dailysiaAvatar border
TS
dailysia
Mengenal Ilmu Ladunni, Diturunkan Allah Langsung ke Hati Manusia
Setiap manusia di dunia dilahirkan dalam kondisi polos dan tidak tahu apa-apa, kemudian Allah memberi bermacam-macam ilmu pengetahuan agar manusia bersyukur.

Menuntut ilmu juga menjadi hal wajib untuk setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

Di antara macam-macam ilmu di dunia ini, umat Islam mempercayai tentang adanya ilmu ladunni atau ilmu yang dimiliki seseorang tanpa harus melalui sebuah proses belajar.

Ada beberapa pemahaman tentang ilmu yang istimewa ini karena ilmunya adalah dari Allah dan diberikan langsung kepada manusia.

Termasuk ke dalam tingkatan ilmu rahasia dan diberikan ke para nabi

Ibn Arabi, seorang filsuf Arab yang terkenal telah membagi ilmu menjadi tiga tingkatan, yaitu; ilmu akal, ilmu ihwal, dan ilmu rahasia.

Ilmu akal adalah setiap ilmu yang didapatkan dengan percobaan dan kebenarannya bisa terbukti melalui pembuktian empiris.

Ilmu seperti ini bisa didapatkan siapa pun tergantung seberapa tekun belajarnya. Ilmu ihwal adalah ilmu yang tidak diperoleh selain dengan merasakan langsung seperti ilmu tentang pahitnya jamu, manisnya madu, dinginnya salju, sampai nikmatnya ibadah khusyu’.

Ilmu yang satu ini butuh ‘syarat khusus’ berupa ketekunan atau kesucian batin. Ilmu rahasia adalah ilmu yang berada di atas atau di luar jangkauan akal manusia biasa.

Yaitu ilmu yang diistilahkan dengan ilmu yang dihembuskan langsung ke dalam hati dari Allah kepada manusia. Ilmu ladunni termasuk ke tingkatan yang ketiga dan hanya diberikan kepada para nabi dan waliyullah.

Ilmunya berada di dalam jiwa manusia berasal dari Allah tanpa perantara

Ibn ‘Ajibah pada kitab tafsir Al-Bahr al-Madid juga menjelaskan bahwa  ‘Ilmu al-Ladunni merupakan ilmu yang mengalir ke dalam kalbu seseorang tanpa harus diusahakan dan tanpa dipelajari.

Imam Al Gazali dalam kitab Majmu’at Rasa’il dan Risalah Al-Ladunniyyah menambahkan bahwa ilmu yang istimewa ini ditemukan dalam jiwa dari Allah tanpa perantara.

Banyak definisi dari ilmu ladunni diberikan para ulama, tapi pada umumnya kriteria dar ilmu ladunni memiliki sebuah kesamaan kriteria.
Bahwa ilmu yang satu ini bukan pengetahuan manusia (human knowledge) yang mampu dipahami semua orang.

Dilihat dari bahasanya, ilmu ladunni berasal dari kata ladun yang berarti ‘pada’ atau ‘di sisi’, sedangkan menurut istilah, artinya adalah ilmu ‘dari sisi kami’ (ladunna ilman).

Penjelasannya yang paling banyak disepakati para ulama adalah ilmu yang ada atau tertanam di dalam dalam jiwa manusia dan asalnya dari Allah tanpa proses mempelajari sebelumnya.

Alquran menyebutkan keberadaan ilmu yang langsung diajarkan oleh Allah.
Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”. (QS Al-Kahfi: 65)

Sering dihubung-hubungkan dengan tenaga dalam atau kesaktian tertentu

Meskipun definisinya sudah disepakati, ternyata masih banyak masyarakat yang belum memahaminya.

Akibatnya, banyak yang kemudian membuat kebohongan, penyimpangan, atau sesuatu yang salah kaprah. Ada pula yang mengaitkan ilmu laduni dengan tenaga dalam yang membuat manusia lebih sakti.

Bahkan ada lagi orang yang dengan mudahnya mengaku punya ilmu ladunni yang ilmunya diberikan oleh Allah langsung sejak lahir.

Barangkali dengan ilmu tersebut ia bisa belajar banyak hal dengan cepat dan mendapat kekayaan luar biasa.

Bagaimana dengan yang seperti ini? Memang ada ilmu yang membantu manusia untuk bisa memahami sesuatu dengan cepat, tapi ini adalah ilmu yang berbeda dan tidak bisa didapat dengan belajar.

Sudah semestinya ilmu yang dipelajari menjadikan manusia lebih dekat dengan Allah

Tidak sedikit kalangan sufi yang yakin dengan adanya ilmu ladunni yang dihubungkan dengan kesaktian atau kekuatan supranatural.

Walau kalangan cendekiawan cenderung tidak memercayainya karena dinilai tidak rasional untuk manusia biasa. Itulah mengapa ilmu ladunni tidak dimasukkan dalam golongan ilmu akademik.

Apapun itu, pada dasarnya pemahaman pada sebuah ilmu diperoleh setiap seorang melalui kondisi jiwa yang tenang (nafsu al-muthma’innah) dan ketakwaan. Tentunya semua itu hanya terjadi bila Allah menghendaki.

Untuk menambah ketaqwaan, maka umat Islam sudah semestinya mau belajar dan mengkaji ilmu yang bermanfaat. Dengan demikian, maka ilmu yang dipelajari bisa membantu untuk lebih dekat dengan Allah.




SUMBER


scorpiolama
scorpiolama memberi reputasi
1
1.4K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan