Cnut Yang Agung, Viking Penguasa Laut Utara & Inggris

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Cnut Yang Agung, Viking Penguasa Laut Utara & Inggris

shadowoflion

28-04-2023 07:09

Cnut Yang Agung, Viking Penguasa Laut Utara & Inggris

Sepak terjang bangsa Viking atau yang dikenal juga sebagai bangsa Nordik tentu telah diketahui oleh banyak orang di seluruh penjuru dunia. Mereka dikenal dengan stigma sebagai bangsa yang gemar berperang & berperilaku barbar, serta mitologi dewa-dewi nya yang banyak mempengaruhi beragam karya seni dari abad pertengahan hingga abad modern sekarang. Namun diluar stigma tersebut, bangsa Nordik juga melahirkan seorang pemimpin termahsyur bernama Cnut, yang berhasil menjadi penguasa Laut Utara Eropa beserta daratan Inggris.

Kelahiran & Relasi Keluarga

Cnut atau Canute lahir di Istana kerajaan Denmark sekitar tahun 990 menurut beberapa pendapat ahli sejarah, ia merupakan putra kedua dari raja Sweyn yang merupakan penguasa kerajaan Denmark yang kelak akan memimpin bangsa Nordik menginvasi Inggris dengan seorang putri Kerajaan Polandia bernama Swietoslawa yang dipanggil dengan nama Sigrid oleh bangsa Nordik. Kakek dari Cnut adalah Harald Bluetooth, raja Denmark yang pertama kali menjadi penganut ajaran Kristen. Cnut memiliki seorang kakak bernama Harald yang nantinya akan menjadi penguasa Denmark setelah raja Sweyn wafat.

Tidak banyak diketahui tentang riwayat perjalanan hidup nya sebelum menjadi penguasa, namun Cnut digambarkan dengan ciri fisik tinggi & kuat, berambut tebal, berwajah tampan, dengan tatapan mata yang tajam.

Awal perjalanan menuju Tahta

Sepak terjang perjalanan Cnut menjadi penguasa dimulai sejak invasi Denmark ke daratan Inggris. Disebutkan bahwa ia termasuk dalam pasukan yang dibawa ayahnya, Raja Sweyn pada tahun 1003. Invasi tersebut berakhir pada tahun 1013 dengan kesuksesan pasukan Denmark menguasai sebagian besar daratan Inggris serta kaburnya penguasa lokal Inggris bernama Ethelred ke Normandy, yang kini terletak di Prancis modern.

Setelah kesuksesan invasi tersebut, raja Sweyn dinobatkan sebagai penguasa baru Inggris, namun kekuasaan nya hanya berlangsung singkat karena ia wafat pada 3 Februari 1014. Menurut salah satu riwayat, Sweyn menjadi raja Inggris hanya selama 5 minggu saja sampai kematiannya, sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa ia berkuasa selama beberapa bulan.

Pasca kematian Sweyn, kekuasaan kerajaan Denmark jatuh pada putra sulungnya, Harald. Sedangkan Cnut sendiri diangkat menjadi Raja Inggris selanjutnya oleh pasukan Denmark yang menduduki Inggris, namun gelar tersebut di tentang keras oleh rakyat & bangsawan asli Inggris, hingga berpuncak pada kembalinya Ethelred ke daratan Inggris setelah berhasil keluar dari pengasingannya atas bantuan kaum Witengamot yang merupakan kaum elite & bangsawan Inggris pada saat itu.

Invasi Denmark ke Inggris Kedua

Ilustrasi Ethelred (Sumber)

Akibat perlawanan yang kembali dikobarkan oleh Inggris sekembalinya Ethelred, Cnut & pasukannya terpaksa mundur terlebih dahulu dari daratan Inggris & kembali ke Denmark. Cnut meminta bantuan pasukan & logistik dalam jumlah lebih besar untuk meng-invasi kembali Inggris ke kakaknya, Harald dengan kesepakatan kekuasaan bersama apabila Inggris berhasil ditaklukkan kembali. Ide tersebut disetujui & akhirnya pada tahun 1015, Cnut beserta 10.000 pasukan Nordik & 200 armada kapal mendarat di daerah Sandwich, Kent dengan tujuan menuju Wessex.

Setelah Cnut tiba di Wessex, ia mendapat tambahan pasukan dari Eadric Streona yang tadinya adalah simpatisan Ethelred, & salah satu pentolan Jomsviking yaitu Thorkell the Tall beserta para pengikutnya. Pasukan tersebut nantinya akan berhadapan dengan pasukan Inggris dibawah komando Edmund Ironside anak dari Ethelred.

Awal tahun 1016, pasukan Cnut berhasil menyebrangi sungai Thames, London namun sesampainya disana pasukan Inggris yang ditempatkan di London sudah dibubarkan. Perlawanan dari Edmund tidak menghasilkan apa-apa, hingga akhirnya ia memutuskan pergi ke utara Inggris menemui Uhtred, penguasa Northumbria dengan tujuan menyerang wilayah Mercia barat, tempat asal dari Eadric. Namun usaha tersebut gagal setelah Cnut mengirim rival Uhtred, yaitu Thurbrand dan berakhir dengan terbantainya Uhtred beserta para pendukungnya.

Dengan kekalahan telak Uhtred, Edmund memutuskan kembali ke London & mengambil posisi bertahan di dalam benteng nya. Hingga akhirnya ayahnya, Ethelred wafat pada 23 April 1016 di usia ke-50 tahun. Edmund di tunjuk sebagai penggantinya dengan memikul beban besar untuk mengusir pasukan Denmark dari tanah Inggris.

Tidak lama setelah penobatan Edmund, Cnut memutuskan untuk mengepung kota London sebagai langkah pamungkas dalam misinya. Cnut beserta pasukannya membuat tanggul di sisi utara & selatan serta galian saluran yang melintasi sungai Thames untuk memblokade sumber komunikasi & logistik pihak Inggris.

Namun, walaupun dengan kondisi terkepung dari segala arah, pihak Inggris tidak serta merta menyerah begitu saja. Mereka memberikan beberapa perlawanan terhadap pasukan Cnut di beberapa titik, yaitu di Dorset & Wiltshire. Beberapa pertempuran berakhir tanpa kemenangan bagi kedua pihak , perlawanan tersebut memberikan celah bagi Edmund untuk memulihkan kembali London & berhasil mengalahkan pasukan Cnut di sungai Thames wilayah Brentford. Edmund mundur sementara ke wilayah Wessex untuk mengumpulkan pasukan baru, sedangkan Cnut & pasukannya tetap mengepung kota London, namun karena belum berhasil menaklukkan London setelah serangkaian percobaan, Cnut memutuskan untuk menarik pasukannya ke wilayah Kent.

Ilustrasi pertempuran Assandun (Sumber)

Pada tanggal 16 Oktober 1016, terjadi konfrontasi antara pasukan Denmark dan Inggris yang berujung pada pertempuran Assandun di wilayah barat laut Essex. Cnut & pasukannya memenangkan pertempuran tersebut, namun Edmund berhasil kabur dari pertempuran sehingga Cnut mengejarnya sampai ke wilayah Glouchestershire dan akhirnya Cnut & Edmund sepakat untuk berunding di sebuah pulau di wilayah Severn yang berbatasan dengan Wales.

Dari hasil perundingan damai tersebut disepakati bahwa wilayah Inggris di bagian utara sungai Thames menjadi milik Kerajaan Denmark, sedangkan wilayah selatan sungai Thames beserta London menjadi wilayah kekuasaan Edmund. Pendapat lainnya mengatakan bahwa hasil perundingan tersebut adalah, bahwa seluruh wilayah Inggris akan menjadi milik Cnut terkecuali wilayah Wessex yang menjadi milik Edmund, namun apabila salah satu dari dua raja tersebut wafat, maka otomatis raja yang masih bertahan hidup akan mewarisi wilayah nya.

Tidak berselang lama setelah kesepakatan tersebut, tepatnya pada tanggal 30 November 1016, Edmund wafat di usia 25 tahun, dicurigai kematiannya direncanakan oleh Cnut dengan perantara anak buah Eadric, namun opini tersebut belum terbuktikan hingga sekarang.

Setelah peperangan sengit selama kurang lebih 1 tahun, Cnut akhirnya dimahkotai secara resmi oleh Uskup Agung Canterbury sebagai raja Inggris pada natal tahun 1017. Cnut lalu menikahi Emmaof Normandy, janda dari Ethelred II yang kelak akan melahirkan Harthacnut yang akan menjadi pewaris utama Cnut setelah wafat, & seorang putri bernama Gunhilda yang kelak akan dinikahkan dengan Henry III pewaris tahta Kekaisaran Romawi Suci , setelah sebelumnya menikahi Elfgifu of Northampton yang juga memberikannya dua orang anak.

Perintah pertama yang dilakukan Cnut sebagai penguasa Inggris adalah memetakan wilayah-wilayah kecil di seantero Inggris menjadi empat wilayah administratif yang dipimpin oleh dirinya & orang-orang kepercayaannya selama peperangan yang diberi gelar Jarl/Earl. Empat wilayah tersebut adalah, Wessex yang dipimpin langsung oleh Cnut, Mercia yang dipimpin oleh Eadric, Norhumbria yang dipimpin oleh Erik Hlathir, & wilayah Anglia timur yang dipimpin oleh Thorkell.

Saat penobatannya sebagai raja sedang berlangsung, Cnut melihat ketidakpuasan & tanda-tanda pemberontakan dari Eadric Streona. Hal ini disebabkan karena Eadric merasa tidak senang dengan gelar Earl of Mercia yang diberikan oleh Cnut pasca peperangan dengan Ethelred & Edmund. Menurut pandangannya, ia seharusnya mendapat posisi lebih tinggi mengingat jasa yang yang telah ia lakukan terhadap Cnut selama peperangan. Melihat hal tersebut, Cnut memutuskan untuk mengeksekusi Eadric dengan dikenakan tuduhan tindakan tidak menghormati raja. Setelah eksekusinya, gelar Earl of Mercia diberikan kepada Leofwine yang tadinya adalah Ealdorman wilayah Hwicce.

Menguasai Denmark, Norwegia, Sebagian Wilayah Swedia

Wilayah yang dikuasai & dipengaruhi oleh Cnut pada puncak kekuasaannya (Merah muda) (Sumber)

Satu tahun setelah menjadi penguasa Inggris, Harald II, kakak kandung Cnut yang memegang kekuasaan Denmark wafat pada tahun 1018. Mendengar kabar tersebut, Cnut bergegas kembali menuju Denmark untuk mengklaim tahta kerajaan Denmark. Upaya ini sempat mendapat hadangan dari suku Wends, cabang bangsa Slavic yang mendiami wilayah Pomerania. Namun, Cnut berhasil mengalahkan suku Wends dengan bantuan salah satu perwira kepercayaannya dari Inggris bernama Godwin.

Cnut sempat berdiam di Denmark selama kurang lebih satu tahun untuk me-legitimasikan kekuasaannya sebelum memutuskan kembali ke Inggris pada tahun 1020. Untuk sementara, kekuasaan atas Denmark diberikan kepada saudara iparnya, Ulf, yang menikahi adik perempuan Cnut, Estrid Svendsdatter.

Ilustrasi pertempuran Helgea (Sumber)

Pada tahun 1022, Olaf Skotkonung, raja Swedia yang ber-aliansi dengan Cnut wafat. Ia digantikan oleh putranya, Anund Jakob, berbeda dengan ayahnya yang sudah ber-aliansi dengan Kerajaan Denmark sejak era kepemimpinan Sweyn, Anund justru memilih untuk ber-aliansi dengan Olaf Haraldsson, raja Norwegia yang menunjukkan sikap bermusuhan dengan Cnut.

Mendengar kabar tersebut, Cnut tidak tinggal diam begitu saja. Karena dengan pembentukkan aliansi tersebut, wilayah kerajaan Denmark akan dikepung dari dua arah. Cnut segera memobilisasi pasukannya kembali dengan bantuan saudara iparnya, Ulf, hingga akhirnya pecahlah pertempuran di wilayah sungai Helgea. Di pertempuran tersebut pasukan aliansi Norwegia & Swedia hampir memenangi pertempuran tersebut, namun berkat celah & kecerdikan pasukan Denmark di akhir-akhir pertempuran mereka justru berhasil membalikkan keadaan, & keluar sebagai pemenang pertempuran tersebut & akhirnya pada tahun 1028, Cnut secara resmi mengakhiri perlawanan Olaf Haraldsson & Anund Jakob. Olaf memberikan banyak upeti kepada Cnut sebagai ganti nyawanya, ia diampuni namun kekuasaannya atas Norwegia dicabut dan diberikan kepada Hakon Eriksson yang merupakan anak dari Erik Hlathir, Earl of Northumbria sekaligus sekutu setia Cnut, sedangkan Anund Jakob tetap dibiarkan menguasai Swedia walaupun dalam pengaruh Cnut. Hanya wilayah Sigtuna di selatan Swedia saja yang benar-benar dikuasai oleh Cnut, dikarenakan ia ingin membentuk kestabilan & kedamaian di wilayah laut Utara & laut Baltik.

Akhir Hayat

Cnut wafat pada 12 November 1035 di Shaftesbury, Dorset, Inggris di usia sekitar 45 tahun, ia meninggalkan dua orang istri serta tiga orang putra, & seorang putri yaitu, Harthacnut yang menjadi pewaris utamanya, Gunhilda, Sweyn Knutsson yang akan mewarisi wilayah Norwegia, & Harold yang nantinya akan menguasai beberapa wilayah Inggris bersama kakak tirinya Harthacnut. Ia dimakamkan di komplek katedral Oldminster, Winchester yang juga merupakan makam istrinya, Emma & anaknya, Harthacnut.

***
Walaupun jalan awalnya menuju kekuasaan penuh dengan peperangan, perebutan kekuasaan, intrik, & kontroversi, Cnut perlahan-lahan berubah menjadi seorang pemimpin yang adil & memakmurkan wilayah & rakyat nya sampai diberi gelar Yang Agung oleh para sejarahwan. FYI, tidak sembarang pemimpin dalam sejarah yang disematkan gelar Yang Agung, hanya mereka yang benar-benar memiliki pengaruh luar biasa selama pemerintahannya lah yang pantas dijuluki gelar tersebut.

Terima kasih bagi yang sudah menyempatkan membaca trit ane yang sederhana ini, sampai jumpa di lain waktu emoticon-shakehand