ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
BUNGKAM SUARA! Sebuah Novel J.S. Khairen! Sebuah kritik Dalam yang Tak Meresap Dalam


Saya pertama kali berkenalan dengan J.S. Khairen melalui novelnya yang terbit pada 2019, Kami (bukan) Sarjana Kertas. Saya tak terlalu menyukai novel tersebut dan setelah membaca novel ini saya akhirnya bisa menyimpulkan bahwa saya dan J.S. Khairen memang tidak berjodoh.

Bungkam Suara mengambil latar sebuah kerajaan yang benar-benar tertutup dari dunia luar sampai-sampai keberadaan Dunia Luar dianggap sebagai mitos belaka. Di negara ini, kebebasan berbicara amatlah terbatas. Tak ada siapa pun yang boleh berbicara tanpa bukti. Namun, satu hari dalam setahun, semua orang akan dibebaskan berbicara semaunya dalam Hari Bebas Bicara.

Novel ini secara gamblang membeberkan ketidakadilan yang selama ini menjadi opini populer di internet. Dalam bab-bab awal Anda akan disuguhkan dengan narasi ketidakadilan yang menjadi quote sehari-hari netizen. Kebetulan “netizen” memang memiliki peran yang amat besar dalam novel ini.

Salah satu kelebihan novel ini adalah ceritanya ringan untuk diikuti. Anda tak perlu berpikir terlalu keras menerima situasi karena situasinya amatlah mirip dengan negara tempat Anda membaca artikel ini. Setiap bab dibuat pendek agar pembaca dipancing untuk terus membuka bab berikutnya dan ceritanya juga emosional karena para netizen memang ahlinya membuat kesal.

Premisnya menarik, cerita dibangun ke arah yang menegangkan, tapi sayang dieksekusi buruk.

Saya tak suka Kami (bukan) Sarjana Kertas karena novel itu terasa seperti berbagai macam ide yang ditempelkan begitu saja menjadi satu novel, novel ini pun tak jauh berbeda. Anda akan membaca narasi ketidakadilan, teori konspirasi, hingga berbagai macam potensi Sci-fi yang sayangnya tak dirajut dalam satu kesatuan plot yang baik.

Ada banyak inkonsistensi, plot hole, dan adegan yang terasa tidak masuk akal. Parahnya lagi, novel ini tak memiliki ending yang memuaskan karena sejak awal memang sudah direncanakan sequelnya. Hmm … gimana caranya pembaca mau membaca sequel jika novel pertama saja membuat pembaca merasa digantungin. Kamu tahu sakitnya digantungin? Tahu kan?

Iya, saya tahu saya tak bisa menulis novel yang layak dilirik penerbit, tapi namanya juga opini. Seingat saya semua orang berhak punya opini. Atau, apa jangan-jangan negara ini juga sudah melarang rakyatnya untuk berbicara? Hmm, ya sudahlah.
Diubah oleh ih.sul 24-02-2023 23:14
sayassaja
hallowwolf94
Shuvee
Shuvee dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.4K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan