Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

andrah.ajaAvatar border
TS
andrah.aja
Makna Simbolik Sesajen Sunda
Makna Simbolik Sesajen Sunda



Kategori : Upacara

Om Swastyastu
Sampurasun

Dalam kehidupan bermasyarakat sekarang tidak sedikit orang yang menganggap sesajen ini berbenturan dengan norma-norma agama tertentu, akan tetapi jika kita mengetahui arti dan makna yang terkandung di alamnya, kita tidak akan menganggap sesajen sebagai hal yang tabu lagi, karena sesajen merupakan warisan budaya dari leluhur yang harus dijaga kelestariannya.

Sesajen mengandung arti pemberian sesajian sebagai tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat Saat ini tidak sedikit orang beranggapan bahwa menyajikan sesajen adalah suatu kemusyrikan. Tapi sebenarnya ada suatu simbol atau siloka di dalam sesajen yang harus kita pelajari. Siloka, adalah penyampaian dalam bentuk pengandaian atau gambaran yang berbeda (aphorisma). Kearifan lokal yang disimbolkan dalam sesajen perlu dipelajari bukan disalahkan karena itu adalah kearifan budaya lokal yang diturunkan oleh leluhur, dan kita sebagai generasi penerus berkewajiban memahami dan melestarikannya.

Arti dan Makna Sesajen Menurut Budaya Sunda

Sajen asal kata dari sesaji yang mengandung makna Sa-Aji-an atau kalimat yang disimbolkan dengan bahasa rupa bukan bahasa sastra, dimana didalamnya mengandung mantra atau kekuatan metafasik atau supranatural.

Kata Sajen berasal dari kata Sa dan ajian:
- Sa bermakna Tunggal
- Aji bermakna Ajaran
- Sa bermakna Seuneu, bara atau Api (Aura-energi)

Bermakna Sa Ajian atau ajaran yang Tunggal atau menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sesajen mengisyaratkan bahwa keganasan atau kedinamisan alam, dapat diatasi atau ditangani dengan upaya menyatukan diri dengan Alam atau beserta alam, bukan dengan cara merusak atau menguasai alam. Ritual ini merupakan bentuk metafora atau Siloka penyatuan manusia dengan Alam. Kata Sa-ajian secara keseluruhan bermakna menyatukan keinginan (kahayang-kahyang) dengan keinginan alam atau beserta alam (menyatu dengan alam).

Secara keseluruhan kata "sajen" mempunyai makna energi ajaran Hyang Maha Tunggal (monotheisme). Makna Sesajen dalam konteks Sunda Purba bermakna negara. Siloka dalam upacara sesajen adalah penyampaian dalam bentuk pengandaian atau gambaran yang berbeda (aphorisma). Kearifan lokal (local genius) yang disimbolkan dalam sesajen yang diturunkan oleh leluhur kita.

Pada akhirnya sesajen bermakna mengimplentasikan pemahaman ajaran ke-Tuhan-an dalam kehidupan sehari-hari dengan sebaik-baiknya, menjadi ajaran dan agama (keyakinan) yang dipegang secara turun-temurun, untuk kebaikan lahir dan batin di dunia dan sunyata Dalam bahasa Sunda Rahayu lahir sinareng batin ayeuna jeung engke jagana.

Makna dan Arti Yang Terkandung Dalam Media Sejajen Menurut Ajaran Sunda

1. Parupuyan dan Menyan
Parupuyan adalah tempat arang/bara api yang terbuat dari tanah (tempat saripati atau badan sakujur). Merah melambangkan api, kuning melambangkan angin, Putih melambangkan Air, dan Hitam melambangkan Tanah.

Bermakna bahwa saripati dari air, angin, air dan tanah adlah asal badan sakujur atau penopang hidup. Membakar kemenyan atau ngukus bermakna ngudag "Kusumaning Hyang Jati". Bermakna mengkaji dan menghayati serta menelesuri hakekat dan nilai-nilai Ke-Tuhan-an. Menyan bermakna Temen tur nyaan/nu enyana/sa enya-enyana atau sebenar-benarnya. Secara keseluruhan bermakna dalam mendalami, mengkaji dan menghayati harus sungguh-sungguh dan sebenar-benarnya.

Wangi kemenyan bermakna SILIH WAWANGIAN atau berbuat Kebajikan. Kini dalam tradisi sunda ada juga mengganti dengan hio/dupa karena lebih simpel.

2. Amparan atau Samak/Tikar
Bermakna kudu Saamparan Samaksud Satujuan, Sakabeh tujuan jeung maksud diamparan ku Ka Tuhanan, Ka Manusaan, Ka Bangsaan, Ka Rahayatan, Ka adilan atau sesungguhnya kita harus satu maksud, satu tujuan yang semuanya itu harus didasari oleh nilai-nilai Ke Tuhanan, Ke Manusiaan, Ke Bangsaan, Ke Rakyatan, Ke Adilan.

3. Alas Lawon Bodas (kain Putih Sebagai Alas)
Bermakna hendaknya dalam tindakan dan ucapan harus dilandasi oleh kebersihan HATI, PIKIRAN atau KEBERSIHAN LAHIR dan BATIN.

4. Kendi di Eusi Cai Make Hanjuang (Kendi diisi Air diberi Daun Hanjuang)
Kendi bermakna taneuh atau tanah. Bermakna Air Hanjuang bermakna HaNa Ing Juang {Hana: Hirup/Aya (Hidup/Ada), Juang: Berjuang}. Bermakna hirup kudu berjuang gawe pikeun lemah cai atau babakti ka nagari atau bebela ka Nagara atau hidup harus berjuang berbakti pada nusa dan bangsa.

5. Sang Saka Dwi Warna (Sasaka Pusaka Buhun Djawadwipa)
Bermakna Dwi Warna atau dua warna (Waruna), yaitu Beureum jeung Bodas, bermakna merah dan putih. Beureum bermakna Indung/Ibu Pertiwi dan bodas bermakna Bapa/Rama. Sang Saka bermakna Soko. Bermakna bahwa suatu kewajiban kita menghargai orang tua yang telah melahirkan dan mengurus kita, juga tanah air yang telah memberi kehidupan. Bakti kepada orang tua, bangsa dan negara menjadi keutamaan dalam kehidupan.

6. Rujak Tujuh Rupa
Rujak bermakna rasa, seperti manis, pahit, asam, keset, pedas, asin, dan sebagainya.Tujuh rupa bermakna 7 poe atau tujuh hari. Secara keseluruhan bermakna: "dina tujuh poe pangggih jeung rupa-rupa kahirupan." Yang artinya: Dalam Tujuh Hari kita mengalami berbagai rasa kehidupan.

8. Kopi Pait, Kopi Amis Jeung Cai Asak Herang di Wadahan Kana Batok
Bermakna: "Sajeroning lampah hirup pinasti ngaliwatan papait jeung mamanis nu sakuduna digodog, diasakan dina babatok (pikiran, elingan) wening ati herang manah".
Yang artinya: Dalam laku lampah kehidupan pasti melalui kepahitan dan manis yang semestinya diolah, dikaji dalam tempurung (pikiran, elingan) dalam Hati yang tenang dan bersih).

9. Sangu Tumpeng
Bermakna tumpuk-tumpuk ngajadi hiji sahingga mangpaat keur kahirupan urang, ulah rek pakia-kia pagirang-girang tampian kawas remeh sumawur teu paruguh.
Nasi tumpeng atau banyak dikenal dengan istilah "tumpeng" saja, adalah sajian khas yang banyak dijumpai dalam acara perayaan atau "selamatan" baik di desa-desa maunpun di kota-kota besar di pulau Jawadwipa, Bali, dan pulau-pulau lainnya di Indonesia sampai sekarang.

Tumpeng menjadi materi penting dalam acara pemujaan atau selamatan tradisi budaya Sunda. Walaupun diakui sebagai Simbol penting sebuah acara pemujaan dan selamatan, namun sebenarnya tidak banyak orang mengetahui yang memahami makna dibalik perupaannya. Tumpeng sendiri sebenarnya menjadi simbol yang mengangkat hubungan antara manusia dengan Tuhannya, dengan Alam dan dengan Sesama Manusia.

10. Bakakak hayam (bakak ayam)
Bermakna pasrah sumerah ka Gusti (tumamprak lir bakakak)

11. Puncak manik (congcot nu di luhurna aya endog hayam)
Bermakna: "Puncak tina kahirupan nyaeta silih ajenan ka sasama.Endog teh mamana cita-cita kahirupan nu bakal ngalahirkeun laku lampah hade"
Yang artinya: Puncak dalam kehidupan yaitu saling menghargai terhadap sesama. Telur diibaratkan sebagai awal mula kehidupan yang bakal melahirkan prilaku baik.

12. Daun jati tilu lambar (Daun Jati Tiga Lembar)
Bermakna: "Manusa dina ngajalankeun hirup jeung ka hirupan kudu dumasar kana TEKAD, UCAP jeung LAMPAH nu SAJATINA"
Artinya: Menjalani kehidupan harus didasari dengan Tekad, Ucapan dan Tingkah Laku yang Baik.

13. Lemareun/seupaheun (ngalemar/nyirih)
Bermakna: "Mun urang rek ngucap, lumaku jeung lumampah ulah rek gurung gusuh tapi kudu di beuweung di utahkeun, persis nu nyeupah"
Artinya: Kalau kita berbicara, berprilaku dan bertindak jangan terburu-buru, tapi harus di pikir dan dicerna terlebih dahulu, persis ketika ngalemar/nyirih.

"Ieu kabeh teh simbul siloka keur ajieun urang supaya hirup teu kasasar lampah"
Artinya: Ini semua adalah simbol siloka untuk kajian kita semua, supaya hidup tidak kesasar/celaka.

Intinya adalah di dalam sesajen terdapat nilai luhur kearifan lokal yang dijadikan pedoman pandangan hidup agar kita tidak salah dalam melangkah. Demikian dapat saya ketengahkan beberapa makna simbolik yang terdapat pada sesajen Sunda. Semoga bermanfaat bagi kita semua, dan bagi kemajuan Umat Hindu Nusantara. Jayalah Hindu. Jayalah Nusantara.

Ahung Tatya Ahung
Rahayu Rahayu Rahayu
Om Santih Santih Santih Om

Oleh: I Wayan Sudarma, S.Ag., M.Si (Jero Mangku Danu) l Ketua Bidang Kebudayaan dan Kearifan Lokal PHDI Pusat
Diubah oleh nandaramdhan690 11-08-2022 09:20
Cucigosok
bang.toyip
golek123
golek123 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.5K
49
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan