Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Personal Branding Itu Wajar, Tetapi Jangan Berkamuflase
Personal Branding Itu Wajar, Tetapi Jangan Berkamuflase

Di era digital yang kian menjamur seperti sekarang ini, fenomena membangun citra diri agar mendapat rating positif dimata publik sudah menjadi asupan yang ditemukan hampir tiap saat. Di mana-mana orang berlomba mempublikasikan dirinya, entah itu untuk kepentingan komersial atau mungkin sekedar kebutuhan "pengakuan eksistensial" pribadi. Kenyataan ini dilakukan oleh mereka dengan latar belakang beragam, mulai dari kalangan masyarakat biasa sampai kepada entertainer dan bahkan politisi atau pejabat. Lalu sepenting apa sih pencitraan itu? Apakah perlu mengkampanyekan kebolehan diri, semisal prestasi, kebaikan-kebaikan atau bahkan kehidupan privat agar di ketahui oleh khalayak ramai? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda.

Mencitrakan diri atau lebih populer dikenal dengan personal branding sebenarnya lebih merujuk pada suatu produk komersial berupa barang yang akan dijual atau dipasarkan. Produk ini, agar mendapat kepercayaan dan minat dari konsumen, oleh produsennya (baik berupa korporasi atau individu) kemudian mengemasnya sedemikian rupa. Pada mulanya orang mengonsumsi sesuatu berupa barang atau jasa karena pertimbangan kebutuhan dan urgensi. Tetapi lambat laun, dewasa ini kecenderungan konsumen telah berubah menjadi bukan hanya sekedar kebutuhan, tetapi juga soal keinginan dan hegemoni keduniaan. Dalam perkembangannya, perilaku yang cenderung minim substansi ini kemudian dilihat sebagai suatu peluang yang bisa mendatangkan benefit atau keuntungan secara komersial.

Secara nyata, mari kita ambil contoh barang-barang mewah berupa tas, sepatu atau jam tangan. Pada awalnya ketiga barang ini memiliki fungsi sederhana. Tas untuk menyimpan barang bawaan, sepatu untuk dipakai melindungi kaki atau sebagai alas kaki saat bepergian dan jam tangan untuk menentukan waktu. Tetapi belakangan, penggunaan ketiga barang ini bergeser menjadi untuk gaya-gayaan, dan itu salah satu bentuk personal branding. Seseorang yang mengenakan tas, sepatu atau jam tangan yang biasa-biasa saja akan memiliki branding yang berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang menggunakan barang yang sama tetapi brand yang populer. Jadi, pada akhirnya yang di jual bukan lagi barang secara fungsional atau kebutuhan penggunaannya, tetapi brandingnya atau merknya. Lalu muncul pertanyaan, apakah perlu atau harus? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Secara personal orang akan mengatakan "aku nyaman-nyaman saja pakai barang yang nggak branded". Di level pribadi its fine, namun tidak dalam level komunitas. Kecenderungan untuk menjustifikasi kelas sosial berdasarkan personal branding telah mengakar dan dianggap suatu keharusan di masyarakat. Paling tidak, dalam beberapa dekade terakhir di era berkembang pesatnya teknologi dan informasi.

Dari sisi personifikasi karakter, beberapa orang memilih jalan instan untuk membangun citra. Dalam dunia politik misal, seorang figur yang akan bertarung dalam kontestasi tertentu tidak perlu mengeluarkan effort yang banyak untuk membranding dirinya. Cukup tampil di depan kamera dan menunjukan empati pada orang miskin, semisal bagi-bagi sembako atau blusukan ke kampung-kampung pesisir saja, dalam waktu yang cepat akan menjadi pembeda mindset khalayak pada personalnya. Ini tidak berarti buruk, ada sisi positifnya juga. Mungkin saja yang bersangkutan memang benar-benar tulus dalam melakukannya. Tetapi sisi negatifnya adalah, semua hal menjadi bercitra baik hanya jika di viralkan. Dan dianggap buruk atau tidak bermasyarakat jika tidak ditemukan tampil didepan kamera atau di layar kaca media-media massa.

Well, pada akhirnya personal branding telah menjadi budaya yang mengakar di dalam masyarakat. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Yang terpenting adalah jangan sampai personal branding hanya sebagai kamuflase untuk membangun citra, apalagi hanya sekedar gimick untuk kepentingan sesaat saja. Pelajaran pentingnya adalah, personal branding jika dilakukan untuk membangun public recognize dan transparency puproses adalah baik. Tetapi jangan sampai dilakukan malah untuk mengelabuhi dan membohongi khalayak. Thats an owfull habit!

***
primalaprima
fathroni
penikmatbucin
penikmatbucin dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.2K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan