Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, berpolemik dengan seorang guru asal Cirebon bernama Muhammad Sabil. Sabil mengomentari unggahan Ridwan Kamil dengan menggunakan kata dalam bahasa Sunda yakni 'maneh'.

Maneh dalam bahasa Sunda berarti kamu, namun terdapat tingkatan bahasa yang membuatnya terasa kasar apabila diucapkan oleh yang muda kepada yang lebih tua.

Ridwan Kamil pun lalu menyematkan pin pada komentar tersebut dan Sabil menerima reaksi negatif dari para pengguna media sosial. Lantas, apa maksud Ridwan Kamil menyematkan pin tersebut?

Ridwan Kamil mengatakan maksud dirinya menyematkan pin adalah untuk memberikan edukasi ke masyarakat yang mengomentari tanpa berdasarkan fakta.

"Gini, kalau saya nge-pin, itu saya sedang mengedukasi kepada orang-orang yang kadang komennya enggak pakai fakta dan verifikasi, sebenarnya itu," kata dia melalui keterangan yang diterima pada Kamis (16/3).

Adapun hal yang patut diedukasi dari Sabil yakni terkait dengan bahasa yang diucapnya. Menurut Emil, dalam bahasa Sunda, terdapat yang dinamakan undak usuk bahasa yang menentukan sopan atau tidaknya perkataan seseorang.

"Jadi pertanyaannya, kita mengizinkan enggak orang berbicara kasar? Kan enggak, nanti ditiru, akan diedukasi," kata dia.

"Kalau orang berbahasa Sunda itu ada namanya undak usuk, Anda bayangkan Anda berbicara begitu ke ibu kandung, sopan enggak? Saya kira itu saja," ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, komentar Sabil termuat dalam unggahan Ridwan Kamil ketika sedang menggelar Zoom Meeting dengan sejumlah murid di SMP 3 Tasikmalaya.

Dalam meeting itu, Ridwan Kamil — yang kini jadi kader Golkar — terlihat mengenakan jas berwarna kuning dan berbincang dengan tiga murid.

Lalu, Sabil dengan akun @sabilfadhillah menyematkan komentar yang mempertanyakan kapasitas Ridwan Kamil ketika berbincang dengan tiga murid itu.

"Dalam zoom ini, maneh teh keur jadi gubernur Jabar ato kader partai ato pribadi @ridwankamil???" demikian bunyi dari komentar Sabil.

https://kumparan.com/kumparannews/ma...1ay6vSfbN/full

Lu pikir semua orang Indonesia bodoh, Mil?