Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Gebetanmu Lacur


Hari ini, sama seperti hari-hari sebelumnya, Andika menatap Rubicon hitam yang perlahan menjauh memasuki jalan raya. Beberapa menit yang lalu, dia pasti melihat Cindy yang dijemput oleh Om-nya untuk pulang ke rumah. Paman Cindy memang orang kaya, mobilnya sudah beberapa kali berganti, tetapi Cindy sebenarnya berasal dari keluarga yang biasa saja.

Mau tak mau aku menghembuskan napas iba. Kutepuk pundak Andika lalu berkata dengan suara yang penuh pengertian, “Sudah, lupakan saja dia. Ada banyak perempuan baik di luar sana. Di kelas kita juga banyak.”

Andika hanya menutup mata seolah menahan sakit yang entah berasal dari mana. Sudah seminggu sejak aku memberitahukan sesuatu padanya dan sejak saat itu dia belum kembali normal. Aku tahu Andika memendam rasa pada Cindy sejak Smp, tetapi sebagai teman yang baik aku harus memperingatkannya untuk tidak melangkah ke dalam bahaya.

“Cindy itu pramuria,” itulah yang kukatakan pada Andika di perjalanan pulang sekolah satu minggu yang lalu. Andika, yang saat itu sibuk menoleh kanan kiri untuk menyebrang, tersandung dan jatuh dengan suara menyakitkan.

“Kau ngomong apa sih?” tanyanya dengan suara tinggi sambil mengusap lutut dan sikutnya yang untungnya tidak berdarah.

“Aku lihat sendiri dia keluar hotel bareng ‘om’nya itu. Kalau ada laki-laki setengah baya yang keluar dari hotel bareng remaja Sma yang cantik montok seperti Cindy, kau pikir mereka ngapain?”

“… Study banding?”

“Pasti enak punya pikiran bersih sepertimu, tapi kau salah. Buka matamu, Andika. Cindy memang bilang itu om-nya, tapi memangnya ada orang yang bisa rutin antar jemput keponakannya tiap hari? Memangnya ada om yang bisa belikan barang-barang mewah dan uang jajan buat keponakannya tanpa dimarahi ayahnya? Kau harus berpikiran lebih negatif, Cindy itu memang bukan cewek baik-baik.”

Mendengar itu Andika tidak terima dan balas mencecarku dengan pertanyaan.

“Kau kok bisa yakin gitu? Yakin yang kau lihat itu Cindy? Bukan kembarannya?”

Rasanya sungguh berat untuk membuka mata sahabatku ini agar mau menerima kenyataan. Aku bisa memberikan seribu alasan logis dan dia akan selalu menyangkalnya. Orang yang tengah jatuh cinta memang mengerikan.

Akhirnya aku pun membawa Andika ke suatu tempat. Sudah sejak Sd aku bergabung dengan tim sepakbola kabupaten dan kami rutin latihan setiap minggu. Lokasi tempat latihanku itu agak jauh dari sekolah maupun rumah dan di dekat lapangan sepakbola itu ada sebuah hotel yang sebenarnya tak pernah menjadi pusat perhatianku.

Namun beberapa hari yang lalu aku melihat Cindy dan si Om keluar dari sana saat menunggu angkot untuk pulang. Aku pun membawa Andika ke sana. Di situ kami menunggu, menunggu, dan menunggu.

Aku sudah mulai khawatir bahwa penantian kami ternyata sia-sia, Cindy dan omnya tidak datang ke hotel hari itu, tetapi saat matahari mulai menunjukkan tanda akan terbenam, dua orang itu pun keluar dari pintu hotel yang berkaca gelap.

“Menurutmu, mereka lagi study banding?”

Andika terdiam, kedua matanya terfokus pada segepok uang yang diletakkan si om ke tangan Cindy. Bahkan Andika yang baru mengenal film porno saat masuk Sma pun tak mungkin bisa berpikiran positif saat melihat kejadian itu.

Sejak hari itu Andika mulai banyak terdiam. Dia tak lagi semangat saat kuajak bermain ps dan bahkan cuek saat mi ayam favoritnya lewat di depan rumah. Satu tahun rasa suka itu bertahan, mungkin satu tahun juga waktu yang diperlukan untuk benar-benar pergi.

Aku bertanya-tanya, bagaimana cara untuk membuat Andika kembali ceria tanpa perlu memikirkan perasaan cintanya yang diinjak-injak dengan begitu mengenaskan. Apa aku sudah salah karena memberitahukan kenyataan padanya? Apakah lebih baik kubiarkan dia terus tenggelam dalam angan-angan yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan?

Apa pun itu, nasi sudah menjadi bubur. Tak ada yang bisa merubah kenyataan bahwa Cindy adalah seorang sugar baby dan tentunya aku tak akan membiarkan perempuan macam dia dekat-dekat dengan Andika. Andika sudah seperti saudaraku sendiri. Kami berdua tak lagi memiliki sosok ayah dan itulah yang membuat kami saling menjilat luka satu sama lain. Tentunya aku ingin dia bahagia, tetapi masalah ini terlalu berat untuk bisa kutangani.

Mungkin aku bisa mendekatkannya dengan perempuan lain. Aku tahu Laila dari kelas sebelah sudah cukup lama naksir pada Andika, tapi aku tak yakin Andika siap untuk sebuah hubungan secepat ini. Aku juga sudah mencoba mengajaknya bermain bola dengan teman-teman yang lain, tetapi ujung-ujungnya dia malah melamun dan terhantam bola yang salah sasaran tepat di wajah.

Akhirnya, aku pun tidak melakukan apa-apa. Mungkin terlalu optimis kalau berharap waktu akan menyembuhkan segalanya, tetapi untuk sekarang cuma itu yang bisa aku lakukan. Biarlah dia terbiasa dengan luka sampai luka itu menjadi bagian dari dirinya. Biarlah dia terbiasa dengan rasa sakit sampai rasa sakit itu berubah menjadi nyaman.

Kalau kuingat-ingat lagi, Andika mulai menaruh perhatian pada Cindy saat kelas 3 Smp, beberapa minggu sebelum ujian nasional. Selayaknya sekolah umum lain, Smp kami juga mengadakan sekolah sore khusus untuk anak-anak kelas 3 yang akan menempuh UN. Saat itu ada sebuah bimbel yang secara gencar membagikan brosur Simulasi UN pada murid-murid di depan gerbang.

Aku dan Andika mengambil satu, tapi kami sebenarnya tidak memerlukannya. Brosur itu akan kami buang ke tempat sampah saat orang-orang bimbel itu tak lagi bisa melihat kami, tetapi Cindy tiba-tiba muncul dan meminta brosur itu jika kami tidak membutuhkannya.

Entah untuk apa dia menginginkan brosur sebanyak itu, tetapi kami memberikannya secara sukarela. Andika penasaran dan mengamati Cindy untuk sesaat. Cindy meminta lebih banyak brosur dari murid-murid lain lalu pergi ke suatu tempat. Andika bersikeras mengikutinya.

Ternyata Cindy membawa brosur-brosur itu ke sebuah taman tempat banyak anak kecil bermain. Dia melipat brosur itu menjadi pesawat kertas dan menerbangkannya satu per satu. Anak-anak itu tertawa sembari mengejar pesawat kertas yang dia terbangkan. Itu adalah pemandangan yang menghangatkan hati.

Kira-kira kenapa orang seperti itu bisa berakhir menjadi simpanan om-om? Aku tak pernah tahu jawabannya. Beberapa minggu setelah Andika bermuram durja, Cindy berhenti datang ke sekolah. Ada yang bilang dia pindah sekolah, ada juga yang bilang dia terlibat suatu masalah. Tak ada yang tahu pasti.

Seminggu setelah itu, Om yang biasa menjemput Cindy muncul di televisi sebagai korban pembunuhan. Berita itu menyebutkan bahwa sang istri membunuh suaminya karena suaminya ketahuan selingkuh. Aku tak mencoba mencari tahu lebih jauh. Biarlah semua menjadi misteri.

Dan akhirnya, Andika mulai tersenyum lagi. Senyumannya menjadi lebih lembut, dia juga semakin jarang melamun meski terkadang dia secara aneh menatap ke langit seolah-olah ada sesuatu yang berharga di atas sana. Jika sudah seperti itu dia akan merobek beberapa lembar kertas dari buku tulis dan melipatnya menjadi pesawat.

Sendirian, di bawah langit sore, dia akan melempar pesawat-pesawat itu dan melihatnya terbang terbawa angin. Ke manakah pesawat itu akan pergi? Tak ada yang tahu. Yang jelas, pesawat itu telah terbang jauh membawa pergi perasaan yang pernah ada.

-END-
brucebanner23
bukan.bomat
tagziv
tagziv dan 14 lainnya memberi reputasi
15
4.4K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan