Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

amekachiAvatar border
TS
amekachi
Hari Ini Dalam Sejarah: 1 November 98 Tahun yang Lalu Turki Usmani Dibubarkan

Tak ada yang abadi. Begitu juga halnya dengan Kekaisaran Turki Usmani (Ottoman). Kekaisaran yang berdiri selama enam abad itu hancur lebur.

Banyak hal yang membuat Turki Usmani hancur ditelan zaman. Mulai dari kebobrokan sikap para pemimpin, birokrasi yang korup hingga rongrongan pemberontakan.

Setelah kematian Sultan Sulaiman Al Qanuni atau Sulaiman I, kejayaan Kekaisaran Turki Usmani mulai redup.


Salah satu penyebabnya adalah kekaisaran itu terlampau bergantung kepada sosok seorang sultan.

Para pemimpin selepas Sulaiman I dinilai kurang cakap. Sistem birokrasi yang kacau juga turut berkontribusi atas kehancuran Turki Usmani.

Menurut Akbar S Ahmad dalam buku Citra Muslim, para pemimpin Turki Usmani setelah Sultan Sulaiman terlena dengan kekuasaan.

"Mereka juga kurang terlibat langsung dalam persoalan administrasi negara, dan peperangan melawan musuh, mereka banyak larut dalam kehidupan istana," tulisnya.

Akibat rapuhnya kepemimpinan para sultan itu, terjadi banyak pemberontakan di sejumlah wilayah. Di antaranya di Suriah dan di Libanon.

Pemberontakan yang memiliki dampak besar justru datang dari Jenissari, salah satu kelompok tentara Turki Usmani.

Banyaknya wilayah taklukan yang melepaskan diri menyebabkan pemasukan bagi Turki Usmani semakin menurun. Mereka tak lagi membayar pajak dan upeti.

Tentu saja hal itu berdampak pada kemampuan kerajaan dalam memenuhi kebutuhan di negerinya.

Benih-benih korupsi seperti jual beli jabatan di badan pemerintahan juga disebut lazim di. Untuk mendapat jabatan di kekaisaran, seorang calon harus memberikan banyak hadiah sebagai sogokan kepada sultan dan para keluarganya.

Hal itu juga diterapkan bagi mereka yang ingin menjadi gubernur.

Di sisi lain, bangsa Eropa yang memeluk Nasrani justru sedang gencar melakukan penjelajahan hingga Benua Amerika dan Afrika. Harapannya mereka bisa mendapatkan peluang baru untuk hidup makmur dan sejahtera, serta mengembangkan jalur perdagangan ke belahan dunia di bagian timur.

Perang Dunia I yang meletus pada 1914 juga membuat Turki Usmani semakin terpuruk. Saat itu mereka bergabung dengan blok sentral bersama Kekaisaran Jerman, Austria-Hungaria, Bulgaria dan yang lainnya.

Mereka berhadapan dengan blok sekutu, yaitu Prancis, Inggris, Rusia, Italia, Amerika Serikat dan Balkan.

Tercatat ada empat pertempuran yang dihadapi Kekaisaran Turki Usmani dalam PD I. Dalam perang melawan Italia pada 29 September 1911 hingga 18 Oktober 1912, mereka kehilangan Libya.

Dalam Perang melawan Balkan pada 8 Oktober 1912 hingga 18 Juli 1913, Turki Usmani juga kalah meski dibantu Kerajaan Austria-Hungaria. Hal itu membuat mereka kehilangan sebagian wilayah Eropa.

Pada 22 Desember 1914 hingga 17 Januari 1915, Turki Usmani dan Rusia bertempur di Kota Sarikamish. Kekuatan Rusia sanggup memukul mundur pasukan Turki Usmani.

Kemudian pada 19 sampai 25 September 1918, Kekaisaran Turki Usmani melawan Inggris, Prancis dan Hejaz atau Arab Saudi, dan kehilangan wilayah di Timur Tengah.

Pamor Kekaisaran Turki Usmani semakin goyah ketika di dalam negeri muncul gerakan nasionalisme. gerakan itu di antaranya adalah Gerakan Turki Muda, Gerakan Ijtihad Wattaroqqi, dan gerakan politik di bawah kendali perwira militer Turki Usmani, Mustafa Kemal Pasha Attaturk. Tujuan mereka adalah mendirikan negara sekuler.

Mengutip berbagai sumber, gerakan itu membuat suku-suku di Timur Tengah, yang masih di bawah kekuasaan Turki Usmani, bersatu mengangkat senjata.

Mereka mencoba meredam gerakan kelompok nasionalis dengan meminta bantuan Jerman. Namun, ternyata hal itu tidak mudah karena pasukan Arab didukung Prancis dan Inggris.

Gerakan itu berhasil dan jalan Mustafa Kemal Pasha untuk menerapkan sekularisme di Turki terbuka lebar.

Kemal Pasha merombak habis-habisan dari bentuk kekaisaran menjadi negara republik.

Hingga akhirnya pada 1 November 1922 Kekaisaran Turki Usmani dibubarkan, dan menjadikannya kekhalifahan Islam terakhir di muka bumi.

Jejak Cikal Bakal Dinasti Turki Usmani

Dinasti Turki Usmani atau Ottoman masyhur karena pernah menguasai sebagian besar wilayah Eropa, Asia hingga Afrika Utara.
Mereka menjadi pusat peradaban dunia dan Islam di abad ke-14.

Dihimpun dari berbagai sumber, menurut sejarah, orang-orang Usmani berasal dari keturunan suku Kabilah Turkmenistan pada abad ke 12. Mereka mulanya pengembara yang berpindah dari Kurdistan ke Anatolia, yang kelak menjadi negara Turki.

Bangsa Usmani yang dipimpin Raja Erthugrul dan anaknya, Usman I, pindah ke Anatolia menghindari serangan pasukan Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan. Mereka lalu menetap di kota Athlah, sebelah timur Turki.

Bangsa Usmani memilih bergabung dengan Dinasti Saljuk saat peperangan dengan Kekaisaran Romawi meletus.

Dengan bantuan mereka, pasukan Dinasti Saljuk memenangkan pertempuran. Sebagai hadiah, komandan dari pasukan itu memberi sebidang tanah di wilayah barat Anatolia, dekat perbatasan Romawi.

Erthugrul juga diberi wewenang untuk meluaskan wilayah hingga mendekati daerah kekuasaan Romawi.

Wilayah itu berada di bawah Kesultanan Rum. Ketika Dinasti Saljuk membubarkan Kesultanan Rum, Anatolia terbelah menjadi beberapa bagian. Satu di antaranya dikuasai anak Erthugrul, Usman bin Erthugrul atau dikenal dengan Usman I.

Usman I menggantikan ayahnya yang wafat pada 1299 M. Di tangannya Kekaisaran Usmani atau Ottoman berdiri.

Wilayah kekuasaan Usman I saat itu hampir menyentuh Kekaisaran Byzantium.

Selain itu, Usman I juga memimpin pasukan Muslim Turki atau Gazi untuk berperang melawan bangsa Mongol, yang menyerang Anatolia dan Dinasti Seljuk pada 1293.

Atas jasa Usman, Pemimpin Dinasti Seljuk Sultan Alauddin memberikan wilayah Ikshiyar dekat Bursa.

Sebagai pemimpin suku yang wilayahnya merupakan hasil pemberian Bangsa Saljuk, Usman mengambil kebijakan politik yang sama dengan ayahnya, Erthugrul. Ia memilih membina persahabatan dengan Dinasti Seljuk yang sebangsa dan seagama.

Perang yang terus menerus dengan bangsa Mongol membuat Dinasti Saljuk lemah. Pada 1300 M, Sultan Alauddin II terbunuh dan dinasti itu berakhir.

Usman kemudian mendeklarasikan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas wilayah itu. Sejak saat itu Kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.

Menurut Colin Imber dalam buku Kerajaan Ottoman: Struktur Kekuasaan Sebuah Kerajaan Islam Terkuat Dalam Sejarah, awalnya kerajaan itu hanya memiliki wilayah yang kecil.

"Di masa kepemimpinannya, wilayah Usmani yang kecil menjadi bertambah luas. Kekuasaan itu dinilai menggetarkan. Mulanya wilayah yang diduduki Usman hanya difungsikan sebagai penyangga pembatas antara Byzantium dan Bani Seljuk," tulis Imber.

Kegemilangan Usmani dalam memenangkan serangkaian pertempuran menarik perhatian suku-suku lain untuk mau bergabung.

Selama masa pemerintahan Usman hanya fokus dalam politik perluasan wilayah. Strategi dasar yang dilakukannya juga sebagai pemimpin melakukan peperangan dan membentuk persekutuan politik.


Kejayaan Turki Usmani


Di abad pertengahan, Turki Usmani adalah salah satu peradaban terhebat di dunia. Dikutip dari Peradaban Turki (2019), kejayaan Turki Usmani disebabkan empat faktor utama yakni:

Pengelolaan pemerintahan yang baik

Keadaan perekonomian yang baik

Penguasaan ilmu pengetahuan dan budaya

Militer yang kuat dan gencar melakukan ekspansi

Di bawah pendirinya, Osman, Turki Usmani menyerang dua kekuatan besar di sekitarnya yakni Kerajaan Mamluk dan Kekaisaran Byzantium.

Wilayah Turki Usmani pun meluas. Langkah Usmani diikuti oleh putranya, Orhan.

Pada masa pemerintahan Orhan, dibangun sistem pertahanan militer yang tangguh. Orhan dikenal keras terhadap tentaranya.



Perang melawan Kekaisaran Byzantium dilanjutkan Orhan. Ia menaklukkan Bursa pada tahun 1324 dan menjadikannya ibu kota Usmani.

Di bawah kepemimpinan Orhan, Turki Usmani meluaskan wilayahnya ke Eropa mulai dari Bursa, Kassovo, Nikopal, dan Gallipoli.

Kendati demikian, Turki Usmani belum bisa menaklukkan Kekaisaran Byzantium.

Kejatuhan Konstantinopel

Setelah Orhan, sultan yang berkuasa yakni Sultan Murad I (1360), Sultan Bayazid I (1389), Sultan Muhammad I (1413) dan Sultan Murad II (1421).

Baru setelah kepemimpinan Sultan Muhammad II (1451), Turki Usmani merebut Konstantinopel, ibu kota Byzantium.

Konstatinopel dijadikan ibu kota oleh Turki Usmani. Namanya diganti jadi Istanbul.


Dengan dikuasainya Istanbul, Turki Usmani makin mudah menguasai daerah-daerah di Semenanjung Balkan.

Kerajaan Usmani mencapai puncak kejayaan pada abad ke-16 pada masa pemerintahan Sultan Salim I.

GIF
Wilayah Kekaisaran Turki Usmani
Salim I memfokuskan ekspansi ke arah Selatan Turki. Ia mempersatukan Baghdad, Kairo, dan sisa-sisa kekuasaan Byzantium dalam satu kekuasaan.
Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Turki Usmani menjadi kekhalifan Islam terpenting di Timur Tengah dan Semenanjung Balkan.

Kendati demikian, muncul persaingan dari Dinasti Shafawi. Dinasti Shafawi berusaha menanamkan pengaruh mereka di kawasan Persia.

Permusuhan antara Usmani dan Dinasti Shafawi berlangsung cukup lama. Kondisi ini dimanfaatkan musuh-musuh Turki Usmani di Eropa untuk menyusun kekuatan baru.



Pemimpin Kekaisaran Turki Usmani Sultan Sulaiman I atau Sultan Sulaiman al-Qonuni bin Salim. Ia juga dikenal sebagai Sulaiman yang agung atau Suleiman the Magnificent.
Setelah Sultan Salim I wafat, Sultan Sulaiman I naik tahta pada 1520.
Di bawah kekuasannya, Turki Usmani berhasil menguasai Lembah Sungai Nil di Mesir dan Lembah Sungai Furat, hingga ke Gibraltar.

Di Afrika Utara, pasukan Turki Usmani menahan pasukan Kerajaan Spanyol yang menyerang lewat lautan.

Satu-satunya wilayah yang tak berhasil dikuasai Usmani hanya Maroko.

Untuk mewujudkan ketertiban dan keamanan di wilayahnya, Sulaiman I menyusun peraturan perundang-undangan bagi rakyat dari berbagai golongan.

Sulaiman I diberi gelar Al Kanuni atau ahli penyusun perundang-undangan.


Di masa ini, ajaran Islam berkembang pesat. Kebudayaan dan perdagangan juga mengalami kemajuan.

Begitu pula kesusastraan dan ilmu pengetahuan. Rakyat hidup sejahtera.

Keadaan turki tanpa usmani sekarang


Recep Tayyip Erdogan merupakan Presiden ke-12 Turki yang menjabat sejak 2014. Sebelumnya, Erdogan juga menjabat sebagai perdana menteri selama tiga periode sejak 2003.
Di awal masa kepemimpinannya, Erdogan banyak dipuji sebagai pemimpin Islam panutan, terutama bagi negara di Timur Tengah berkat kebijakan reformasinya mulai dari memperluas kebebasan beragama hingga jaminan hak-hak kaum minoritas Turki.

Saat itu, Turki digambarkan sebagai negara mayoritas Muslim yang moderat dan terbuka. Erdogan bahkan mampu membawa Turki menjadi salah satu negara mayoritas Muslim yang bersaing dengan negara Eropa dalam segi ekonomi.


Semua itu dilakukan Erdogan bukan dengan tujuan. Saat itu, Turki tengah mengajukan keanggotaan ke Uni Eropa.

Dalam bidang keamanan, Turki juga mengerahkan ribuan tentaranya ke sejumlah negara mulai dari Irak, Libya, hingga Suriah.

Turki juga dinilai aktif terlibat geopolitik dunia hingga menjadi penengah berbagai konflik antarnegara, seperti saat ini salah satu pendorong dialog damai Rusia-Ukraina. Di bawah kuasa Erdogan, Turki pun dianggap memainkan politik aktif di kawasan Timur Tengah, Eropa, hingga Asia.

Dari pencapaiannya itu, banyak pihak memuji Erdogan sebagai simbol kebangkitan Islam di kawasan Asia dan Eropa. Bahkan, oleh para pengkritiknya, Erdogan dijuluki "the New Ottoman Sultan" atau raja baru Turki Ustmani.

Pada 2020, Presiden Turki ini pun dinobatkan sebagai pemimpin Muslim paling populer di dunia menurut indeks Gallup International. Ketenarannya bahkan melebihi Raja Salman dari Arab Saudi dan Presiden Iran terdahulu Hassan Rouhani.

Namun, bagi sejumlah pemimpin negara Arab, Erdogan dikenal sebagai sosok arogan, haus kuasa, dan ekspansionis. Ia bahkan dipersepsikan sebagai sosok yang ingin membangkitkan kekhalifahan yang sudah punah.

Kepemimpinan Erdogan juga bukan tanpa kontroversi. Dari sosok reformis, ia kini dianggap oleh sebagian pihak sebagai salah satu pemimpin yang otoriter, seperti dikutip The HuffPost,

Pada 2013, ia memenjarakan beberapa pejabat militer senior Turki seumur hidup karena merencanakan penggulingan partainya, AKP. Dia juga kerap memerintahkan penindakan para demonstran yang memprotes pemerintahannya.

Di bawah Erdogan, Turki juga tak segan memenjarakan ribuan personel militer, puluhan ribu polisi, hakim, aktivis, hingga warga sipil sejak 2016 lalu setelah upaya kudeta untuk menggulingkannya gagal.

Erdogan bahkan beberapa kali mengubah konstitusi Turki yang menurut banyak pihak dilakukan guna melanggengkan kepemimpinannya.

Erdogan bahkan sempat dinilai melakukan hasutan kebencian terkait agama hingga mengirimnya ke bui.

Erdogan juga sempat mendapat kritik hingga kecaman pada 2020 saat ia memutuskan mengubah kembali Hagia Sophia menjadi masjid.

Erdogan menganggap penetapan Hagia Sophia sebagai masjid menujukkan kebangkitan Islam dan menandai era sekularitas di Turki.

Langkah Erdogan itu dikritik keras banyak pihak mulai dari negara Barat seperti Amerika Serikat, Yunani, Rusia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hingga Paus Fransiskus dan komunitas Gereja Kristen Ortodoks.

Namun, sebagian besar umat Muslim di Turki mendukung langkah sang presiden.

Percobaan Kudeta

Kejayaan politik Erdogan tak lepas dari masalah. Pada 2016, Erdogan sempat terancam dikudeta tetapi gagal.

Pada 15 Juli 2016, militer Turki memenuhi jalan-jalan di Ankara dan Istanbul, kemudian menyita fasilitas di sana, termasuk stasiun televisi dan jembatan. Pengkudeta menilai Erdogan melanggar aturan di Turki dan merusak demokrasi.

Meski demikian, Erdogan berhasil menangkal upaya kudeta tersebut. Hampir 300 orang, yang kebanyakan adalah warga sipil, terbunuh dalam konfrontasi kudeta.

Beberapa pekan setelahnya, pemerintah melakukan pembersihan besar-besaran. Erdogan memecat puluhan ribu tentara, polisi, guru, dan pegawai negeri karena diduga bersimpati dengan pemberontak yang berupaya menggulingkannya.

CEDDIN DEDEN


“Ceddin, deden, neslin, baban; x2

Hep kahraman Türk milleti.

Orduların, pek çok zaman, vermiştiler dünyaya şan. x2

Türk milleti!, Türk milleti!; x2

Aşk ile sev milliyeti,

Kahret vatan düşmanını, çeksin o mel’un zilleti. x2″

Terjemahan lirik lagu tersebut kurang lebih adalah

“Nenek moyangmu, kakekmu, leluhurmu, ayahmu x2

Bangsa Turki selalu gagah berani.

Prajuritmu berulang kali memperoleh nama harum di seluruh dunia. x2

Oh Bangsaku Turki, X2

Cintai kemerdekaanmu dengan penuh semangat,

Lawan musuh ibu pertiwi, dan dengan demikian musuh akan dikutuk menderita kehinaan. x2”

Sumber 1
https://www.google.com/url?q=https:/...A7Ii4kaCyuxeY_

Sumber 2
https://www.cnnindonesia.com/interna...i-turki-usmani

Sumber 3
https://www.google.com/url?q=https:/...yHzfUCJFX7j0cL

Sumber 4
https://www.google.com/url?q=https:/...lRrFh5X9QCnzNd

Bagi pengemar n penyuka sejarah tentang perang dunia ke dua silahkan mengikuti forum pecinta sejarah perang dunia ke dua kaskus

Berbagi ilmu dan pengetahuan kisah kisahnya

Forum PECINTA SEJARAH PERANG DUNIA KE 2
https://www.kaskus.co.id/forum/1188
#ForumKaskus via @KASKUS
Diubah oleh amekachi 01-11-2022 16:12
sudarmadji-oye
nikahinakumas
damel88
damel88 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
3.2K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan