Pembahasan kali ini mungkin setengah anime dan setengah Drama/Movie Jepang (J-Dorama/J-Movie). Sebenarnya keduanya lumayan berkaitan karena sama-sama perfilman Jepang. Banyak manga top yang nggak dapat adaptasi anime tapi dapat adaptasi live action seperti Alice in Borderland, Heartbroken Chocolatier, Tokyo Love Story, Crows Zero, dll. Bahkan ada beberapa adaptasi anime yang gagal tapi berhasil di adaptasi live action.

Wibu dan otaku pun mayoritas cuma nonton Drama Korea (Drakor/K-Drama). Paling mentok wibu nonton J-Dorama/J-Movie live action. Begitu wibu dan otaku ditanya tentang artis-artis Jepang seperti aktor, aktris, penyanyi, dll mereka tidak paham. Paling mentok mereka pahamnya soal WOTA dan artis-artis live action. Hal ini yang menimbulkan pertanyaan ane kenapa J-Dorama/J-Movie tidak selaris anime?



Soal rating TV dari penonton, J-Dorama tetap jauh lebih tinggi dari anime. Jadi ane bahas ini berdasarkan popularitas penonton di Indonesia. Kurang lebih di luar negeri juga hampir sama seperti di Indonesia.


Ada Beberapa Faktor Penyebabnya

1. Tipe Cerita



Anime menggunakan tipe cerita arc dan saga, sedangkan J-Dorama banyak menggunakan tipe cerita episodik (1 episode 1 cerita selesai). Hanya ada sedikit J-Dorama yang menggunakan tipe cerita arc dan saga.

Anime mayoritas diadaptasi dari manga dan light novel, sehingga ceritanya lebih terarah dan tersusun rapi. Karena manga dan light novel ada editor yang mengarahkan pengarang dalam membuat cerita. Berbeda dengan J-Dorama/J-Movie yang konsep ceritanya mayoritas original dari sutradara atau penulis naskah, itupun kejar tayang. Perbandingan bagusnya 10:1, dari 10 film hanya 1-2 judul J-Drama yang bagus. TV series Amerika juga banyak menggunakan tipe cerita episodik, hanya sedikit yang diadaptasi dari novel dan komik. Hal inilah yang menjadikan J-Dorama/J-Movie sekedar rutin ada saja, sedangkan anime dibuat mengedepankan kualitas.

Anime/manga lovers yang terbiasa dengan tipe cerita arc dan saga akan bosan waktu nonton J-Dorama tipe cerita episodik, termasuk ane.


2. Jumlah Episode



Anime umumnya 1 season 12 episode untuk yang pendek, 24 episode untuk yang panjang. Bisa lebih atau kurang sedikit seperti 11, 13, 25, 23 episode. Ada bagian tertentu yang dimasukan ke OVA atau special. Dengan jumlah episode yang cukup banyak, tidak heran anime bisa lebih maksimal dalam penyampaian cerita.

J-Dorama modern umumnya 10 episode, bahkan ada yang cuma 6-8 episode saja. Padahal J-Dorama jadul umumnya 12 episode. Kenapa demikian? Kemungkinan minat penonton makin menurun sehingga studio rumah produksi Jepang tidak mau mengeluarkan budget lebih. Jumlah episode yang sedikit ini berimbas pada penyampaian cerita yang tidak maksimal. Banyak J-Dorama yang aslinya bagus tapi sering mengecewakan. Episode awal tempo cerita detail, episode pertengahan tempo jadi cepat, masuk akhir temponya ngebut total. Contoh: live action Alice in Borderland season 2 juga seperti ini, awal detail lalu pertengahan mulai cepat dan masuk akhir ngebut total. Bahkan di bagian-bagian akhir banyak arc yang hanya muncul sekilas-sekilas.

Padahal anime dan J-Dorama sekarang sama-sama banyak judul top tayang di Netflix, WeTV, Disney+, dan web streaming lainnya. Ditambah anime dan J-Dorama dapat dukungan modal dari Netflix, beberapa seri sudah diproduksi original Netflix tapi hanya anime yang bisa maksimal.


3. Opening dan Ending Song



Hampir semua anime memiliki OP dan ED song. Bisa jadi ada OP dan ED song yang booming dulu, baru orang tertarik nonton animenya. J-Dorama sekarang sedikit yang menggunakan OP dan ED song, mayoritas hanya instrumen saja. Ini yang jadi sebab sulit dikenal. Bisa dibilang promosi anime masih lebih gencar dibandingkan promosi J-Dorama. Image branding anime juga jauh lebih kuat.

Banyak penyanyi yang naik daun dan terkenal dari lagu anime. Jarang dijumpai penyanyi yang bisa naik daun dan terkenal dari lagu J-Dorama.


4. Cast
 


Anime lebih cepat laku karena desain karakternya menarik, ditambah cast para seiyuu top dengan kualitas bagus. Siapa sih yang tidak kenal Kana Hanazawa, Maaya Uchida, Mamoru Miyano, Natsuki Hanae, dll. Apalagi para seiyuu senior yang kualitasnya top banget. Maaf TS hanya tahu beberapa, maklum TS nggak ngikuti seiyuu. Nonton anime feel dapat dan puas banget.

J-Dorama banyak diisi para artis yang kualitas aktingnya tidak merata, ada yang bagus dan jelek. Artis Jepang kelahiran 1980-1990an awal banyak banget yang aktingnya jelek, termasuk generasi yang seumuran ane (ane lahir 1988). Kita lihat Yui Aragaki, Kyoko Fukada, Tomohisa Yamashita, Kento Yamazaki, dll. Aktingnya payah, mereka cuma dikenal karena paras cantik dan ganteng doang. Meski begitu ada juga yang bagus aktingnya seperti Hikari Mitsushima, Erika Toda, Hiroshi Tamaki, Gaku Hamada, dll.

Sebenarnya artis Jepang kelahiran 1997 ke atas sudah banyak banget yang bagus aktingnya seperti Suzu Hirose, Anna Yamada, Nijiro Murakami, Gordon Maeda, dll. Tapi banyak juga yang masih jelek aktingnya seperti Kanna Hashimoto, Tatsuomi Hamada, dll.





Setelah Perang Dunia 2 Jepang memang dikenal banyak menghasilkan movie bagus seperti Seven Samurai, Ikiru, Yojimbo, dll. Namun makin ke sini, perfilman Jepang makin menurun kualitasnya. Hanya anime yang benar-benar meningkat, menjual, dan mendunia. Bahkan J-Movie juga banyak diisi live action dari anime. Kualitas J-Dorama memang sempat meningkat saat pandemi agar masyarakat betah di rumah, tapi menurut TS meningkatnya nggak terlalu banyak sih. Masih kalah jauh dibanding kualitas anime.

Menurut sobat Kaskus, kalian lebih tertarik nonton anime/J-Drama/J-Movie?

Jangan ngaku wibu kalau nggak tahu soal J-Drama/J-Movie/artis Jepang. Mending ngaku otaku atau anime manga lovers aja.

Sumber: 1, 2, 3, 4