devankaflaAvatar border
TS
devankafla
Wanita Hamil yang Dibawa Suami
Part 1

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu membangunkan Hana di malam hari. Hana memang tidur lebih awal dari biasanya karena dia kelelahan bekerja. Saat melirik ke arah jam dinding, jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Siapa yang bertamu malam-malam begini?" gumam Hana sambil menyingkap selimut yang menutup tubuhnya. Hana sedang berada di rumah seorang diri karena Adam sedang bekerja di luar kota satu minggu untuk urusan bisnis barunya.

Terlihat sosok laki-laki yang sangat dia kenal dibalik pintu. "Lho bukannya itu Mas Adam?" gumam Hana yang mengintip dari balik tirai.

Hana Salsabila menikah dengan Adam dua tahun lamanya. Malang nasib Hana, setelah melahirkan, Hana mengalami komplikasi yang menyebabkan dokter terpaksa memotong salah satu saluran tuba falopi milik Hana.

Harapan Hana untuk hamil lagi pun semakin kecil dengan satu tuba falopi. Tapi, hal itu tidak lantas membuat Hana terpuruk terus menerus karena ada anak yang harus dia besarkan.

Kanaya. Nama anak perempuan Hana dan Adam yang pertama. Namun sayang, di usia Kanaya yang menginjak enam bulan, dia meninggal dunia karena sakit.

Butuh waktu satu tahun lamanya Hana mengikhlaskan kepergian Kanaya. Apalagi dia sekarang hanya punya satu tuba falopi. Pikirannya tambah kacau dan Hana sering sekali melamun.

Perempuan yang hanya punya satu tuba falopi bukan tidak bisa hamil, hanya saja kemungkinannya jauh berkurang dibandingkan dengan yang memiliki kedua tuba falopi.

Sebelum membuka pintu, Hana menyalakan lampu yang memang sudah dimatikan dan juga memakai jilbab untuk menutupi auratnya.

Adam berdiri di depan pintu sambil sesekali melihat ke arah mobilnya yang terparkir di halaman rumah.

Suara anak kunci diputar terdengar dan Adam menunggu dengan cemas. Wajah Adam begitu berbeda dengan biasanya. Namun, Hana tetap sama memberikan seulas senyum kepada suami yang sudah tidak tahun menemaninya itu.

"Mas Adam?" Hana langsung menghambur ke pelukan Adam. Dia begitu rindu akan sosok suaminya itu.

"Han, aku mau bicara," kata Adam sambil melepaskan pelukan Hana.

Hana terkejut karena sikap Adam berbeda sekali. Adam seakan takut ada orang yang melihat mereka. Padahal mereka suami istri. Bahkan dia tidak memanggilnya dengan sebutan sayang seperti biasanya.

"Ada apa, Mas? Kenapa Mas bicaranya tidak seperti biasa?"

Hana mendongakkan kepalanya dan menatap mata Adam yang tengah tegang. Adam langsung memalingkan wajahnya ketika Hana menatapnya. Dan tentu saja hal itu membuat Hana bertanya-tanya.

"Tunggu di sini sebentar!" kata Adam.

Hana menatap Adam yang berjalan ke sisi kiri mobil milik suaminya dan membuka pintunya. Setelah mobil dibuka, turunlah seorang perempuan muda dengan perut yang besar seperti sedang hamil.

Adam menuntun perempuan muda itu dengan sangat hati-hati. Terlihat sekali Adam begitu perhatian pada perempuan yang Hana sendiri tidak tahu siapa. Dia cemburu melihat keduanya terlihat dekat.

Dada Hana serasa terhimpit oleh batu yang sangat besar. Rasanya sakit sekali melihat Adam begitu perhatian pada perempuan lain. Tapi, Hana menahan diri karena belum tahu siapa sebenarnya perempuan itu.

"Ayo masuk dulu, Han!" ajak Adam setelah melepaskan tangan perempuan itu ketika sampai di teras rumah.

Hana mengangguk dan masuk terlebih dahulu, kemudian disusul oleh suami dan perempuan itu. Mereka bertiga duduk di ruang tamu dengan posisi Hana duduk sendiri. Sedangkan perempuan itu dengan percaya dirinya duduk disebelah Adam tanpa mempedulikan ada Hana di sana.

"Bisa tolong buatkan minum dulu, Han. Kasihan Alya kehausan," ucap Adam memberi perintah.

"Baik, Mas," jawab Hana. Hana sama sekali tidak menolak permintaan Adam karena memang kewajiban tuan rumah menyuguhkan minuman saat ada tamu yang datang.

Hana kembali dengan dua cangkir teh hangat. Dia meletakkan satu gelas dengan sangat hati-hati di atas meja. Tapi, saat hendak meletakan gelas yang kedua, Alya dengan sengaja menyenggol tangan Hana sehingga teh hangat itu tumpah mengenai tangan Alya.

"Aduh panas!" pekik Alya sembari memegang tangannya. Dia mengibaskan tangannya yang terasa panas.

"Hana! Bisa pelan-pelan sedikit tidak? Nanti kalau Alya kenapa-kenapa, apa kamu mau tanggung jawab?" bentak Adam secara spontan.

Untuk pertama kalinya, Adam membentak Hana dan itu di depan orang asing. Sakit? Tentu saja itu yang Hana rasakan saat ini.

Mata Hana memerah dan berkaca-kaca. Dia sama sekali tidak percaya kalau Adam membentaknya. Adam yang sadar akan kesalahannya mencoba minta maaf.

"Maaf, Hana ... Mas tidak bermaksud membentakmu," ujar Adam dengan nada suara seperti biasanya.

"Maaf, Mas, tapi tadi dia yang menyenggol Hana duluan," ucap Hana membela diri.

"Bohong itu, Sayang. Gak usah fitnah, Mbak!" sahut Alya dengan pandangan sinisnya.

"Sayang? Kamu memanggil suamiku dengan sebutan sayang? Siapa kamu?" kata Hana lantang.

Hana bukanlah istri yang hanya diam ketika merasa ada yang salah. Dia berani memberontak jika itu diperlukan.

"Dia siapa, Mas?" Tatapan Hana kembali tertuju kepada Adam.

Mendengar pertanyaan Hana, Adam diam dan tak mampu menjawab. Lidahnya seakan kelu untuk mengucapkan sebuah kata.

"Kenapa diam, Mas? Katakan dia siapa, Mas?!" Hana bertanya kembali dengan hati yang sudah berbalut emosi.

Istri mana yang tidak emosi ketika ada perempuan hamil memanggil suaminya dengan sebutan sayang?

"Perlu aku yang menjawabnya, kah, Mas Adam?" kata Alya dengan santainya sembari mengelus perutnya yang buncit.

"Biar aku saja, Al." Kepala Adam terangkat dan menatap Hana sendu.

"Baiklah." Terbit sebuah senyuman sinis di bibir Alya.

Adam bangkit dan pindah tempat duduk. Dia duduk tepat disamping Hana. Adam menggenggam kedua tangan Hana dengan erat dan matanya menatap tajam mata Hana. Hana diam dan bersiap mendengarkan penjelasan suaminya, karena itulah yang dia tunggu.

"Hana ... Sayang, tolong dengarkan aku sekali saja dan jangan potong dulu ucapanku. Oke?" ucap Adam sebelum memberitahukan semuanya.

Hana tetap diam tak bergeming. Mata Hana juga terus menatap laki-laki berkulit putih itu tanpa berkedip. Hana tahu pasti terjadi sesuatu pada mereka berdua. Tapi Hana sabar sampai suaminya sendiri yang memberitahukan kepadanya.

"Aku harap kamu ikhlas menerimanya, Han. Dia Alya, istri keduaku dan anak yang dikandung Alya itu adalah bakal calon anakku."


https://m.goodnovel.com/book_info/31...203504&ch=apps
bukhorigan
bang.toyip
rose2023
rose2023 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2.1K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan