain atau justru jika terpaku terus dengan strategi usang mereka malah bisa membikin persepakbolaan Italia makin merosot.

Tapi mungkin harus di diingat bahwa Italia adalah Italia, selamanya akan tetap italia dengan sifat khas yang bahkan sifat itu bisa dikatakan ikut serta pula mencetuskan strategi sepakbola catenaccio yang terlahir berkat sifat unik bangsa ini yang selalu melihat apapun dari sudut "menang atau kalah" hingga cenderung akan bersikap selalu bertahan agar meminimalisir kekalahan atau bersikap malah terkesan oportunis.

Gambaran gampangnya dari saya mungkin dalam 2 kali perang dunia dulu yang mereka lewati, perang dunia pertama Italia tidak kalah dan perang dunia kedua pun bisa dikatakan Italia itu tidak kalah juga, raja mereka lebih memilih menyerah ke sekutu dibandingkan bertempur mati matian membela tanah air yang sedang dimasuki oleh tentara asing selayaknya ketangguhan tentara dan rakyat Jerman atau Jepang hingga ketika tentara sekutu melakukan pendaratan di Italia Selatan pun sampai masuk ibukota Roma bisa dikatakan sekutu hanya melawan tentara Jerman, bukan melawan tentara Italia.




Dan tentang ini bukan cuma semata celoteh orang luar Italia semacam saya lho Gansist sebab orang Italia sendiri yaitu pesepakbola Gianluca Vialli menerangkan kebenaran ini dalam sebuah buku "The Italian Job" yang pertama ia bandingkan antara Italia dan Inggris dalam sebuah gambaran 2 orang petinju, dimana petinju Inggris bertempur diatas ring melawan musuhnya tanpa ampun, serang, gempur ia tunjukkan kualitasnya sebagai seorang petinju yang telah lama berlatih.

Berbeda dengan petinju Inggris, petinju Italia dalam ring digambarkan hanya lenggak lenggok, selalu menghindar, jarang menyerang bahkan sampai bikin lawannya kesal karena sejatinya petinju pasti ingin lawan yang sepadan malah lebih berat dari dirinya sebagai pembuktian bahwa dia petinju yang hebat, bisa melawan petinju hebat lainnya namun dikala musuhnya itu telah jemu dengan pertandingan maka disaat itulah petinju Italia akan mengambil kesempatan memberi hook matang dan terarah kepada musuhnya, itulah Italia bertanding dengan otak dan kalkulasi bukan bertarung memakai hati, yang penting telah bertarung diatas ring dan menang dan kalah adalah konsekuensi serta tak jadi soal.

Diterangkannya pula oleh Vialli bahwa di Italia sepakbola adalah pekerjaan sedangkan di Inggris sepakbola adalah sebuah permainan dan dari dua perbedaan ini sebenarnya Vialli sudah menerangkan dengan jelas perbedaan karakteristik dua negara sepakbola ini, Inggris sepakbola yang terlihat bagus karena total bermain sepakbola demi permainan sedangkan Italia pun sama, mereka bermain bagus demi sebuah kemenangan.



Inilah sebenarnya yang bisa menyebabkan catenaccio adalah sebuah taktik yang bukan satu strategi semacam tiki taka atau total football karena taktik Italia itu sangat fleksibel dan setiap pemain dituntut untuk bisa memahami sebuah taktik dari seorang pelatih secepat mungkin, bisa dicontoh oleh pelatih Cesare Prandelli yang dirinya memiliki banyak taktik semisal 4-3-3, 4-3-2-1, 4-4-2, 3-5-2 hingga 3-4-3 dan tentu walau seorang pemain yang dilatihnya akan bingung tetapi pemain tersebutlah yang dituntut untuk bisa melaksana taktik tersebut di lapangan alias bisa tidak bisa harus bisa!

Namun itu pendapat dari seseorang dari warga Italia sendiri, toh dalam sejarahnya italia mempunyai banyak sejarah tentang kepahlawanan bangsa tersebut ada cerita tentang kehebatan kerajaan Romawi maupun tradisi gladiator, dimana seperti melambangkan simbol ksatria yang bertarung sampai mati demi kebanggaan dan kepahlawanan jadi bertolak belakang dengan sikap pramuriadang yang dialamatkan pada mereka, benarkah catenaccio taktik sepakbola negara Italia itu lahir dari filosofi bangsa Italia Gansist?



"narasi dan opini sendiri"

Tulisan Sendiri:

@amekachi

Sumber Tulisan