Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
3 anak di Keerom diduga dianiaya TNI AD dengan rantai, gulungan kawat, dan selang air

3 anak di Keerom diduga dianiaya prajurit TNI AD dengan rantai, gulungan kawat, dan selang air


Penganiayaan Anak di Keerom
Sejumlah dua anak korban penganiayaan yang diduga dilakukan prajurit TNI AD di Kabupaten Keerom, Bastian Bate (13) dan Laurents Kaung (11) dirawat di Instalasi Gawat Darurat RS TNI AD Marten Indey, Kota Jayapura, sementara seorang korban lainnya, Rahmat Faisei (14) dirawat secara terpisah karena terluka lebih parah. - Jubi/Hengky Yeimo
Jayapura, Jubi – Orangtua salah satu dari tiga anak yang menjadi korban penganiayaan yang diduga dilakukan prajurit TNI AD di Kabupaten Keerom, Jhon Faisei menyatakan anaknya, Rahmat Faisei (14) bersama dua temannya, Bastian Bate (13) dan Laurents Kaung (11), dianiaya dengan menggunakan rantai, gulungan kawat, dan selang air. Penganiayaan itu terjadi berulang kali, dan baru berhenti setelah Polisi Militer dari Kota Jayapura datang serta membawa ketiga anak itu ke rumah sakit.

Hal itu dinyatakan Jhon Faisei saat ditemui wartawan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey, Kota Jayapura, pada Jumat (28/10/2022) malam. Menurutnya, penganiayaan terhadap Rahmat Faisei, Bastian Bate, dan Laurents Kaung terjadi di Pos Satuan Tugas (Satgas) Damai Cartenz, Jalan Maleo, Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis (27/10/2022).

Ketiga anak itu dianiaya sejak ketiganya ditangkap prajurit TNI AD di pos tersebut pada Kamis pukul 06.00 WP, karena dituding mencuri burung kakakua di pos itu. Ketiga anak itu kemudian dibawa ke pos yang berada di Kampung Yuwanain.

Menurut Jhon, awalnya keluarga tidak mengetahui alasan penangkapan ketiga anak tersebut. Ia menuturkan penganiayaan terhadap Rahmat Faisei, Bastian Bate, dan Laurents Kaung berlangsung sejak sekitar pukul 08.00 WP.

Sesampai di pos, mereka menyiksa, dan menganiaya anak-anak itu menggunakan, rantai anjing, selang air, gulungan kawat. Anak anak dipukul, disiksa, diinjak-injak seluruh tubuhnya di pos, sekitar pukul 08.00 – 11.30 WP,” kata Jhon.

Sekitar pukul 11.30 WP, sejumlah prajurit TNI AD di sana kemudian mengantar Rahmat, Bastian, dan Laurents pulang ke rumah Rahmat. “Kami keluarga terkejut saat mereka diantar ke rumah dalam Kondisi luka-luka, babak belur. Anak saya Rahmat Faisei luka dan berdarah. Ibunya bersama saya mengantar Rahmat ke Puskesmas Arso Kota, untuk berobat,” ujar Jhon

Setelah Rahmat diobati, Jhon membawa Rahmat untuk melaporkan penganiayaan tersebut di Kepolisian Sektor Arso Kota. Polisi di sana mengarahkan Jhon untuk melaporkan penganiayaan itu kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Keerom.

“Seusai melaporkan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, kami melaporkan peristiwa tersebut ke Kepolisian Resor Keerom. Kepolisian Resor Keerom mengarahkan keluarga korban [melapor] kepada Polisi Militer di Jayapura,” katanya.

Ibu Rahmat kemudian menelepon kakak perempuan Rahmat yang berada di Jayapura, memintanya untuk melaporkan kasus penganiayaan terhadap Rahmat dan kedua temannya kepada Polisi Militer. “Kakak perempuan Rahmat melaporkan ke Polisi Miiliter untuk menjemput Fahmat Paisei dan kawan-kawannya di Arso Kota,” ujar Jhon.

Yang tidak terduga, setelah Rahmat kembali ke rumah, sekitar pukul 18.00 WP sekelompok tentara datang lagi ke rumahnya. Jhon menuturkan Rahmat, Bastian, dan Laurents kemudian dibawa kembali ke Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain. “Waktu [Satgas] Damai Cartenz menjemput mereka kedua kalinya itu, saya saksikan. Saya mau tolong, [namun] saya ditodong pistol. Mereka suruh saya menyaksikan dari jauh dan mereka menyiksa Rahmat, dipukul. Mamanya Rahmat Faisei hingga tak berdaya, ia sempat berteriak ‘Tuhan tolong. Dong [mereka] pukul anak saya’, sambil menagis,” tutur Jhon.

Saat itu, Rahmat juga berteriak kesakitan. “’Tuhan tolong, sa mati,” tutur Jhon menirukan terikan Rahma“. “[Dia berteriak] sambil menagis. Baru aparat keamanan mereka bilang,ah, ko mati sudah, biar ko ketemu ko pu Tuhan yang ko minta tolong sekalian’. Saat itu, kondisi anak saya sudah tidak berdaya, nafas sisa satu-satu” kata Jhon.

Di Pos Satgas Cartenz, Jhon tidak bisa menolong Rahmat, Bastian, maupun Laurents, karena Jhon diadang dan dipukul salah satu tentara. “Saya tidak tega melihat anak saya dipukul kayak binatang, dipukuli, ditodong, dan ditendang oleh [Satgas] Damai Cartenz. Saya berdiri ke sana dan menolong anak saya. Aparat tendang saya punya rahang. Mereka pukul saya, dan mereka todong saya pakai pistol. Mereka larang saya, supaya mereka melanjutkan penganiayaan terhadap tiga anak tersebut. Saya melihat kondisi mereka, tidak bisa [dan tidak tega]. Lalu saya hadang mereka,” katanya.

Jhon mengatakan sekitar pukul 21.00 WP, komandan pos itu keluar, lalu menanyai Jhon mengapa dia ada di pos itu.Saya menjawab bahwa saya adalah orangtua dari anak yang kalian sedang siksa. Jadi, saya datang melihat anak saya yang sedang dianiaya. Saya mau pastikan apa kesalahan anak saya. Sementara saya menjelaskan demikian, ada satu aparat yang datang dan pukul di kepala saya,” katanya.

Penganiayaan terhadap Rahmat, Bastian, maupun Laurents baru berhenti sekitar pukul 23.30 WP,
setelah sejumlah Polisi Militer dari Jayapura tiba di Pos Satgas Damai Cartenz itu. Polisi Militer kemudian melarikan Rahmat yang terluka parah ke Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey di Kota Jayapura. “Kalau mereka lambat datang ke Arso untuk menjemput ketiga korban itu, pasti hari ini kami menangis karena anak saya meninggal dunia akibat ulah Satgas Damai Cartenz itu,kata Jhon.

Jhon menyatakan tindakan aparat kemanan yang menganiaya anaknya itu seperti zaman penjajahan, padahal Indonesia sudah merdeka. “Saya harap agar para pelaku dapat dihukum melalui jalur hukum, agar ada rasa keadilan bagi kami. Masak anak saya Rahmat tidak bersalah dipukuli hingga kritis,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Kav Herman Taryaman di Kota Jayapura menyatakan Polisi Militer Komando Daerah Militer atau Pomdam XVII/Cenderawasih melakukan penyelidikan kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan prajurit TNI AD terhadap Rahmat, Bastian, maupun Laurents. Herman membenarkan bahwa penganiayaan itu terjadi di Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis.

“Kasus pemukulan yang diduga dilakukan oknum TNI infonya terjadi karena adanya kasus pencurian di Pos Satgas Damai Cartens. Kini dalam proses penyelidikan Pomdam. Pangdam sudah memerintahkan Danpomdam untuk segera mengusut tuntas kejadian itu. Pomdam Cenderawasih juga telah membantu korban atas nama Rahmat Faisei untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey,” katanya. (*)

https://jubi.id/tanah-papua/2022/3-a...an-selang-air/

Dituduh Curi Burung Kakaktua, Tiga Anak di Papua Dianiaya Anggota TNI

Ilustrasi. Tiga anak di bawah umur menjadi korban penganiayaan prajurit TNI di Papua (Istockphoto/burakkarademir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga anak di Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Papua menjadi korban penganiayaan oleh Anggota Satgas Kopassus Damai Cartenz.
Insiden penganiayaan terjadi pada hari Kamis (27/10) pukul 06.00 WIT di Kampung Yuwanain Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom.

Pemukulan terhadap tiga anak sipil di bawah umur tersebut diduga akibat mereka mencuri burung kakaktua putih yang ada di pos yang ditinggali prajurit TNI-AD yang tergabung dalam Satgas Damai Cartenz.

Direktur Amnesty International Indonesia dan Dewan Pakar Peradi Usman Hamid mengatakan beberapa anak mendapatkan luka sangat parah hingga dirujuk ke rumah sakit. Usman menyebut bahkan ada korban yang dikabarkan meninggal dunia.

"Dipicu dari peristiwa pencurian dua ekor burung Kakak Tua Putih di Pos Kopassus Jalan Maleo, Kampung Yuwanain Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom," kata Usman dalam keterangan tertulis, Jumat (28/10).

Usman pun mengutuk keras tindakan penyiksaan yang dilakukan terhadap korban yang diketahui berinisial RF (14), BB (13), dan LK (11).

"Kejadian penyiksaan tersebut mempertegas rendahnya penghormatan aparat pada manusia dan kentalnya kultur kekerasan oleh aparat keamanan yang bertugas di Papua. Selain menambah daftar panjang pelanggaran HAM, peristiwa ini juga memperkuat anggapan bahwa negara tidak mampu untuk mengakhiri masalah sistemik dan mengakar di Papua, yaitu Kekerasan dan pelanggaran HAM," ucapnya.

Usman mendesak pemerintah bertanggung jawab dengan mengusut tindakan penyiksaan tersebut dan menghukum siapa pun yang terbukti terlibat dalam tindakan penyiksaan.

Terkait kasus ini Pangdam XVII/Cenderawasih telah memerintahkan Pomdam XVII/Cendrawasih untuk memeriksa oknum prajurit TNI yang diduga pelaku pemukulan dan penganiayaan terhadap tiga anak tersebut.

"Danpom XVII/Cenderawasih sudah diperintahkan untuk mengusut kasus tersebut hingga tuntas," kata Kepala Staf Kodam XVII/Cendrawasih Brigjen TNI Sidharta Wisnu Graha, di Jayapura, Jumat (28/10) seperti dilansir dari Antara.

Antara melaporkan akibat dianiaya, ketiga anak itu mengalami cedera hingga salah satu di antaranya saat ini dirawat di RS Marthen Indey, Jayapura.

Catatan Redaksi: Judul artikel ini diubah pada Jumat (28/10) pukul 20.44 WIB dari semula 'Prajurit TNI Damai Cartenz Aniaya 3 Anak di Papua'.
: https://www.cnnindonesia.com/nasiona...a-anggota-tni.

Kekejaman kembali oleh oknum TNI di Papua  terhadap para remaja ini 

Beruntung Pangdam tak menutupi-menutupi kasus ini dan langsung mengusut lewat polisi militer
Semoga kasus ini didengar Panglima karena baru beberapa bulan lalu kasus mutilasi di Timika Presiden pun berkomentar untuk diusut.
gabener.edan
pakisal212
NecroTorture
NecroTorture dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.6K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan