DPRD DKI Bakal Turun Tangan







TRIBUNJAKARTA.COM - Aksi intoleransi di lingkungan sekolah yang dilakukan oknum guru kembali terjadi.
Kali ini perihal adanya seorang siswa nonmuslim yang hendak maju sebagai Ketua OSIS di salah satu SMA negeri di Jakarta.
Diduga aksi intoleransi guru yang menghalangi siswa nonmuslim maju sebagai Ketua OSIS itu terjadi di SMA 52 Jakarta Utara.





Rekaman saat lebih dari satu guru mengatur strategi agar siswa nonmuslim itu tak bisa maju sebagai Ketua OSIS tersebar.
Dalam rekaman suara yang diterima TribunJakarta.com, terdengar percakapan antara dua guru laki-laki dengan suara yang diduga siswa panitia pemilihan Ketua OSIS.


Sang guru itu mencari siasat agar satu dari tiga bakal calon Ketua OSIS yang beragama nonmuslim bisa digugurkan tanpa sepengetahuan siswa tersebut.
"Karena kalau sudah jadii calon kita gabisa berbuat apa-apa karena itu sudah masuk ranah umum," ujar suara dalam rekaman yang diterima TribunJakarta.com, Senin (17/10/2022).
Tak lama kemudian, seorang guru yang disebut bernama Pak Heru datang dan ikut dalam upaya menghalangi siswa nonmuslim itu maju sebagai Ketua OSIS.
"Untuk bakal calon ketua osis sudah mengerucut tiga, tapi salah satunya nonis (nonmuslim).

Gimana ya Pak Heru, Pak Heru sudah berpengalaman nih," ujar seorang guru memberitahukan hal ini ke temannya sesama guru yang disebutnya bernama Pak Heru.

"Emang ngga masuk pesan yang kemarin?," jawab Pak Heru menanggapi perbincangan itu.

Guru dalam rekaman tersebut kemudian menjelaskan bahwa Ketua OSIS harus beragama Islam seakan sudah menjadi keharusan di SMA 52 Jakarta.

Dia pun mengaku tak mau kecolongan lagi seperti beberapa tahun silam saat ada siswa nonmuslim menjadi Ketua OSIS.

"Kita dari dulu sejarahnya di 52 kita tahulah, kita usahakan tetap muslim," tuturnya.

"Saya sih khawatir aja sampai jadi (nonmuslim jadi Ketua OSIS).

Waktu itu pernah ada anaknya bagus banget (nonmuslim jadi Ketua OSIS), kita ngerahin Rohis.

Tapi kita kecolongan, dia sampai kepilih," ujar suara guru tersebut

Guru tersebut kemudian menyebut bahwa keharusan kepemimpinan harus dipegang oleh muslim bukan hanya di jajaran siswa, tapi juga terjadi di kalangan guru di sekolah tersebut.

"Jangankan di level siswa, kita di level guru juga jangan sampai," kata dia.

Guru tersebut pun meminta pembicaraan ini tak sampai bocor dan siswa nonmuslim itu tak sampai maju sebagai calon Ketua OSIS.

"Ini khusus internal sini ya.

Kalau orang sana sampai tahu jadi gaenak, kalau di ruang sini insya Allah terjaga," katanya.

Mendengar hal itu, salah satu siswa kemudian menegaskan ucapan sang guru perihal pencoretan bakal calon Ketua OSIS murni karena masalah agama bukan karena kompetensinya.

"Berarti karena agama ya pak alasannya, bukan karena kompetensi," tanya siswa.

Guru itu kemudian menegaskan bahwa memilih pemimpin haruslah yang seagama.

"Kalau kompetensinya kan bisa saja gajauh beda.

Tetap saja kita menjaga, namanya kita memilih pemimpin, meskipun itu OSIS kita usahakan tetap muslim," tutur guru tersebut.


Ilustrasi intoleransi. Aksi intoleransi di lingkungan sekolah yang dilakukan oknum guru kembali terjadi.


Mengenai adanya dugaan intoleransi yang dilakukan guru perihal pemilihan Ketua OSIS, Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Ima Mahdiah mengatakan pihaknya sudah mendengar informasi itu.

Kata Ima, peristiwa intoleran itu terjadi di SMA 52 Jakarta Utara.

Ima menegaskan akan mengkonfirmasi hal tersebut dan akan menindak tegas oknum guru yang bersangkutan untuk memberi efek jera.

Sebab, aksi intoleransi semacam ini sudah berulangkali terjadi di berbagai sekolah di Jakarta.

"Sudah saya minta disdik kroscek dan pecat agar jadi efek jera buat oknum guru yang lainnya," kata Ima saat dikonfirmasi.








sumber