Istilah Folklor sepertinya masih sangat asing bagi orang Jawa, tau nggak si kalian kalo ada istilah folklor di Jawa? saya tebak kalian pasti jarang mendengarnya dan mungkin hampir tidak pernah mendengar istilah folklor ini,

Folklor itu tergolong ilmu atau sebuah disiplin budaya, Folklor ini merupakan sebuah ilmu yang sangat luas bahkan Folklor sendiri disebut-sebut merupakan jendela dunia bagi sebagian yang mengetahui khasanah yang terkandung di dalamnya. Tak heran ada yang menyebut pula bahwa Folklor ini merupakan ilmu keranjang sampah, dimana semua pengetahuan dan semua tradisi hampir semua dapat masuk di dalamnya baik yang konkret maupun yang abstrak.

Masih belum paham tentang Folklor ini? mari saya jelaskan lebih detail lagi tentang Folklor, jadi Folklor ini merupakan sesuatu hal yang bisa dijadikan sebuah tradisi yang dimulai dari lisan dari mulut ke mulut, ataupun berasal dari praktik sebuah adat istiadat sehingga dilisankan, dan Folklor ini merupakan sebuah tradisionalis namun tidak resmi karena memang keberadaanya hanya diketahui dari mulut ke mulut atau secara tertulis tetapi keberadaannya sangat anonim, tidak diketahui siapa penciptanya siapa dahulu yang memulainya. Dahulu Folklor hanya mengungkapkan masalah tahayul, mitos, sopan santun, kisah dan hikayat cerita rakyat jaman dahulu yang diambil pelajaran di dalamnya dll. Tetapi setelah zaman semakin berkembang dan banyak sekali penggiat tradisi Jawa, istilah Folklor tidak hanya mengungkapkan masalah tersebut namun justru lebih luas lagi seperti kepercayaan, pengetahuan, pendidikan, moral, hukum, adat istiadat, serta norma-norma yang terdapat di masyarakat.

Folklor Jawa ini bagi sebagian orang yang tertarik dan mengetahui betapa uniknya sebuah Folklor Jawa, mereka akan terus berusaha memperhatikan dan mendalami. tidak sedikit orang yang mengamati Folklor Jawa seperti, kisah-kisah yang terkenal di Jawa, sebuah legenda di Jawa, sampai pada dolanan-dolanan khas Jawa yang sering dimainkan oleh anak-anak di Jawa tanpa mengetahui makna dan esensi yang terkandung di dalamnya, hal ini sangat menarik sampai-sampai banyak komuniatas-komunitas dan pemerhati tradisi Jawa terus bergiat dalam mencari makna dibalik Folklor tersebut dan melestarikannya. 

Contoh seperti dongeng Si Kancil, mungkin sekarang dongeng ini sudah banyak kita temui pada video atau film dengan visual yang jelas, tetapi meskipun begitu dongeng ini akan terus menjadi dongeng lisan... keberadaannya akan dimulai dari mulut orang tua dimana Folklor ini mempresentasikan bahwa Folklor lisan merupakan perwujudan ide-ide tertentu orang Jawa dalam memberikan pembelajaran bagi anak-anaknya dengan gaya mereka.

Folklor memang tidak begitu terkenal di masyarakat Jawa, masyarakat lebih mengenal yang namanya kebudayaan. Meskipun istilah Folklor ini tidak terlalu terkenal di masyarakat, para dosen-dosen perguruan tinggi dan para pemerhati akan tetap melestarikan Folklor ini, dengan harapan Folklor ini tidak hilang dari peradaban di kalangan umum dan masyarakat Jawa pada khususnya.