cherleviAvatar border
TS
cherlevi
Kisah Gaib Nyata - Tumbalkan Anak Demi Menangkan Pilkada
Tujuh hari sudah Andrianto, putra sulung pasangan Bapak Yudha dan Ibu Christyani meninggal. Raut duka dan sedih masih jelas terpancar di gurat wajah Ibu Christyani. Sepertinya, Ibu Christyani belum benar-benar mengikhlaskan kepergian anak kesayangannya itu. Sambil menyiapkan acara peringatan tujuh hari meninggalnya Andrianto, bulir-bulir air mata terkadang masih terlihat menetes membasahi pipinya.

Kepergian Andrianto untuk selama-lamanya memang tidak pernah disangka oleh Ibu Christyani. Sebab sebelum meninggal, Andrianto yang baru duduk di bangku SMP itu pamit mau mancing bersama beberapa temannya di sungai desanya. Namun beberapa jam kemudian, salah seorang temannya datang tergopoh-gopoh ke rumahnya dan mengabarkan kalau Andrianto tenggelam.

Seperti disambar petir, Ibu Christyani yang saat itu tengah sibuk menyiapkan acara syukuran atas terpilihnya Bapak Yudha sebagai pimpinan di daerahnya. Kaget bukan kepalang, mirip orang kesurupan, Ibu Christyani berlari sambil berteriak-teriak memanggil-manggil nama anaknya, menuju ke sungai dimana Andrianto tenggelam.

Sesampainya ditempat kejadian, Ibu Christyani hanya bisa meratap dan menangis sambil memeluk jazad Andrianto yang telah terbujur kaku. Beberapa warga memang telah berhasil menarik tubuh Andrianto yang terjebak dalam pusaran air. Namun Andrianto sudah terlanjur terendam cukup lama di dalam air, akhirnya dia meninggal dengan tubuh membiru.

Wargapun selanjutnya mengusung tubuh Andrianto menuju rumahnya. Di tengah jalan, Ibu Christyani tak henti-hentinya menangis sambil memanggil-manggil anaknya itu. Bahkan karena begitu terpukulnya, akhirnya perempuan 40 tahunan ini jatuh pingsan. Bapak Yudha yang sejak tadi berusaha menenangkannya terpaksa harus menggendong tubuh istrinya itu menuju ke rumahnya.

Sebagaimana Ibu Christyani, wajah Bapak Yudha juga tak kalah sedih. Meski begitu, lelaki yang baru saja memenangkan pertarungan pemilihan kepala daerah nampak menguatkan diri untuk tetap tampil tegar dan tabah. Tentu dia harus berusaha mengendalikan perasaannya. Apalagi dia harus menyambut kedatangan para pelayat yang datang ke rumahnya, yang beberapa di antaranya termasuk rekan-rekan pejabat dan anggota dewan.

Dan di tengah suasana sedih yang menyelimuti keluarga Bapak Yudha, sebuah isu tak sedap berhembus di tengah-tengah warga kota yang berada di kaki Gunung Merapi itu. Kabar burung yang santer beredar itu menyebutkan, kematian Andrianto adalah sebagai pembayaran alias tebusan yang harus dibayar ayahnya, akibat sudah melakukan perjanjian dengan gaib. Perjanjian konon dilakikan dengan sebuah ritual berat yang dilakukan demi memenangkan pilkada.

Tak jelas dan entah siapa yang menyebarkan isu miring tersebut. Tapi isu sudah sangat santer dan ramai jadi konsumsi publik. Banyak yang bilang, Andrianto memang ditumbalkan oleh Pak Bapak Yudha. Ada orang yang melihat Pak Bapak Yudha pernah melakukan ritual di Kedung Gondang. Kalau tidak salah, ritual itu dilakukan dua minggu sebelum pilkada digelar.

Nama Sendang Gondang memang bukan tempat yang asing bagi warga. Konon, lokasi ini dihuni oleh sosok ular siluman penghuni Kedung Gondang. Penghuni gaib sendang ini dipercaya mampu mendatangkan keberhasilan dan segala keinginan dengan syarat harus menumbalkan orang-orang yang paling dicintainya. Tentu saja hal ini sangat berat, namun kadang janji keberhasilan sudah membutakan mata hati dan akal sehat.

Dan bagi warga desa Sumurup, Kedung Gondang memang menjadi salah satu tempat yang dianggap keramat dan angker. Keberadaan kedung ini tepat berada di tepi aliran sungai besar yang membelah desa itu. Dan meski tidak terlalu luas, namun Kedung Gondang memiliki kedalaman yang cukup untuk menenggelamkan orang dewasa. Apalagi keberadaannya di tepi aliran sungai, menyebabkan adanya arus yang terjebak di kedung ini yang kemudian memunculkan sebuah pusaran air. Konon di dasar sungai dan sendang itu juga banyak relung dan palung dengan kedalaman lebih dari sepuluh meter. Karena itu siapa saja yang tidak berhati-hati saat mandi di kedung ini, bukan tidak mungkin akan mengalami nasib yang sama seperti Andrianto.

Namun sebenarnya bukan hanya karena adanya pusaran air yang bisa menenggelamkan benda-benda yang ada diatasnya. Masyarakat mempercayai keberadaan sosok ular siluman disebut-sebut sebagai salah satu penyebab kematian Andrianto. Ular tersebut diyakini sebagai penguasa gaib Kedung Gondang. Dan karena merupakan bangsa siluman, keberadaan ular ini memang tidak bisa dilihat oleh semua orang.

Siluman ular ini hanya bisa dilihat oleh orang-orang berilmu tinggi dan hanya akan muncul pada hari-hari keramat tertentu. Dan kemunculan ular siluman tersebut bisa dijadikan petunjuk bahwa dia tengah bersiap untuk meminta korban.

Tak cuma sebatas mengincar korban biasa, warga Desa Sumurup meyakini bahwa para korban dari ular tersebut adalah mereka yang sengaja ditumbalkan oleh orang lain. Sebab selama ini Kedung Gondang memang kerap dipakai sebagai tempat ritual untuk mencari pesugihan. Karena itulah, kematian Andrianto kemudian disebut-sebut terkait dengan upaya Bapak Yudha untuk meraih kursi jabatan.

Penghuni Kedung Gondang bukanlah ular sembarangan. Masyarakat biasa menyebut ular itu dengan sebutan ular kendang. Hal ini merujuk pada wujud fisiknya yang mirip kendang yaitu bulat, besar dan pendek. Tak hanya itu, ular ini juga disebutkan tidak memiliki ekor. Karena di kedua ujung tubuhnya berupa kepala kembar.

Ular kendang sendiri terbilang jenis siluman dan keberadaannya kerap ditemui di tempat-tempat keramat. Karena itulah, tak salah bisa kemudian ular ini juga menempati Kedung Gondang. Bahkan konon nama Gondang sendiri diambil dari serapan nama kendang, yang menunjukkan bahwa tempat itu adalah tempat bersemayamnya ular kendang.

Rentetan peristiwa usai kemunculan ular kendang, yaitu kemenangan Bapak Yudha dalam pemilihan serta meninggalnya Andrianto, memang cukup menguatkan kabar bahwa kematian Andrianto terbilang tidak wajar. Artinya bahwa meski dia mengalami kecelakaan, namun di balik itu musibah yang menimpanya adalah akibar dari dorongan sebuah kekuatan gaib yang susah dilawan. Dan itu terjadi karena Bapak Yudha sengaja mengorbankan anaknya tersebut dalam sebuah ritual gaib.

Dugaan itu juga semakin kuat setelah banyak orang yang tahu kalau Bapak Yudha terbilang orang yang gemar menjalankan ritual-ritual tertentu di berbagai tempat keramat. Dan Kedung Gondang merupakan salah satu tempat yang sering dipakainya untuk ritual.

Di Kedung Gondang, Bapak Yudha biasanya hanya sekedar melakukan meditasi sambil membakar dupa. Dan mungkin dalam salah satu ritual yang dijalankannya, dia kemudian bersedia untuk menyediakan tumbal agar bisa meraih jabatan. Sebab tidak mungkin makhluk siluman sejenis ular kendang akan bersedia membantu tanpa ada pamrih tertentu di belakangnya.

Terkait kabar tersebut, Bapak Yudha memang enggan berkomentar. Bahkan dia mengancam dan bersiap-siap akan memidanakan orang yang menuduhnya sengaja mengorbankan anaknya untuk tumbal. Namun demikian kabar ini terlanjur sampai ke telinga Ibu Christyani, istrinya. Dan sepertinya perempuan ini meyakini kebenaran isu tersebut. Sebab beberapa waktu lalu Bapak Yudha sempat mengatakan kepadanya bahwa dia akan melakukan apapun demi bisa memenangkan pemilihan. Bahkan sejak saat itu Bapak Yudha dikabarkan sering tidak pulang karena melakukan ritual di berbagai tempat keramat.

Meski sempat tidak setuju dengan langkah yang ditempuh Bapak Yudha, namun Ibu Christyani tidak mampu berbuat apa-apa. Karena kebetulan kebiasaan lelaku di tempat-tempat keramat sudah menjadi kebiasaan Bapak Yudha sejak masih muda. Bahkan dari kebiasaannya itu juga, dia bisa meraih kesuksesan dalam bisnisnya sebagai kontraktor bangunan. Bahkan dia dikabarkan sering memotong kambing jenis kendit, guna dipakai sebagai sarana ritual untuk memenangkan tender sebuah proyek. Dan hasilnya memang positif, karena sejauh ini dia sering memenangkan tender-tender itu.

Keyakinan bahwa Andrianto sengaja dikorbankan oleh ayahnya sendiri memang terlanjur tertanam dalam hati Ibu Christyani. Karena itulah dia hampir tak pernah bisa berhenti menangis, apalagi saat mengingat wajah Andrianto. Tak hanya itu, kesedihannya memuncak manakala mendapati Bapak Yudha yang terkesan tidak merasa kehilangan sama sekali dengan kepergian Andrianto. Sehingga tak jarang dia begadang sampai larut malam dengan beberapa temannya sambil tertawa gembira, karena merayakan kemenangannya.

Tapi nasi sudah menjadi bubur, Andrianto sudah terlanjur meninggal. Terlepas apakah Andrianto ditumbalkan oleh ayahnya sendiri atau tidak, yang pasti bahwa Andrianto memang tidak bisa berenang. Sehingga saat mandi di Kedung Gondang yang berpusaran air dan cukup dalam, Andrianto tidak bisa menyelamatkan dirinya.

Ritual pesugihan memang tidak hanya sebatas mencari kekayaan dengan cara gaib. Tetapi lebih dari itu, banyak juga orang yang sengaja menjalankan ritual ini demi meraih jabatan tertentu atau mendapatkan benda tertentu secara gaib. Yang pasti dibalik ritual tersebut ada satu syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, yaitu menyediakan tumbal.

Tumbal-tumbal itu sendiri ada yang diminta sebelum harapan tercapai, tapi ada pula yang diminta setelah apa yang diharapkan dari ritual tersebut sudah diraih. Dan sejauh ini yang sering diminta sebagai tumbal adalah anggota keluarga terutama anak. Yang kemudian akan diikuti dengan sebuah peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa orang yang ditumbalkan.

Tujuan pemakaian tumbal diyakini sebagai upaya untuk melobi kekuatan gaib yang ada. Dan penyerahan tumbal manusia diyakini sebagai sesaji yang paling tinggi, yang tentu akan lebih diterima dibandingkan dengan tumbal binatang.

Proses penumbalan sendiri biasanya tidak akan berhenti pada satu korban saja. Sebab, demi langgengnya apa yang didapatkan, pelaku pesugihan harus terus menyediakan tumbal. Bahkan bila sudah tidak ada lagi orang yang bisa ditumbalkan, maka pada akhirnya dia sendiri yang akan menjadi korban.

Dengan menyerahkan tumbal, berarti seseorang telah berada dalam kekuasaan bangsa jin. Dan hal itu akan membuatnya tidak memiliki kekuatan apa-apa. Sehingga akan dimanfaatkan oleh bangsa jin itu untuk melakukan segala apa yang dikehendakinya, dengan imbalan sesuatu yang sifatnya materi.

Manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya. Karena itu bangsa jin dan makhluk gaib lainnya akan senang saat menerima tumbal manusia. Sebab penyerahan tumbal manusia merupakan simbol kepasrahan yang dilakukan manusia pada bangsa jin. Yang membuat dia bisa dikendalikan oleh jin itu untuk melakukan berbagai hal sesuai kehendak sang jin.

Bangsa jin sejatinya hanya menyerap jiwa dari benda yang ditumbalkan. Karena itulah mereka umumnya menyukai tumbal dari makhluk hidup yang berdarah. Dari darah yang dipersembahkan itulah, jiwa makhluk ini akan diserap untuk menambah usia jin. Dan persembahan tumbal manusia akan bisa menambah usia bangsa jin hingga berkali-kali lipat.

(Kasus Gaib Tahun 2008) Saya diminta Ibu Christyani untuk mencabut pesugihan ular kendang ini.


5ilent4ngel
ismyoshi
tien212700
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan