Perkataan Legenda Bulu Tangkis Indonesia Susi Susanti ini Jadi Sorotan BWF, Kenapa Nih Pernyataannya Kok Jadi Sorotan Yah Gansist?



Dia merupakan salah satu legenda bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti dan bahkan sewaktu kecil ketika masih SD tahun 1996an tentang olahragawan pertama saya kenal ya Maradona, Pele dan yang ketiga adalah Susi Susanti yang sepertinya di tahun tahun itulah dirinya memang sedang heboh hebohnya.

Adalah ratu bulu tangkis Indonesia karena keberhasilannya mengangkat derajat bangsa Indonesia dengan memenangkan medali emas di Olimpiade 1992, 1996 dan bakatnya yang tangkas bermain badminton ini tidak lain karena diturunkan oleh mendiang Risad Haditono yang meninggal dunia pada 13 Februari 2017 yang diungkapkan sendiri oleh Susi Susanti akan peran besar sang ayah dalam karier keatletannya tersebut.

Salah satunya itu adalah imbas dari nasib buruk ayahnya yang tak kesampaian menjadi atlet bulu tangkis tersohor gegara cidera lutut yang dia alami hingga akhirnya Susi Susanti pun mempunyai keinginan kuat dalam diri untuk mewujudkan cita cita sang ayah yang tidak kesampaian itu.

Atlet kelahiran Tasikmalaya pada 11 Februari 1971 dari pasangan Risad Haditono dan Purwo Banowati ini memang bergelimang prestasi salah satunya menjuarai All England berturut turut dari tahun 1990 sampai 1994 kecuali di tahun 1992 hingga dirinya dinobatkan menjadi Half of Flame oleh federasi bulu tangkis dunia IBF.



















Adalah seorang atlet wanita Indonesia yang telah berkarier serta membela Indonesia selama 19 tahun hingga gantung raket pada 30 Oktober 1999 dan keberhasilannya mewujudkan cita cita ayahnya itu luar biasa lho Gansist karena jarang ada atlet yang cidera kemudian ada pewaris kejayaan dirinya, kejayaan dirinya kalau seandainya ia tidak cidera!

Momok paling menakutkan bagi setiap olahragawan adalah cidera, banyak diantaranya yang akhirnya merana sepanjang hidup gegara cidera yang mereka alami, maka sepantasnya bisa dikatakan pilihan menjadi atlet sebenarnya adalah pilihan untuk mengorbankan kariernya yang mungkin bisa lebih baik jika bekerja selain jadi atlet semisal bekerja di perusahaan atau menjadi PNS, risiko cideranya lebih kecil!

Makanya kalau ada pemberitaan atlet yang terlunta lunta di hari tuanya itu sungguh sangat miris, seseorang yang dulu berpacu meraih emas kok sekarang berpacu meraih sampah padahal dulu dia itu berlomba berpacu untuk menjadi yang terdepan demi bangsanya dengan risiko kemungkinan terkena cidera parah lho?

Leni Haini dan terima kasih atas BLT minyak gorengnya, anda sungguh baik pak!

Masadi atlet dayung dengan 35 medali emas, perak dan perunggu menjadi sopir truk sampah?













Pun tentang cidera atlet pernah disampaikan oleh Susi Susanti yang bahkan menjadi sorotan BWF (sebelumnya bernama IBF) yaitu seperti ini, ....


"Injury squashed my dad's hope of being a world champion, he lived his dream through me"


Cideralah yang menghancurkan harapan ayahnya menjadi juara dunia dan dia menjalani mimpinya melalui anaknya, Susi Susanti!

Kata kata yang sebenarnya biasa biasa saja ya mungkin itu sangat wajar sebagaimana tipikal dirinya saat bermain bulu tangkis yang selalu tentang tanpa emosi walau sekalipun dirinya sudah tertinggal jauh dari lawannya.

Saya kurang tahu maksudnya namun mungkin dibalik perkataannya ada sesuatu yang tersirat hingga media pun menuliskan pernyataan bahwa perkataan itu menjadi sorotan oleh BWF, mungkin Agan dan Sista dimari lebih tahu kenapa sih perkataan beliau sampai jadi sorotan organisasi sekelas BWF?

Yang saya tau dan terlintas dalam pikiran tentang perkataan Susi Susanti tersebut cuma peribahasa:


Jangan "habis manis sepahnya dibuang"


(narasi dan opini sendiri)



Tulisan Sendiri:

@amekachi

Sumber Tulisan dan Gambar:

1

2

2


Jawaban yang nggak bakal bisa dikritik

Tanya: Kita harus memuliakan para atlet bangsa terkhusus yang sudah pensiun!

Jawab: Duitnya mana?