Tahun ini adalah kali ketiga kerajaan Saudi Arabia memperbolehkan perayaan Natal secara terbuka. Perayaan memperingati kelahiran Isa Almasih (Yesus Kristus) yang merupakan hari besar bagi umat Kristen tersebut dilakukan secara terbuka dan terang-terangan di tempat umum. Banyak pernak-pernik Natal menghiasi berbagai sudut kota di Jeddah dan Riyadh, Saudi Arabia.

Kebijakan yang mengusung semangat keterbukaan dan toleransi yang tinggi tersebut mulai digaungkan oleh Mohamad bin Salman (MbS) yang tidak lain merupakan putra mahkota kerajaan Saudi Arabia yang kini tengah berkuasa dan memimpin pemerintahan. Keadaan ini tentu saja membawa angin segar bagi para wisatawan dan ekspatriat yang bermukim di Saudi Arabia.

Jika sebelumnya mereka merayakan Natal dengan sembunyi-sembunyi, kini para umat Kristen sudah diperbolehkan melakukannya secara terbuka. Semaraknya acara Natal tahun ini sangat memberikan perasaan bahagia dan damai bagi seluruh keluarga ekspatriat dan umat Kristen di Saudi Arabia.

Sebelumnya, Pangeran Mohammad bin Salman membuat kebijakan yang membubarkan polisi moral dan menangkap banyak ulama yang menyebarkan paham radikal dan Islam garis keras. Hal itu menuai pro dan kontra di kalangan negara Islam lain, tidak terkecuali Indonesia. Perubahan yang sangat drastis dalam berbagai tatanan kehidupan sosial masyarakat di Saudi Arabia boleh dianggap sebagai suatu kemajuan peradaban. Kalau dulu Saudi dikenal sebagai negara yang ultrakonservatif dan sangat tertutup bagi budaya lain, kini Saudi menjelma menjadi negara yang sangat terbuka dan menerima kehadiran berbagai komunitas baik secara fisik maupun budaya.

Menyinggung soal perayaan Natal yang digelar tiap bulan Desember, tepatnya tanggal 25, sudah menjadi kebiasaan di Indonesia akan ada banyak kontroversi mengenai boleh dan tidaknya umat Islam mengucapkan selamat Natal kepada sahabat atau orang lain yang merayakan. Kejadian semacam ini selalu saja berulang tiap tahun. Sudah menjadi semacam isu langganan. Kalau tidak ada isu ini, rasanya kurang lengkap perayaan Natal di negara +62 ini. Lagipula sangat mengherankan, walaupun sudah banyak ulama yang menyatakan boleh-boleh saja mengucapkan selamat Natal, tetap saja ada sekelompok orang tertentu yang bahkan dengan keras melarangnya. Tidak hanya itu, pernak-pernik Natal juga dianggap seperti barang yang bisa menimbulkan bahaya sehingga harus dijauhi. Kalau perlu tidak boleh disentuh. Sebab kalau melibatkan diri dalam hal-hal semacam ini, kalian akan dicap kafir dan auto masuk neraka. Mungkin mereka mengira neraka itu semacam tanah kavlingan yang sudah ditentukan siapa yang bakal menghuninya. Tentu saja oleh sekelompok orang inilah panitia neraka tersebut.

Melihat perkembangan yang terjadi di Saudi akhir-akhir ini, setidaknya sejak tiga tahun terakhir, sudah seharusnya para kelompok Islam radikal, ultrakonservatif dan berpikiran dangkal di Indonesia ini membuka mata dan pikirannya. Bahwa Islam itu tidak sedangkal dan sesempit yang mereka pikirkan. Kalau ingin berkiblat secara fear dan jujur, sudah sepatutnya mencontoh Saudi Arabia yang sudah sangat maju dalam hal teknologi dan pendidikan. Bahkan, sebagian besar anak-anak muda Saudi Arabia mengenyam pendidikan di barat, seperti Eropa dan Amerika, tidak terkecuali para kalangan bangsawan dan keturunan kerajaan.

Sudahlah, jangan terlalu berpikiran sempit dan menafikan fakta. Kalau mau ikut Saudi, mulai sekarang hentikan perdebatan tentang Natal, hentikan boikot produk barat dan Yahudi dan mulailah hidup dengan mengikuti zaman. Jangan malah balik lagi ke zaman jahiliyah dan naik unta.

Bagaimana nih agan dan sista mengenai hal ini? Silahkan kasih komentar kalian yaa...



Sumber :

Ulasan pribadi diolah dari berbagai referensi

https://www.cnnindonesia.com/interna...a-pangeran-mbs

https://www.google.com/amp/s/news.de...hun-setuju/amp