betiatinaAvatar border
TS
betiatina
Cinta Dalam Sepotong Roti Coklat
Cerpen coc CLBK



Ketika semesta menguji ketulusan cinta, hanya kesetiaan yang mampu menghancurkan setiap keraguan. Meski cahaya lilin kecil itu tidak begitu terang, tapi kan mampu membawa dua cinta untuk saling bertemu saat berada dalam kegelapan.

Karena setiap kerinduan akan berlabuh pada dermaganya, hanya soal waktu.


Quote:

link

Semua berawal dari kisah ini

Kakek Herlan mengangkat kepala, menengadah pada langit yang masih setia meluruhkan rintik gerimis malam ini, wajah keriputnya dingin oleh percikan air yang enggan berhenti meski berpuluh menit telah berlalu.

Tangan kanannya memegang buket mawar merah yang nampak cantik, sementara tangan kiri gemetar memegang ganggang pintu besi yang terkunci rapat dari dalam.

Desahan halus makin terdengar seperti suara gigil kedinginan. Raga yang telah berusia lebih dari setengah abad itu tak mampu lagi nenahan rasa dingin yang kian menusuk kulit.

Perlahan, tubuhnya mulai sempoyongan, hampir saja rubuh dan ....

"Kakek tidak apa-apa?" tanya seorang gadis berambut panjang yang diekor kanan dan kiri, tubuh mungilnya berusaha menahan tubuh kakek Herlan. Sementara sang kakek tidak menjawab, hanya suara terpekik menahan dinginnya udara.

"Mari, saya bantu agar Kakek berteduh dulu." Sang gadis membantu kakek Herlan berteduh di sebuah teras rumah, entah milik siapa.

Sang gadis mengeluarkan botol minum yang berisi air hangat, mengangsurkan tangannya agar kakek Herlan menerimanya. Sang kakek tersenyum menerima uluran tangan si gadis cantik, lantas meminumnya sedikit dan memegang botolnya yang membuat tangannya hangat.

"Maaf merepotkan, Nak."
"Ah tidak, Kakek sendirian saja?"
"Iya."
"Kakek bisa memanggilku Rasya."
"Nama yang indah. Oh ya, panggil aku kakek Herlan."

"Kakek Herlan, adakah yang bisa Rasya bantu."
"Bisa antar kakek pulang?"
"Bisa Kek, mari saya bantu."

Kakek Herlan tersenyum lantas mengucapkan terimakasih. Kakek dibantu oleh Rasya untuk berjalan, menyusuri trotoar menuju sebuah rumah mungil sesuai petunjuk yang diberikan kakek.

Perjalanan cukup singkat yang hanya memakan waktu lima belas menit, jarak yang dekat sebenarnya, hanya saja dinginnya udara membuat orang malas keluar rumah, tak heran jika jalanan begitu sepi. Hanya beberapa kendaraan saja yang nampak melintas, bahkan beberapa pertokoan memilih menutup tokonya lebih awal.

"Disini rumah Kakek?"
"Iya, terima kasih sudah mengantar Kakek pulang."
"Sama-sama, kalau begitu Rasya pamit pulang ya Kek."

"Duduklah sebentar, segelas kopi panas pantas kau dapatkan."
"Ah Kakek, apa tidak merepotkan?"
"Menurutmu?" Kakek lalu tersenyum.
"Baiklah, satu gelas saja ya Kek."

Kakek Herlan dan Rasya menikmati kopi sambil bertukar cerita. Kakek bercerita banyak tentang kedatangannya di rumah misterius tadi, bahkan hingga kehujanan tapi diabaikan oleh si pemilik rumah. Rumah yang katanya dihuni oleh seorang nenek cantik keturunan Tionghoa, yang dulu sangat dekat dengan kakek. Kakek Herlan mencintainya bahkan mereka berdua sudah berencana untuk menikah.

Entah apa yang sebenarnya terjadi, tepat di hari ulang tahun nenek yang kala itu sedang berusia dua puluh tujuh tahun, si gadis tidak mau menerima hadiah buket mawar merah dari kekasihnya, yaitu kakek Herlan. Lantas mengunci diri di dalam kamar, dan memutuskan hubungan cintanya dengan kakek yang saat itu juga masih muda.

"Namanya Marlina," ucap Kakek. Sementara Rasya manggut manggut saja mendengarkan kisah dari kakek.

Kakek sangat sedih, pasalnya cinta tulus yang dijaga sekian lama harus kandas bahkan saat pernikahan akan segera digelar.

Tiga puluh tahun berlalu. Setiap tanggal 2 Juli, kakek selalu datang dan membawa buket mawar merah. Tiga puluh kali sudah kedatangan kakek menerima penolakan, seperti hari ini.

"Maaf Kek, jika Kakek jadi bersedih lagi."
"Ah tidak mengapa, selama ini tidak ada seorangpun yang peduli pada kesedihan kakek."
"Bolehkah jika sekarang Rasya ikut peduli?"
Kakek Herlan mengangguk, tersenyum sambil mengucap terima kasih.

"Kek, Rasya pamit pulang dulu, hari sudah cukup malam."
"Baiklah, terimakasih sudah membantu Kakek pulang."
"Sama-sama, besok Rasya akan kembali lagi jika Kakek berkenan."
"Sangat berkenan, hati-hati di jalan ya."

Rasya pun pulang. Di kamar kost ukuran 3x4 meter itu Rasya menghela nafas, merebahkan tubuhnya di kasur bulu warna kuning. Seharian bekerja di sebuah resto cepat saji cukup melelahkan.

Ruangan mungil ini adalah tempat favorit Rasya, semua barang pribadi tersimpan rapi di tempat ini. Sebuah ruangan yang disewa dengan harga tiga ratus ribu per bulan ini menjadi saksi bisu setiap kelelahan dan tetes keringat Rasya dalam mengais rupiah. Gadis tangguh yang harus membiayai sekolah kedua adiknya ini memang selalu semangat dan ceria.

Pertemuan Rasya dengan kakek Herlan membuatnya merasa ingin sekali membantu kakek Herlan menuntaskan kisah cintanya. Rasya merasa kasihan, seorang kakek hidup sendirian sementara hatinya terpenjara di masa lalu. Mungkin, jika mereka berdua masih terikat dalam jalinan cinta, masa senjanya akan dihabiskan dengan begitu indah.

Pagi hari ini Rasya berjalan-jalan karena jadwal kerjanya sift siang. Rasya berencana membeli bubur ayam dan sarapan bersama di rumah kakek Herlan. Dan ternyata, kakek Herlan menyambut kedatangan Rasya dengan penuh suka cita. Mungkin, bagi kakek Herlan Rasya seperti seorang cucu, mengingat usianya yang baru saja menginjak kepala dua.

"Terimakasih Nak," Ucap kakek.
"Sama-sama Kek."
"Bubur ayam yang sangat enak." Kakek Herlan menandaskan bubur ayamnya.
"Bubur langganan sejak saya kost di daerah sini Kek, rasanya pas dilidah saya."

Rasya berpamitan pada Kakek, lantas pulang ke tempat kost kembali. Rasya masih terus berpikir bagaimana caranya membantu kakek agar kembali mendapatkan cintanya. Tapi karena tidak ada ide yang melintas di kepalanya, Rasya memutuskan untuk membersihkan beberapa novel dan buku-bukunya yang masih berserak. Lantas bersiap untuk pergi bekerja.

Hingga habis waktu jam kerjanya, Rasya masih terus berfikir, hingga memutuskan untuk menemui kekasihnya kakek Herlan, lebih tepatnya mantan kekasih kakek Herlan.

Petang itu, ada secercah harapan

Hari sudah gelap, sinar bulan terlihat remang karena tertutup awan. Rasya berjalan kaki, menikmati malam yang cukup sepi, hanya dirinya dan seorang teman yang kebetulan tinggal bersebelahan dengan tempat kostnya. Rasya dan Kayla bercerita di sepanjang jalan hingga sebuah pertigaan nampak di depan mereka.

"Kay, kamu pulang duluan ya, aku masih punya urusan."
"Oke, hati hati ya Say."
"Siap juragan."
"Hahahahaaa," tawa renyah mereka berdua, bersamaan.

Rasya mengetuk pintu, rumah yang kata kakek Herlan ditempati oleh nenek Marlina. Benar saja, seorang perempuan cantik dengan mata sipit yang rambutnya sudah beruban membukakan pintunya.

"Mau cari siapa ya?"
"Apa benar ini rumahnya Nenek Marlina?"
"Apa kita pernah saling mengenal? Ada apa mencariku?"
"Kita belum saling mengenal, tapi saya butuh bantuan Nenek."
"Masuklah dulu, kita bicara di dalam. "
"Terima kasih."

Rasya mengikuti Nenek Marlina, lalu duduk di sebuah sofa setelah nenek mempersilakan duduk.

"Siapa namamu?"
"Rasya Nek."
"Apa yang bisa kubantu anak muda."
"Sebenarnya bukan saya yang butuh bantuan, tapi seorang kakek."
"Siapa dia?"
"Kakek Herlan, Nek." Nenek tampak terkejut saat Rasya menyebut nama itu.

"Kau mengenalnya?"
"Iya Nek."
"Dasar keras kepala."
"Bagaimana Nek."
"Katakan padanya, apa dia belum mengingat apa permintaanku waktu itu?"
"Baiklah Nek, saya pamit."
"Silakan."

Rasya berdiri, hendak keluar rumah namun urung dilakukan. Dia duduk kembali dan berkata, "Kemarin Kakek kesini, katanya pas hari ulang tahun Nenek."

"Dia membawa buket mawar merah?"
"Iya."
"Tiga puluh kali aku menolaknya."
"Kenapa Nek?"
"Aku hanya ingin kue coklat seperti buatan ibuku dulu, sayangnya, dia tidak ingat apa keinginanku."

"Jadi ...."
"Begitulah, dia tidak pernah mengingat atau memang tidak serius."
"Sekarang, saya beneran pamit ya Nek."

Rasya keluar dari rumah Nenek Marlina dan akan segera mengunjungi rumah Kakek Herlan. Rasya tidak sabar untuk segera berbagi cerita bahwa dia telah menemukan penyebab ditolaknya buket mawar merah Kakek selama ini.

Rasya berjalan cepat, tak terasa rumah Kakek Herlan sudah terlihat sehingga Rasya berlari dan ....

Akhir kisah ini indah

"Kek, bisa mengantarkan aku ke toko kue paling enak di kota ini?"
"Toko kue paling enak sudah tutup beberapa tahun lalu, Nak."
"Ayolah kita kesana."
"Untuk apa?"
"Barangkali Rasya bisa minta resepnya."

Akhirnya Kakek Herlan mengalah dan mengantar Rasya ke toko kue "Andalan" yang memang sudah tutup. Tapi Rasya tetap berusaha mengetuk pintunya, berharap ada seseorang yang keluar dan mau berbagi resep kue coklat impian nenek Marlina.

Benar saja, ada seorang gadis yang keluar dan menjelaskan jika tokonya sudah lama tutup dan tidak lagi berjualan, namun Rasya terus memohon untuk dibuatkan satu kue coklat yang lezat dan akan membelinya dengan harga berapapun.

"Maaf Kak, kami tidak punya bahan kue lagi. Jika Kakak mau, datanglah ke rumah bibi kami, beliau masih berjualan kue dengan resep sama."

Rasya begitu gembira mendapatkan alamat seseorang yang masih membuat kue coklat itu. Rasya dan kakek Herlan yang masih bingung dengan keinginan Rasya akhirnya mendatangi sebuah rumah sesuai alamat yang diberikan tadi.

"Kek, ini rumahnya."
"Nak, kue coklat itu untuk apa?"
"Adalah Kek."
"Tempat ini terlalu jauh untuk mendapatkan sebuah kue."
"Tapi Kakek akan bahagia setelah ini."
"Aku?"
"Iya."

Keadaan sedang berpihak pada Rasya, bahwa bibi penjual kue masih memiliki sepotong kue coklat sisa pesanan tadi siang. Lantas Rasya membelinya, sambil mengucapkan terimakasih.

"Kek, sekarang Kakek harus ikut aku."
"Berjalan kaki?" Rasya mengangguk, sementara Kakek Herlan terlihat sangat lelah.

Mereka berjalan pelan sambil sesekali istirahat. Rasya masih merahasiakan tentang kue coklat impian nenek Marlina. Tak terasa mereka berdua sudah sampai di sebuah rumah ....

"Kita mau ke rumah Marlina?" Tanya Kakek.
"Bukan kita, tapi Kakek saja, Rasya akan menunggu disini, dan Kakek harus memberikan kue ini untuk Nenek Marlina?"
"Apa dia suka kue coklat?" Rasya mengangguk, dan Kakek Herlan pun mengikuti keinginan Rasya.

Rasya berjalan menjauh, bersembunyi di balik semak menunggu Kakek Herlan. Kakek Herlan mengetuk pintu itu beberapa kali, dan seseorang membukanya.

Mereka berdua nampak berbincang, tak lama kemudian saling berpelukan. Rasya pun pergi dan membiarkan dua cinta yang lama berpisah itu bertemu kembali.

Semoga kalian bahagia, bisik Rasya dalam hati.

Sekian.

Magelang, 10 Juli 2022


sumber gambar
Diubah oleh betiatina 10-07-2022 10:45
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
13
1.5K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan