ashibnuAvatar border
TS
ashibnu
Antrian Kematian di Konser The Who

Pada tanggal 3 Desember 1979, band rock asal Inggris, The Who dijadwalkan tampil di konser Riverfront Coliseum di Cincinnati, Ohio. Ribuan penonton sudah berkumpul di luar venue beberapa jam sebelum konser dimulai. Penyelenggara memberikan lampu hijau untuk membiarkan para penonton yang menunggu di luar masuk melalui dua pintu yang dibuka. Dua pintu masuk dibuka dan diakses oleh penonton yang berjumlah lebih dari 8.000 orang.

Perjalanan Alita: Battle Angel Menuju Layar Lebar

Pada saat band The Who naik ke panggung malam itu, ada 11 penggemar mereka yang akan meninggal. Pada waktu insiden itu terjadi, The Who sedang melakukan tur dunia mereka di AS. Penyelenggara menyediakan 18.348 tiket yang dijual untuk konser di Riverfront Coliseum dan semua tiket terjual hanya dalam waktu beberapa jam.

Seperti pada kebanyakan konser pada umumnya, seharusnya tiket dijual berdasarkan posisi tempat duduk. Sementara untuk konser The Who hanya disediakan tiket masuk umum yang penonton dapat memilih tempat duduk mereka di dalam area yang telah ditentukan, sehingga mereka yang memasuki venue terlebih dahulu akan mendapatkan pemandangan yang lebih baik daripada mereka yang datang belakangan. Sistem ini bukannya tanpa masalah.


Ketika tempat duduk tidak ditentukan, banyak orang yang akan duduk di lorong untuk mendapatkan pemandangan yang lebih baik dan menghalangi yang lain untuk mencari tempat duduk. Kekacauan juga terjadi ketika penonton yang berkumpul di luar beberapa jam sebelum konser dimulai, kemudian ingin bergegas masuk melalui gerbang dan saling berlomba untuk mendapatkan tempat duduk terbaik.

Pada tanggal 3 Desember 1979, itulah pemandangan yang terjadi. Banyak pemegang tiket telah diberitahu oleh stasiun radio lokal bahwa mereka akan diberikan izin masuk pada pukul 15:00. Namun, penonton yang tidak sabar, banyak yang sudah tiba di lokasi pada jam 13.00. Mereka berkumpul di tempat parkir di luar Riverfront Coliseum, merokok, minum-minum, bercengkrama dan menunggu pintu masuk dibuka.


Seiring berjalannya waktu, kerumunan menjadi membengkak semakin banyak. Pada pukul 15.00 polisi dipanggil untuk mengatur jumlah orang yang terus bertambah di luar tempat tersebut. Menurut sebagian besar perkiraan ada beberapa ribu orang yang hadir pada saat itu, dengan lebih banyak lagi yang datang pada setiap jamnya. Seiring berlalunya waktu, kerumunan orang terkonsentrasi di sekitar pintu masuk yang masih tertutup dan bersiap ketika pintu akhirnya dibuka.

Pada pukul 19:00, setelah menunggu lama kerumunan diberitahu bahwa mereka akan diizinkan masuk, beberapa penggemar sudah kehilangan kesabaran. Desakan mulai terjadi di sekitar pintu dengan beberapa orang terjepit dan tidak dapat bergerak saat orang-orang di belakang mereka mendorong ke depan secara membabi buta. Namun, tempat konser belum sepenuhnya siap. Penyelenggara tidak memiliki banyak staf untuk bertindak sebagai pengambil tiket dan mereka juga ingin memberikan waktu pada band untuk cek sound terakhir sebelum konser dimulai.


Prosesi cek sound akan memainkan peran penting dalam apa yang terjadi selanjutnya. Dari luar venue mungkin cek sound terdengar seperti konser sudah dimulai, sesuatu yang menyebabkan penonton di belakang mulai mendesak ke depan. Pada saat yang hampir bersamaan, dua pintu masuk lain di sisi kanan pintu masuk utama dibuka. Hasilnya adalah desakan yang intens di sekitar pintu-pintu masuk. Staf dari Coliseum mencoba menahan kerumunan saat mereka memeriksa tiket. Kerumunan memadat, menciptakan tekanan hebat yang berlangsung selama setengah jam.

Korban selamat melaporkan bahwa mereka menginjak-injak penonton konser yang jatuh, tetapi karena terjepit begitu erat di tempat, mereka tidak dapat melakukan apa-apa selain berteriak agar mereka yang berada di belakang kerumunan berhenti mendorong. Seorang penyintas ingat dengan jelas ketika terjebak di tengah kerumunan sehingga dia berusaha untuk mengatur nafas. Polisi yang mengawasi dari luar venue menolak untuk membantu, dengan alasan bahwa kerumunan terdiri dari para pecandu narkoba yang sedang sakau.


Beberapa orang yang selamat melaporkan bahwa mereka berhasil menyelamatkan diri dari desakan dan berlari ke polisi untuk meminta mereka mengambil tindakan dengan menegur dan menyuruh penonton untuk menahan diri agar tidak berdesakan. Namun, tidak ada bantuan yang datang dari pihak berwenang. Staf venue, tampaknya juga tidak menyadari besarnya jumlah penonton yang masuk ke dalam venue.

Meskipun beberapa orang yang tewas setelah berdesak-desakan, tubuh mereka tetap tertahan dalam posisi berdiri oleh tekanan massa. Setelah kerumunan terurai, korban meninggal dan terluka menjadi terlihat jelas. Terdapat juga sepatu, dompet, pakaian, dan barang-barang lainnya yang telah rusak, bersama dengan ribuan jejak kaki berdarah. Beberapa penonton kemudian mengetahui bahwa ada bercak darah di sepatu mereka.


Manajemen Riverside Coliseum menilai pilihan mereka, dan memutuskan untuk melanjutkan konser sesuai rencana, meskipun ada korban meninggal dan terluka. Membatalkan konser dapat mengakibatkan bencana lain ketika 18.000 pelanggan yang marah menyerbu keluar dari tempat tersebut. Sementara The Who naik ke panggung, korban tewas dievakuasi dari tempat kejadian dan yang luka parah segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

11 orang tewas akibat antrian tersebut. Mereka adalah Walter Adams Jr 22 tahun, Peter Bowes 18 tahun, Connie Sue Burns 21 tahun, Jacqueline Eckerle 15 tahun, David Heck 19 tahun, Teva 27 tahun Rae Ladd, Karen Morrison 15 tahun, Stephan Preston 19 tahun, Philip Snyder 20 tahun, Bryan Wagner 17 tahun dan James Warmoth  21 tahun. The Who tidak diberitahu apa yang terjadi sampai setelah mereka selesai bermain. Bagaimanapun, mereka sangat tampak terpukul. Mereka mempertimbangkan untuk membatalkan sisa tur mereka, tetapi menyadari bahwa jika mereka melakukannya, mereka tidak akan pernah bermain lagi.


Mereka kemudian mendedikasikan konser berikutnya untuk para penggemar yang telah meninggal. Diketahui bahkan beberapa dekade kemudian anggota band The Who masih dihantui oleh bencana tersebut. Tanggapan terhadap tragedi dari seluruh dunia tidak mendapatkan simpati. Banyak yang menyalahkan para korban yang menurut mereka, telah mabuk, sakau narkoba, melakukan kekerasan dan berperilaku seperti binatang.

Saat bencana diselidiki, menjadi jelas bahwa penggunaan tempat duduk festival telah memainkan peran kunci dalam tragedi tersebut dan terlebih lagi bahwa sudah banyak peringatan di tempat tersebut akibat terjadi insiden kecil sebelumnya. Tempat tersebut telah berulang kali dikritik karena pelanggaran keselamatan kebakaran, karena terlalu banyak memaksakan acara dan karena menolak bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam situasi darurat.


Banyak dari tuduhan itu dibantah oleh manajemen Coliseum, yang bersikeras bahwa karena area di luar pintu masuk adalah masih tanggung jawab pemerintah kota, mereka benar-benar tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di sana. Lebih jauh lagi, banyak orang termasuk kepala pemadam kebakaran dan anggota dewan kota yang telah mengkritik posisi tempat duduk festival, tercatat bahwa masalahnya semakin buruk dari waktu ke waktu karena penonton konser muncul di tempat lebih awal jauh sebelum pintu masuk dibuka.

Sekali lagi manajemen Coliseum menepis tudingan itu, mereka mengklaim bahwa penonton konser menyukai tempat duduk yang tidak ditentukan dan itu harus tetap dipertahankan. Akibat bencana konser tersebut akhirnya beberapa tindakan pun diambil. Cincinnati, bersama dengan beberapa kota lain, melarang posisi tempat duduk festival yang tidak ditentukan dan sekarang membatasi jumlah tiket yang dapat dijual untuk suatu acara, untuk menjamin sejumlah ruang per orang di dalam suatu tempat.


Berita bencana konser The Who juga membantu menyebarkan perubahan keamanan dan tempat duduk yang tidak ditentukan di konser rock sekarang tidak pernah diizinkan lagi. Riverfront Coliseum telah sangat meningkatkan catatan keamanannya dan berganti nama menjadi Heritage Bank Center. Lebih dari 35 tahun setelah bencana, sebuah penanda peringatan dipasang di lokasi kejadian yang bertuliskan nama-nama mereka yang meninggal. Teks pada penanda memberikan ringkasan singkat peristiwa yang terjadi pada tanggal 3 Desember 1979.


Sebelas penonton konser, terjebak dalam kerumunan orang, meninggal di pintu masuk Riverfront Coliseum, menunggu untuk melihat The Who tampil. Banyak juga orang yang terluka dalam tragedi konser paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat. Tragedi itu mendorong pengesahan peraturan keselamatan yang menjadi model bagi dunia sampai sekarang.


KOLEKSI THREAD MENARIK

Quote:
Diubah oleh ashibnu 02-08-2022 03:30
saptopurnomo
cor7
aripmaulana
aripmaulana dan 20 lainnya memberi reputasi
21
8.7K
60
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan