cintadineAvatar border
TS
cintadine
Alasan Kenapa TVRI Bapuk, Tidak Menarik dan Kalah Oleh TV Swasta, Terlalu Kolot?


Beberapa waktu yang lalu TVRI yang merupakan stasiun tv milik pemerintah sempat mencuri perhatian ketika Helmy Yahya menjadi direktur utama dengan mulai mengubah acara-acara TVRI menjadi lebih modern dan juga menyiarkan siaran langsung pertandingan Liga Inggris alias Premier League.

Sayangnya, Helmy Yahya didepak dari jabatannya itu. Kini TVRI meskipun sudah mulai agak modern tetap saja kebanyakan acaranya itu membosankan dan terkesan "kolot". Selama puluhan tahun, sejak stasiun tv swasta bermunculan, TVRI memang tertinggal dan malah jadi tv medioker. Padahal, kalau di luar negeri seperti Jepang, tv milik negara itu adalah stasiun tv yang paling besar dan acara-acaranya berkualitas.

Padahal, TVRI pernah mengalami masa jaya pada era 1970an sampai dengan 1980an. Itu pun saat TVRI di bawah rezim orde baru masih memonopoli siaran tv di Indonesia. Di era 90an yang merupakan masa keemasan pertelevisian Indonesia, TVRI mulai ditinggalkan karena tv swasta punya program yang lebih bervariasi dan menarik.

Lalu, kenapa sih siaran TVRI ini begitu medioker dan kalah dengan tv swasta?

Budget

Yang pertama adalah budget, meskipun TVRI adalah stasiun tv milik negara yang operasionalnya dibiayai oleh negara, namun budgetnya terbilang kalah oleh stasiun tv swasta yang sudah top seperti MNC Group dan SCM. Dana yang digelontorkan untuk TVRI bukanlah prioritas, pemerintah tentunya lebih mengalokasikan dananya untuk kesehatan dan pendidikan dari APBN.

Untuk membuat acara berkualitas dibutuhkan budget yang lebih. Televisi swasta punya budget yang besar karena pendapatan mereka yang besar dari iklan.

Sementara itu, TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik tidak boleh punya iklan atau dikomersialisasikan. Bahkan di platform Vidio, channel TVRI tidak disematkan iklan sedikit pun, karena tidak boleh.

Di Jepang, NHK yang merupakan penyiaran tv dan radio milik pemerintahan Jepang punya budget yang begitu besar sehingga mereka menjadi stasiun tv raksasa di Negeri Sakura.

Sayangnya, sekali lagi TVRI bukanlah prioritas dalam pembiayaan APBN. Di sisi lain, TVRI tidak boleh di "privatisasi" alias tak boleh mencari keuntungan.

Nuansa yang Kolot

Seiring dengan perkembangan siaran tv digital, kini kualitas gambar TVRI sudah jernih dan tidak sebutek dulu lagi. Editing grafisnya juga lebih modern dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Tapi, kebanyakan acaranya tetap monoton dan kolot seperti jaman dulu. Konten-kontennya biasa saja.

Seandainya konten TVRI ini seperti NET ketika masa jayanya atau paling tidak seperti RCTI ketika masih waras.

Tapi, semua itu kembali lagi pasarnya alias para pemirsa. Kalau TVRI dirombak sedemikian rupa, acaranya jadi bagus-bagus. Dipenuhi artis papan atas terkenal, tapi yang tidak ada yang nonton ya sama saja bohong.

Generasi Milenial dan Z Sudah Malas Nonton TV


Televisi memang tidak akan ditinggalkan sepenuhnya karena platform streaming tapi generasi muda sekarang memang banyak yang malas nonton tv apalagi TVRI. Siapa yang nonton TVRI? Mereka yang di wilayahnya tak terjangkau tv swasta. Atau orang yang malas nonton tv swasta karena terlalu banyak sinetron.

Atau juga para orang tua generasi Baby Boomers yang masih betah nonton TVRI karena banyak program berita.

Nah, menurut agan gimana nih? emoticon-Big Grin

Referensi
0
1.5K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan