Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jaladri88Avatar border
TS
jaladri88
IBUK [COC-Cinta Lama Bersemi Kembali]


2004 (Senja)

Bapak masih terburu-buru membereskan semua berkas yang harus dibawa ke kantor. Aku sudah siap dengan seragam warna ungu putih kebanggaanku. Seragam yang kebesaran, karena menurut Ibuk nanti aku akan cepat bertambah besar.

Aku menunggu Bapak di meja makan sambil mengunyah roti dengan isian mentega dan gula yang ibu siapkan.

"Buk... Ibuk... Kunci motor dimana, ya?" Tanya Bapak.

"Lho, kan biasanya ada di gantungan baju dekat pintu. Coba Bapak cek dulu di situ". Jawab Ibuk sambil memberikan susu kepadaku dan meletakkan cangkir kopi Bapak.

"Buk, Nanti Nja mau ikut Bapak ke proyek, ya? Boleh, ya, Buk?" Aku memandang Ibuk dengan mata penuh harap. Kata Bapak, hari ini akan ada eskavator besar yang datang. Aku boleh mencoba naik dan melihat ke dalamnya.


"Pulang dulu, ya? Nanti Ibuk yang antar pakai sepeda. Biar Nja bisa ganti baju dulu, sama pakai topi dan masker."

Ibuk selalu saja menuruti apa mauku. Mataku semakin berbinar sambil memandang ke arah Bapak yang sekarang sudah duduk di meja makan bersama kami. Meminta persetujuan Bapak, bahwa aku boleh ikut ke proyeknya.

"Senja nanti Bapak pakaikan helm proyek biar aman." Kata Bapak kepadaku sambil tersenyum.


"Pak, pulangnya agak cepat, ya, kalau nanti sama Senja. Biar nggak terlalu lama di sana. Nanti alergi debunya kambuh kalau terlalu lama di sana."

"Siap, Ibuk Ketua!" Jawab Bapak lantang sambil memandang jahil ke arah Ibuk.


2017 (Senja) 

"Buk, kenapa sih Senja nggak punya kakak dan adik? Senja kan mau juga punya saudara kayak anak-anak lain." Aku bertanya pada Ibuk saat menunggu Bapak pulang lembur. Duduk di teras depan rumah sambil meminum teh dan makan pisang goreng buatan Ibuk. Jam sudah menunjukkan pukul 5, sebentar lagi Bapak pasti sampai.

"Dulu, seharusnya Senja punya kakak laki-laki. Tapi waktu kandungan Ibuk berumur 4 bulan, Ibuk kelelahan sampai akhirnya keguguran."

"Terus, kenapa Senja nggak punya adik?"

"Waktu Senja kecil ingat nggak temenin Ibuk Kemo? Waktu itu Senja pernah bilang kalau rambut Ibuk kayak Pak Ogah."

"Ah, mana Senja ingat! Itu kayaknya waktu umur Senja masih dua tahunan kan? Itu kenapa?"

"Beberapa bulan setelah kamu lahir, rahim Ibuk harus diangkat karena ternyata kanker. Setelah diangkat, Ibuk masih harus kemoterapi supaya lebih sehat."

"Jadi Senja beneran nggak bisa punya adik lagi dong?" tanyaku kepada Ibuk dengan perasaan sedih.

Ibuk hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. Aku bisa melihat kesedihan di matanya. Mungkin Ibuk juga sedih karena tidak bisa memiliki anak lagi.

Tak berapa lama kemudian ada bunyi klakson tiga kali yang merupakan tanda bahwa Bapak sudah dekat rumah.

"Bapaaaaakkk!" Aku langsung membukakan pagar dan memeluk Bapak sepulang kerja.

"Anak Bapaaaakkk!" Bapak menyambutku pelukanku sambil tersenyum dengan bahagianya.

Selama 17 tahun aku hidup, selama yang aku ingat, tidak pernah sekalipun aku tidak memeluk Bapak sepulang kerja. Walaupun kadang aku protes karena Bapak bau matahari atau bajunya penuh debu dan akan membuat alergiku kambuh, aku akan tetap memeluknya dengan penuh cinta.

"Tuh, kalau sudah ada Bapak pasti langsung lupa sama Ibuk, deh!" Kata Ibuk sambil mencium tangan Bapak. 

Aku hanya nyengir dan menggandeng Bapak untuk duduk di teras sementara Ibuk membuatkan kopi untuk Bapak.

"Pak, tadi aku sama Ibuk kan pergi ke supermarket............"

Pembicaraan kami berlanjut dengan laporan keseharian kami. Sampai akhirnya menjelang magrib Bapak sudah mandi dan berganti sarung. Siap menunggu adzan magrib untuk pergi ke masjid.


Juli 2021 (Bapak)
"Senja, bangun, yuk! Kita anter Ibuk ke dokter." Aku membangunkan Senja yang sepertinya masih kelelahan karena mempersiapkan skripsinya. 

"Ibuk kenapa? Kenapa, Pak? Ibuk sakit apa?" Senja langsung panik ketika dia keluar dari kamar.

"Ibuk katanya agak sesak. Badannya juga panas. Ayo, kita sekalian PCR! Bapak khawatir Covid." Jawabku dengan tenang.

Aku langsung bergegas memakai maskerku dan menyalakan mobil. Tak lupa kuambil botol air minum dari atas meja.

Sepanjang perjalanan ke rumah sakit aku sangat cemas. Varian delta yang sedang ramai dibicarakan di berita sangan mengerikan. Gejala yang dialami Ibuk persis seperti gejala covid varian delta.

Ketika tiba di rumah sakit, saturasi Ibuk hanya 82. Ibuk langsung masuk ruang isolasi karena tes antigennya positif. Aku dan Senja hanya bisa melihat Ibuk dari jauh. Senja menangis di pelukanku, aku harus kuat. Karena aku tahu Senja pasti sangat takut sekarang.

Bukannya aku tidak bisa menjaga istri dan anakku. Aku sangat menjaga kebersihan sepulang kerja, langsung mandi sebelum bertemu mereka berdua. Bahkan langsung merendam baju dari luar dengan air sabun.

Hhhh.... Aku rindu pelukan Senja sepulangku kerja. Aku juga rindu melihat Ibuk merawat anggrek-anggreknya di halaman. Sejak pandemi, Ibuk sangat menjaga kesehatannya. Sejak awal pandemi juga kami mengetahui bahwa kanker Ibuk kembali lagi. Jadi semampu kami, Aku dan Senja sangat menjaga kebersihan di rumah.

----=----

Hari kesepuluh Ibuk di rumah sakit, tanpa pernah sadar, Ibuk meninggalkanku dan Senja.

Aku dan Senja hanya bisa melihat Ibuk dimandikan dan dishalatkan lewat video di tempat terpisah. Aku di wisma atlet karena ternyata aku adalah orang tanpa gejala, sementara Senja hasilnya negatif dan dia isolasi mandiri di rumah. 

Aku ikhlas. Aku sudah melewati masa indah lebih dari 30 tahun bersamanya. 


September 2021 (Senja)

"Buk, lihat ini. Anggrek kesayangan Ibuk cantik sekali. Persis kayak yang punya." Bapak langsung mengambil foto dan memotong bunganya.

"Senja, yuk, kita ke makam Ibuk. Anggreknya lagi bagus, nih. Ibuk pasti suka."

Aku langsung menghampiri Bapak yang memanggilku dari halaman. "Pak, ini kan sudah mau magrib. Besok saja ke makamnya."

"Makam Ibuk cuma jalan kaki, Nak. Sebentar saja, yuk. Bapak kangen juga sama Ibuk. Mumpung masih segar bunganya. Semalam purnama dan sudah Bapak siram."

Aku tidak bisa menolak lagi. Sejak Ibuk meninggal, Bapak pasti kesana dua hari sekali. Kadang, satu hari bisa lebih dari satu kali. Kadang kala juga Bapak harus menunggu proses pemakaman terlebih dahulu dari jauh. Lain waktu, Bapak juga duduk dan mendoakan makam baru yang semakin lama semakin bertambah banyak.

"Semoga amal ibadah mereka semua diterima Allah, ya, Nak. Semoga Ibuk juga dilapangkan kuburnya." Bapak selalu bilang begitu setiap kali kami selesai berdoa dan bersiap meninggalkan makam Ibuk.

Kali ini pun tak lupa dia meninggalkan secarik kertas berisi puisi untuk Ibuk yang berisi:

Quote:


November 2021 (Bapak)
"Buk, ini lagi purnama, nih. Ibuk nggak mau temani Bapak siram bunga? Biasanya kan Ibuk selalu suka siram bunga saat begini."

Aku menyiram bunga-bunga anggrek kesayangan Ibuk. Ibuk suka sekali lihat bulan purnama. Dia bilang, dia suka menikmati purnama denganku dan dengan bunga-bungan kesayangannya. 

"Pak, makan malamnya sudah Senja siapkan di meja. Bapak mau makan sekarang atau nanti saja?" Senja muncul dari balik jendela.

Senja persis Ibuknya, pandai memasak, pandai membuat puisi, dan juga suka membereskan rumah. Tapi sayangnya Senja nggak suka merawat tanaman yang ditinggal Ibuk. Itulah alasanku merawat tanaman Ibuk, karena siapa lagi yang bisa merawatnya kalau bukan aku?


Januari 2022 (Senja)

"Pak! Bapak! Bangun, Pak!" Aku langsung menelepon ambulans. Aku juga berlari ke rumah dokter Lusi dengan ketakutan dan kepanikan.

----=----

Awal Januari 2022. Tepat setelah aku merayakan tahun baru dengan Bapak, sore harinya Bapak tidak bisa kubangunkan untuk shalat magrib. Dokter Lusi menduga Bapak kena serangan jantung. Sesampainya di rumah sakit, Bapak dinyatakan meninggal oleh dokter.

Aku hanya terduduk diam. Terulang kembali percakapan kami semalam tentang cinta lama bersemi kembali. Kata Bapak, kalaupun dia harus jatuh cinta lagi dia akan tetap memilih Ibuk berkali-kali. Bapak bilang, nanti ketika mereka bertemu, pasti Ibuk juga akan jatuh cinta lagi kepada Bapak. 

Aku hanya berpesan kepadanya agar tidak terlalu cepat menemui cinta (se)lamanya, yaitu Ibuk. Aku masih ingin lebih lama bersama Bapak.

Tetapi Bapak hanya tersenyum sambil memelukku dengan erat. Aku bisa merasakan tetesan air di kepalaku. Untuk pertama kalinya setelah ditinggal Ibuk, Bapak menangis.

Sekarang aku tersenyum ketika memandangi wajah Bapak sambil menggenggam tangannya. "Pak, apa Ibuk jatuh cinta lagi sama Bapak? Bapak sudah ketemu Ibuk kan?"

Aku tau mereka berdua sudah bahagia bersama sekarang. Walaupun rasa sakit yang aku rasakan tidak bisa lagi aku jelaskan. Aku ikhlas.


(Ibuk) 2004
Tuhan...
Apakah boleh aku meminta kebahagiaan ini selalu selamanya?
Atau Kau kan marah jika aku meminta terus menerus?
Apakah aku terlalu banyak meminta, Tuhan?


(Ibuk) 2017
Seandainya Senja ingat bagaimana dulu aku sangat membencinya saat dia lahir. Dia pasti tidak akan sebegitunya mencintaiku seperti sekarang. Maafkan Ibuk, Nak. Ibuk pernah melukaimu.


(Ibuk) Juli 2021
Pak... Senja...
Maafkan Ibuk yang tidak bisa bersama kalian lebih lama.
Maafkan Ibuk yang tidak bisa berbagi bahagia selamanya.
Maafkan....


(Ibuk) September 2021
Pak, terima kasih sudah merawat anggreknya. Tapi kenapa anggreknya Bapak potong dan kasih ke Ibuk?! Huh, Bapak ini! Sudah Ibuk bilang kita nikmati saja anggreknya bersama sambil duduk di teras. Tapi malah Bapak bawa ke pusara Ibuk.


(Ibuk) November 2021
Pak, Ibuk selalu menunggu dan memandangi Bapak saat menyiram bunga di bawah purnama. Lihat Senja, Pak! Hari ini dia masak mie rebus pakai daun gingseng dan telur lagi. 

Ibuk yakin, Bapak pasti mau bilang kalau dia jago masak lagi, kan? Bapak ini selalu bisa membuat anaknya bahagia. Padahal kan Senja paling bisa membuat puisi saja. Lihat itu tumpukan panci dan piring bekas makan yang sejak pagi belum dia cuci.  
Ah, tapi tidak apa-apa. Nanti nama kita akan dipanggil saat dia wisuda, Pak. Bangganya Ibuk punya anak yang IPKnya tertinggi satu angkatan.

(Ibuk) Januari 2022

Senja anakku tersayang. Senja yang paling pintar, paling hebat, dan paling kuat. Maafkan Ibuk dan Bapak yang tidak bisa menemanimu lagi.

Bapak tidak pernah pergi.

Ibuk selalu di sini.

Quote:



Pak... 

Ibuk di sini.

Ini bukan cinta lama bersemi kembali.

Tapi ini cinta selamanya tanpa berpisah lagi. 



Quote:
Diubah oleh jaladri88 28-06-2022 01:39
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
10
920
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan