Visiliya123Avatar border
TS
Visiliya123
Topeng Kematian (Serial Killer)


Quote:


PROLOG

Suara tawa terdengar keras dikesunyian malam itu. Beberapa remaja terlihat berpesta di atap sebuah cafe yang sudah tutup. Hanya diterangi satu lilin di meja dan sisanya diserahkan pada cahaya bulan purnama sebagai penerangan, mereka bergoyang kesana-kemari tak terkendali. Musik yang mereka putar begitu Cumian telinga, andai saja orang yang sakit gigi mendengarnya, sudah dipastikan mereka tidak akan selamat. Namun, mereka cukup beruntung karena cafe tersebut terletak dipinggiran kota. Jauh dari pemukiman penduduk dan jalan raya. Jangan ditanya tentang pengunjungnya. Cafe ini tidak pernah sepi pengunjung, tetapi meskipun begitu suasana tetap didominasi kesunyian dan ketenangan. Seolah-olah mereka sudah diprogram untuk tidak berisik di tempat ini, hingga tercipta layaknya suasana perpustakaan. Namun, suasana sunyi menenangkan inilah yang menjadi hal menarik. Kata orang sih, cafe ini tempatnya mereka yang sedang merenungkan diri. Semacm meditasi tapi sambil minum kopi. Sejam yang lalu cafe ini masih ramai pengunjung, tapi karena kedatangan beberapa remaja yang tengah berpesta itu seketika cafe mendadak sepi, entah kuasa apa yang mereka miliki, hingga para pengunjung memilih pergi.

Dari balik cahaya remang-remang terlihat seorang cewek duduk dengan menekuk satu kakinya, sedang satunya lagi ia biarkan selonjoran. Dengan santai dia menghisap vape rasa strawberry dari jarinya. Dia tampak acuh dengan kedua temannya yang saat itu sudah menggila. Mereka berjoget kesana-kemari sambil memegang sebotol wine. Setiap kali mereka selesai meneguk minuman haram itu, mereka akan tertawa, layaknya orang yang tak punya dosa. Di samping cewek itu terdapat seorang cowok yang tengah lemas tak berdaya karena dipaksa minum oleh dua temannya yang gila.

"Hei, lo udah minum berapa?" tanya cewek itu.

Cowok tersebut hanya bergumam tak jelas sambil menggelengkan kepala.

"Beneran mabok nih bocah."

Sang cewek berdecak, dia kemudian menghampiri kedua temannya yang asyik berjambak-jambakan hingga rambut keduanya mulai acak-acakan. "Gue mau turun bentar, jagain tuh anak," ujar cewek itu sambil melirik Gerald, cowok yang sudah mabok tadi, "Jangan diapa-apain."

Kedua cewek itu hanya mengangguk lalu kembali berjambak-jambakan, setelahnya meneguk wine, tertawa dan kembali berjambak-jambakan hingga membuat cewek itu menggelengkan kepala.

Bergegas, cewek itu turun. Dia menghela napas setelah sampai di depan cafe. Ponsel dalam sakunya berdering, dengan cepat ia mengangkat telepon itu.

"Hallo, Ma. "

"Rishi, kamu dimana? Kenapa chat mama gak dibalas? Ini udah malam. Cepat pulang!"

Rishi menjauhkan ponselnya dari telinga. Dia sudah menebak mamamya pasti akan marah. Rishi tak mau mamanya tau ia sedang berpesta. Untung saja dia menolak minum saat teman-temannya menawarkan minuman itu. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana mamanya akan marah jika dia pulang dalam keadaan mabok.

"Rishi di rumah teman, Ma."

"Kamu gak bohong kan? Kenapa chat mama gak dibales?"

Rishi menghela napas. Dia menatap ke atas. Di sana dia melihat kepala Gerald, yang sepertinya cowok itu tengah bersandar pada pembatas pinggiran rooftof yang tingginya selutut. Dalam cahaya remang-remang terlihat pula kedua temannya tertawa dan mencoba memaksa memasukkan minuman yang mereka pegang ke mulut Gerald. Terlihat Gerald beberapa kali menggelengkan kepala tanda tak mau. Rishi panik bukan main.

"Rishi? Jawab mama!"

"Iya, Ma. Rishi akan segera pulang. Rishi tutup dulu telponnya, Ma."

Dengan cepat Rishi menutup telepon mamanya, bahkan sebelum sang mama menyetujuinya.

"Anjing!" umpatnya kesal melihat kelakuan kedua temannya.

Dengan cepat Rishi berlari masuk, menaiki tangga satu-persatu menuju roftof. Namun, setelah dia melewati lantai dua dan tiba pada tangga pertama menuju atap, tertengar sesuatu yang jatuh. Sontak saja Rishi menambah laju langkahnya.

Dia terengah-engah sampai di rooftof. Terlihat dua temannya yang terbaring di lantai. Rishi menghampiri keduanya. "Anjing! Dimana Gerald bodoh?" tanyanya. Namun, keduanya tak menjawab. Mereka tak sadarkan diri.

Dengan cepat Rishi berlari menuju pinggiran rooftof. Betapa terkejutnya dia ketika melihat tubuh Gerald terlentang di bawah sana dengan cairan merah kental yang terus mengalir dari kepalanya. Rishi gugup, lututnya melemas hingga dia tak sanggup berdiri.

Apa yang sebenarnya terjadi?


Quote:


Quote:


Gambar hanya ilustrasi ya. Yang baperan mending mundur xixixi


Sumber gambar : google dan canva


Happy reading

Quote:

Diubah oleh Visiliya123 14-01-2023 12:17
bukhorigan
akbarmom
akbarmom dan bukhorigan memberi reputasi
2
1.4K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan