Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

santrilakilakiAvatar border
TS
santrilakilaki
PBNU Kritik Politik Identitas, PA 212: Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu


Jakarta - Sekretaris Majelis Syuro Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Ma'arif menyebut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kerap mengkritik terkait aksi massa yang digelar pihaknya. Slamet menyikapi kritikan tersebut dengan peribahasa 'anjing menggonggong, kafilah berlalu'.

"Kan dari dulu PBNU itu kalau kita yang aksi dibilangnya politik-politik begitu. Emang 'lagu'-nya dari dulu. Padahal NU sendiri yang selama bermain politik," kata Slamet saat dihubungi, Sabtu (5/11/2022).

Slamet mengklaim aksi PA 212 demi kepentingan publik. Selain itu, aksi dilakukan untuk mengkritisi dan mengingatkan pemerintah terkait kebijakan yang telah diambil.

"Setiap ada kebijakan pemerintah yang memang membahayakan negara, termasuk UU yang soal Omnibus Law, kemudian kenaikan BBM yang sekarang itu, kita pasti turun. Kita sebetulnya memang gerakan moral, untuk menjadi pengingat pemerintah, mengkritisi kebijakan pemerintah supaya tidak semena-semena," ujarnya.

Menurut Slamet, NU tak paham dengan maksud dari aksi yang digelar PA 212. Dia lalu mengatakan ada sejumlah gerakan massa yang melakukan unjuk rasa, bukan hanya PA 212.

"Ini dia yang NU nggak paham. Aksi akbar 1, 2, 3, dan 4 kemarin itu Bukan Hanya PA yang mengadakan, tetapi GNPR, gabungan dari beberapa ormas, dan itu rakyat. GNPR itu betul-betul gerakan moral, nggak cuman PA 212 saja. Jadi memahaminya saja sudah salah, bagaimana isinya," sambungnya.

Slamet juga menilai politik identitas merupakan hal wajar. Dia lalu menuding pihak yang tak melakukan politik identitas, tak memiliki identitas.

"Sesungguhnya kalau orang ngomong antipolitik identitas, itu sebenarnya dia sudah nggak punya identitas. Itu biasanya berlaku untuk kita, tapi tidak untuk yang lain," tutur dia.

"Kan tidak ada di negeri ini yang tidak pakai identitas. NU sendiri ke-mana mana bawahnya Gus Dur, Identitas juga kan. PDIP dengan Soekarno-nya. Demokrat dengan SBY-nya. Sesungguhnya sah-sah saja," imbuh Slamet.

Masih kata Slamet, PA 212 disebut juga telah melakukan politik gagasan, seperti yang disarankan PBNU. "Gagasan gagasan sering sudah kita sampaikan dari dulu. Persoalannya, apakah pemerintah sekarang itu mengedepankan gagasan, atau selama ini hanya mengikuti kemampuan oligarki saja," kata dia.

"Jadi biarlah PBNU ngomong apa. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Kita tetap jadi kafilah saja, biarkan mereka jadi apanya lah ya," sambung Slamet.

Dia memastikan PA 212 tetap pada rencana Aksi 212. "Insya Allah (Aksi Reuni 212 tetap digelar). Kan kalau unjuk rasa menurut Undang-undang gak perlu pakai izin, cukup pemberitahuan. Jadi nanti kira akan buat surat pemberitahuan, ini kan bagian dari unjuk rasa," pungkasnya.

Sebelumnya, PBNU mengimbau seluruh pihak menghentikan upaya politik identitas. Pernyataan itu disampaikan guna menyikapi Aksi 411 kemarin dan rencana Reuni 212.

"Untuk semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung, kita minta untuk menghentikan semua gerakan yang memecah belah kesatuan bangsa. Kedepankan politik gagasan, setop politik identitas," kata Wasekjen PBNU Rahmat Hidayat Pulungan dalam keterangannya, hari ini.

Menurutnya, politik identitas adalah aksi pembodohan kepada masyarakat. Merawat dendam hanya membuat bangsa ini kehilangan energi positifnya.

"Kita perlu persatuan. Kebersamaan akan membuat kita kuat se

Rahmat mengatakan bangsa yang besar akan mewarisi nilai-nilai kebaikan untuk generasi mudanya, bukan menanamkan energi negatif. Politik identitas adalah kejahatan politik yang pada akhirnya menjadi kejahatan kemanusiaan.

"Kita sebagai umat Islam harus ingat kaidah ushul fiqih yang selalu digunakan para ulama terdahulu kita yang telah bersusah payah membangun republik ini. Dar'ul mafasid, muqoddamun ala jalbi al masalih, bahwa 'Mencegah kerusakan lebih utama daripada mendatangkan kemaslahatan'," ujarnya.

Rahmat meminta semua pihak untuk dewasa dalam menyikapi dinamika sosial yang terjadi. "Politik identitas fakta sejarahnya hanya memecah belah bangsa dan rakyat, maka mencegahnya adalah keharusan bagi kita semua," tuturnya.

https://news.detik.com/berita/d-6389...afilah-berlalu

Konten Sensitif
Cosmoflip
b0c4h.n4k4l
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2.9K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan