Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
TPNPB-OPM Duga Filep Karma Dieksekusi 4 Intelijen TNI di Laut
KKB Papua - TPNPB-OPM Duga Filep Karma Dieksekusi 4 Intelijen TNI di Laut

KKB Papua - TPNPB-OPM Duga Filep Karma Dieksekusi 4 Intelijen TNI di Laut
THETPN-PBNEWS
Filep Karma bersama 4 penyelam lainnya saat berada di kapal sebelum menyelam. Tokoh pejuang kemerdekaan Papua ini meninggal dunia. TPNPB-OPM atau KKB Papua menduga Filep Karma tewas dieksekusi intelijen yang menyamar sebagai penyelam.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM Sorong Samarai menduga Filep Karma tewas dibunuh intelijen TNI.

Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua tersebut mencurigai tokoh pejuang kemerdekaan Papua itu dihabisi oleh empat orang intelijen saat sedang menyelam di laut.

Mayat Filep Karma terdampar dan ditemukan di lokasi Managkawi Pantai Base-G sebelah kiri Steven Makanuai Jayapura, Kamis 1 November 2022.

Melansir thetpn-pbnews.com, TPNPB-OPM Sorong Samarai mendesak Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat serta LBH segera mengkralifikasi pembunuhan sadis terhadap Filep Karma.

Filep berdiri untuk keadilan, demokrasi, untuk perdamaian dan perlawanan tanpa kekerasan. Meskipun demikian, dia dipenjara selama 11 tahun karena mengibarkan bendera Bintang Kejora, kita bisa melihat bagaimana Indonesia memperlakukan pembawa damai," demikian pernyataan TPNPB-OPM Sorong Samarai.

"Bahkan sekarang, mereka tidak bisa membiarkan kita berduka dengan tenang. Saat ribuan orang Papua turun ke jalan untuk menghormati Filep Karma sebagai seorang ayah, tentara dan polisi Indonesia menghalangi jalan mereka dengan persenjataan berat. Saat para pendukung mengucapkan perpisahan terakhir mereka sambil membawa peti mati Filep ke rumahnya, polisi merampas bendera Bintang Kejora mereka."

Menurut TPNPB-OPM, tanggapan ini menunjukkan rasisme endemik di jantung pendudukan Indonesia.

Filep Karma menghabiskan hidupnya untuk berjuang. Mereka melihat kita ‘monyet’ – sebagai ‘setengah binatang’ , seperti yang dijelaskan dalam bukunya. Pertanyaan besarnya adalah: bagaimana Filep mati? Kami tahu dia tenggelam dengan berempat intelejen negara Indonesia TNI.

Kami tahu bahwa ada empat orang intelijen TNI bersamanya ketika dia meninggal, tetapi kami tidak tahu apakah ada di antara mereka yang memberikan kesaksian.

"Kita juga tahu bahwa militer Indonesia membunuh secara sistematis melenyapkan orang West Papua yang berjuang melawan. Kadang-kadang mereka akan membunuh kita di depan umum, seperti Theys Eluay dan Arnold Ap, yang dibunuh dan mayatnya dibuang di pantai tempat Filep meninggal sekarang," demikian TPNPB-OPM Sorong Samarai.

Penyebab Kematian

Pihak keluarga mengungkapkan penyebab kematian tokoh Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua Filep Karma.

Anak kedua Filep Karma, Adrefina Karma menyatakan ayahnya meninggal dunia karena tenggelam. Adrefina Karma mengaku mengikuti visum luar yang dilakukan dokter.

"Saya berduka, sangat sedih. Bapa sudah meninggalkan kita semua," ucap Adrefina Karma sembari menangis, dikutip dari video yang diunggah akun Twiter ULMWP NEWS @KagoyaSilas.

Adrefina Karma menjelaskan bahwa dia mengikuti visum yang dilakukan dokter terhadap mayat ayahnnya, Filep Karma.

"Saya sudah ikut dalam visum luar. Memang berdasarkan visum luar jelas bahwa bapa meninggal karena tenggelam. Pada saat itu bapa menyelam sehingga terdampar," terangnya.

Menurut Adrefina Karma, ada saksi juga dari keluarga menyatakan bahwa ketemu dengan bapa pada hari Minggu pagi. Keduanya sempat berenang bersama-sama.

Namun Filep Karma tidak ikut pulang pada siang hari karena masih mampir di keluarga. Lantaran masih pasang surut sehingga Filep Karma menunggu sampai pagi saat air naik baru menyelam.

"Kita ketemu (bapa) pada pagi hari ini. Saya ditelepon, dan saat tiba menemukan bapa meninggal dunia," ujarnya.

Adrefina Karma meminta semua pihak tidak menyebarkan hoaks mengenai penyebab kematian Filep Karma. Dia mengimbau tidak ada kekerasan.

"Saya harap semua teman-teman, kami mau yang terbaik. Tidak ada lagi isu dan hoaks beredar karena ini murni bapak kecelakaan.
Teman yang lain tidak perlu ada kekerasan," ujarnya.

Filep Karma ditemukan tewas mengenaskan di tepi Pantai base-G Distrik Jayapura Utara, Papua, Senin 1 November 2022. Pakaiannya robek tak beraturan, tubuhnya pun penuh luka.

Filep Karma merupakan salah satu aktivis dan tokoh pejuang Papua Merdeka. Saat ditemukan, tubuh Filep Karma dalam posisi terlentang.

Lelaki pemilik namal lengkap Filep Jacob Semuel Karma itu mengenakan pakaian selam yang robek tak beraturan dengan tubuh penuh luka.

Sepak terjangnya menimbulkan kemarahan publik. Pasalnya, pada 1 Desember 2004, ia turut mengibarkan Bendera Bintang Kejora di Papua.

Atas tindakannya tersebut, Filep Karma pun dituduh melakukan tindakan makar sehingga dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.


Profil Filep Karma

Filep Karma lahir di Biak pada 14 Agustus 1959. Dia berasal dari keluarga terpandang di daerah bergolak, Papua.

Ayahnya, Andreas Karma menjadi Wakil Bupati Jayapura pada 1968 hingga 1971, dan menjabat Bupati Wamena pada 1970-an serta Bupati Serui pada 1980-an.

Filep Karma menamatkan sekolah menengah di Jayapura pada 1979 dan kemudian melanjutkan kuliah ilmu politik di Universitas Sebelas Maret di Surakarta, Jawa Tengah.

Dia lulus pada 1987 dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Pendidikan dan Pelatihan Jayapura.

Pada 1997, Filep Karma mendapatkan beasiswa untuk kuliah selama setahun di Asian Institute of Management, Manila, Filipina.

Memori tentang kekejaman militer Indonesia di tanah kelahirannya, ditambah pendidikan yang didapatkan, membuat Filep tergerak untuk menyuarakan kemerdekaan Papua sepulang dari Manila pada 1998.

Dalam perjuangannya menyuarakan kemerdekaan Papua, Filep Karma memilih menggunakan cara-cara damai dan tanpa kekerasan.

Dalam buku Seakan Kitorang Setengah Binatang (2014), Filep Karma menulis bahwa Manila telah mengubah konsep perjuangannya.

Awalnya Filep berpikir harus bergabung dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk memperjuangkan cita-citanya, atau masuk ke hutan dan memanggul senjata.

"Tapi ternyata tidak harus demikian. Gerakan bersenjata memang salah satu sisi perjuangan tapi ada sisi lain juga berjuang dengan damai, tidak harus membunuh, tidak harus menembak orang," tulis Filep Karma, dikutip dari laman Kompas.com, Selasa 1 November 2022.

Filep Karma meyakini kemerdekaan Papua dapat diperjuangkan dengan damai di tengah-tengah komunitas tanpa perlu bersembunyi di dalam hutan.

Baginya, menuntut hak harus dilakukan tanpa menindas hak orang lain.

"Kitorang menuntut hak tanpa menindas hak orang lain, tapi kitorang punya kebebasan untuk menyampaikan kitorang punya pendapat dan sepantasnya itu didengar oleh pihak lain," tuturnya.

Dari Penjara ke Penjara

Pada Juli 1998, Filep Karma merancang aksi damai di Biak dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora. Aksi damai itu dimulai pada 4 Juli dan berakhir tragis pada 6 Juli 1998.

Human Rights Watch melaporkan, saat itu seorang sersan polisi masuk ke barisan demonstran. Karena dianggap hendak melakukan provokasi, dia dipukul dan beberapa giginya patah.

Insiden ini memicu bentrokan yang kemudian membuat tentara-tentara Indonesia menembaki demonstran.

Menurut laporan, banyak mayat dimuat ke dalam truk dan diduga dibuang ke laut dari dua kapal TNI Angkatan Laut.

Dalam bukunya, Filep Karma mengungkapkan dugaannya bahwa ada banyak mayat yang dikubur seadanya di pulau-pulau kecil dekat Biak.

Baca juga: KKB Papua - 6000 Warga Maybrat Papua Barat Mengungsi Akibat Aksi Kelompok Kriminal Bersenjata

Hingga kini, jumlah korban jiwa dalam Peristiwa Biak Berdarah 1998 belum jelas. Filep Karma serta dua adiknya, Constan dan Sari, ditangkap dan dipenjara.

Saat aparat menyerang para demonstran pada 6 Juli 1998, kaki Filep Karma tertembak peluru karet. Ketika itu, polisi menangkap 150 orang dan hanya 19 orang yang diadili, termasuk Filep Karma. Dia ditahan di Kantor Polisi Biak dari 6 Juli sampai 3 Oktober 1998.

Pada 25 Januari 1999, Pengadilan Negeri Biak menyatakan Filep bersalah atas tuduhan makar karena memimpin aksi dan pidato.

Pengadilan Biak menjatuhkan hukuman penjara 6,5 tahun, namun Filep mengajukan banding. Dia dipenjara di Biak dan belakangan dipindah ke penjara Abepura.

Dia bebas dari penjara pada 20 November 1999 dan kembali bekerja sebagai pegawai negeri untuk Pemerintahan Provinsi Papua.

Filep kembali dipenjara setelah mengorganisasi sebuah upacara peringatan 1 Desember 2004 —untuk menandakan ulang tahun kedaulatan Papua pada 1 Desember 1961.

Peristiwa ini dihadiri ratusan pelajar dan mahasiswa Papua. Mereka juga menyerukan penolakan terhadap otonomi khusus yang dinilai gagal.

Dia ditangkap lagi, mula-mula ditahan di Kantor Polisi Jayapura, kemudian diadili di pengadilan negeri Abepura.

Pada 27 Oktober 2005, Pengadilan Negeri Abepura menghukum Filep Karma dengan vonis 15 tahun penjara atas tuduhan makar.

Filep Karma bebas pada 19 November 2015, setelah menjalani masa tahanan selama 11 tahun penjara.

Dalam wawancaranya dengan BBC Indonesia seusai bebas, Filep Karma menegaskan tekadnya untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Papua secara damai.

Papua belum merdeka, berarti perjuangan saya belum selesai. Saya akan terus berjuang sampai Papua merdeka," kata Filep.

Dia mengatakan, untuk mewujudkan tekadnya itu ia siap untuk kembali dipenjara.

"Saya bebas dari penjara sekarang ini, sebetulnya saya masih dalam penjara, yaitu penjara besar Indonesia. Artinya saya masih terkurung dalam negara Indonesia dengan aturan-aturannya yang diskriminatif dan rasialis," tuturnya. (*)

https://kupang.tribunnews.com/2022/1...laut?page=all.

Tuduhan dari kelompok teroris Papua

Eksklusif: Kata TPNPB-OPM Atas Tewasnya Tokoh Papua Merdeka Filep Karma


Jayapura, Gatra.com-  Kelompok yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengaku berduka cita atas tewasnya tokoh Papua merdeka Filep Karma, 02/11. Seperti diketahui Filep Karma ditemukan tewas dengan pakaian menyelam lengkapa pada 01/11, di pantai Base-G, Jayapura.

"Kami sampaikan Filep Karma merupakan salah satu tokoh Papua merdeka. Dia kami hargai dan kami akui. Dia seorang tokoh yang patut menjadi contoh dan tuladan bagi orang asli Papua. Terutama yang bekerja pada pemerintah Indonesia. Filep Karma adalah seorang pegawai negeri, tetapi dia berani. Mempunyia hati dan jiwa yang mendukung Papua merdeka dengan mempertaruhkan segalanya," kata Sebby Sambom, juru bicara TPNPB OPM.

"Nah ini bisa menjadi contoh bagi orang asli Papua yang cari makan dari pemerintah Indonesia. Dia tokoh yang berani. Berani mengambil keputusan. Tinggalkan semua kesenangannya," tambahnya.

"Filep Karma orang asli Papua. maka dia bergabung dengan segala kekuatan yang memperjuangkan Papua merdeka. Maka dia dijatuhi hukuman penjara hingga 15 tahun. Dia mempunyai mental yang bagus untuk pelajaran kita semua," katanya.

"Kita kehilangan seorang tokoh pejuang Papua merdeka, tetapi tidak akan membuat semangat kami berkurang. Kami akan terus berjuang. Kami sudah punya kebangkitan nasional seperti Indonesia dulu. Maka meskipun tokoh-tokoh ini telah meninggal secara alamiah, kami tetap akan meneruskan perjuangan," katanya.

"Beliau ditemukan terdampar. Beliau memang hobi menyelam. Kami pejuang Papua merdeka telah menghilangkan segala kesenangan. Ketika pertama kali hanyut, itu sebenarnya peringatan dari Tuhan jangan lagi menyelam. Karena beliau tidak mengindahkan peringatan alam maka beliau ditemukan tewas. Itu menurut penilaian kami," ungkapnya.

"Kami turut berduka cita atas meninggalnya tokoh Papua merdeka Filep Karma. Semoga diterima di sisi Tuhan. Kami semua ikut berduka. Selamat jalan Filep Karma," pungkasnya.

https://www.gatra.com/news-556836-re...lep-karma.html

Ungkapan belasungkawa KKB atas meninggalnya Filep Karma walaupun nggak nuduh TNI yang ngebunuh.

Amnesty Internasional Desak Selidiki Kematian Filep Karma



Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid
JAYAPURA – Eksekutif Amnesty International Indonesia berkabung atas berpulangnya tokoh pembela HAM Papua yang selama ini dikenal gigih menyuarakan keadilan dan kedamaian di Papua.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan berkabung perjuangan almarhum telah menginspirasi banyak orang, termasuk kaum muda, untuk jujur dan berani menyuarakan kebenaran. Ia pun tak gentar menghadapi ancaman. “Kami sungguh kehilangan,” kata Usman dalam siaran pers Amnesty Internasional Indonesia.

Atas ditemukannya jenazah almarhum di Pantai Base G, pihaknya mendesak jajaran lembaga penegak hukum dan HAM untuk menyelidiki sebab musabab kematian almarhum. Penyelidikan ini penting untuk menjawab ada tidaknya indikasi tindak pidana atau pelanggaran HAM dibalik kematian almarhum, karena banyak aktivis yang vokal di Papua menjadi sasaran kekerasan.  “Terlebih mengingat sepak terjang almarhum sebagai tokoh panutan dalam membela hak asasi orang asli Papua,” ungkapnya.

Mengingat kondisi jenazah Filep yang cukup mengenaskan, Amnesty menilai perlu ada penyelidikan untuk mengetahui sebab musabab persis dari kematiannya.  Alasan Amnesty meminta adanya penyelidikan merujuk pada investigasi atas potensi kematian di luar hukum Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia tahun 2016 (Protokol Minnesota). (fia/ade/wen)


https://cenderawasihpos.jawapos.com/...n-filep-karma/
Tuntutan LSM untuk menyelidiki kematian Filep Karma meskipun keluarga dan polisi menegaskan Filep Karma meninggal karena tenggalm [/b]
Diubah oleh mabdulkarim 03-11-2022 13:56
extreme78
pakisal212
damel88
damel88 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan