8rangnanim8Avatar border
TS
8rangnanim8
Rendang Resep Global yang Bukan Saja Milik Orang Minang


Hot Thread Gan!!


emoticon-Ultahemoticon-Sundul Up emoticon-Rate 5 Star



Sebelumnya penulis ingin menyampaikan penyangkalan SARA untuk penulisan artikel ini. Tendensi yang diambil oleh penulis adalah untuk membuka dialektika dengan pembaca juga sebagai perenungan dan pendapat pribadi penulis. Apa yang penulis pahami dari sebuah tulisan adalah kemungkinan adanya pro dan kontra yang mana hal tersebut adalah lumrah. Apa yang tidak lumrah adalah penyampaian kritik yang tidak berdasar terlebih menambahkan kata-kata tidak pantas dan menciderai ruang berpikir.


Jika biasanya berita kuliner menyerap minat masyarakat untuk mengetahui resep-resep rahasianya beberapa waktu terakhir intensi yang diberikan adalah kehebohan yang cenderung memecah belah. Adalah Nasi Padang Non-Halal dengan kandungan babi didalamnya yang menyita perhatian. 

Nasi Padang yang identik dengan orang minang yang mana identik juga dengan agama islam dirasa kurang pas jika disandingkan dengan babi yang notabene adalah haram dalam agama islam. Berbagai kritikan hilir mudik hingga ke dasar filosofi hidup orang minang itu sendiri yaitu Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah atau biasa disingkat dengan ABSSBK. Beberapa kelompok orang menganggap ini sebagai pencideraan terhadap masakan padang yang seharusnya hanya boleh diolah dengan bahan yang halal sesuai ajaran agama islam.

Pelabelan masakan padang tersebut menimbulkan pertanyaan didiri penulis. Apakah kita perlu sekaku itu dengan resep makanan? Bukankah makanan itu adalah seputar selera untuk para penikmatnya? dan apakah Rendang itu milik orang minang saja? Berbagai pertanyaan ini membuat penulis mencari berbagai referensi terkait dengan makanan itu sendiri. Mulai dari situs media mainstream hingga ke situs pemerintahan.

Pizza dan Sushi Sebagai Makanan Global
Makanan tentu saja fungsinya untuk memberikan energi dan hal lain yang tidak bisa dihilangkan adalah makanan sebagai salah satu identitas budaya. Sama halnya dengan pakaian yang memberikan ciri khas etnis tertentu dalam masyarakat. 

Pizza identik dengan masyarakat Italia yang mana titik balik eksistensinya adalah dari permintaan Raja Umberto I dan Ratu Margherita yang merasa bosan dengan masakan yang biasa mereka santap yaitu masakan Perancis yang menurutnya rumit untuk dinikmati. Untuk itu mereka meminta dibuatkan beberapa Pizza dengan salah satu bahan kandungannya adalah lemak babi. Meskipun yang mengandung lemak babi tidak menjadi favorit, akan tetapi setelah peristiwa yang konon terjadi di tahun 1899 ini, Pizza menjadi makanan yang populer dikalangan bangsawan. Hingga hari ini beberapa Pizza tetap menawarkan potongan daging babi untuk disantap. 

Ada juga Sushi yang identik dengan kebudayaan masyarakat Jepang yang mana bahan dasarnya adalah ikan. Ditemukan oleh Yohei Hanaya di tahun 1799 pada penyajian sebenarnya Sushi memerlukan mirin dan sake. Hal itu dilakukan agar Sushi yang disajikan menjadi lebih lembut dan lezat. Tentu lezat disini bersifat subjektif akan tetapi hal itulah yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat Jepang. 

Pada akhirnya baik Pizza maupun Sushi menjadi makanan paling terkenal di dunia. Makanan tersebut melintasi samudera dan benua hingga menetap di negara lain dalam periode waktu yang lama. Termasuk di Indonesia, makanan tersebut sangat populer untuk dimakan bersama bersama keluarga. Bahan dasar makanan tersebut termasuk haram dan seharusnya tidak dapat nikmati mayoritas masyarakat muslim. Akan tetapi adanya penyesuaian budaya membuat makanan tersebut dimodifikasi sehingga menjadi makanan halal. Untuk alasan yang sama seharusnya rendangpun bisa diolah sesuai dengan selera penikmatnya. Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat muslim tetap menyantap bahan dasar halal saja.

Italia dan Jepang tidak pusing masakan khasnya diolah sesuai selera di negara tempat makanan tersebut singgah. Jika menilai rasa original yang seharusnya tentu ada perbedaan akan tetapi ini bukanlah masalah besar. Apakah tidak menambahkan lemak babi ataupun daging babi ke Pizza itu membuatnya menjadi tidak enak? atau apakah tidak menambahkan mirin atau sake ke Sushi menjadikannya kurang lezat? tentu jawabannya subjektif dan tidak perlu dipersoalkan. Lagi-lagi ini masalah selera, bukan dengan maksud merusak fundamental dari makanan itu sendiri. 

Rendang dan Minangkabau
Masyarakat minang terkenal dengan para inteleknya yang sejak periode kemerdekaan sudah mengambil peran vital untuk Indonesia. Sebut saja Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Buya Hamka, Tan Malaka, Agus Salim, Ruhana Kudus dan masih banyak tokoh lainnya yang tentu akan tertawa geli jika perkara rendang saja harus sampai diselesaikan secara hukum. Jikapun dilihat aturan hukumnya penulis tidak menemukan adanya undang-undang yang melarang pengolahan rendang dengan bahan dasar babi. Tidak ada yang harus dipermasalahkan pun penjualnya sudah melabeli non halal pada dagangannya. Ironisnya lagi setelah ditelusuri usaha tersebut sudah tutup sejak lama. 

Pemanggilan oleh pihak kepolisian menurut pandangan pribadi penulis adalah sesuatu yang tidak perlu dan memaksa penjual untuk meminta maaf juga kurang elok. Menjual Nasi Padang Non Halal bukanlah bentuk olok-olok untuk masakan itu sendiri bahkan untuk masyarakat minangkabau. Segmen pasar yang diincar oleh ide tersebut tentu hanya masyarakat non muslim yang penasaran bagaimana jika daging babi diolah menjadi rendang. Karena pada umumnya olahan rendang hanya daging sapi. 

Terlebih membawa filosofi ABSSBK rasanya terlalu jauh dan melenceng untuk disandingkan. Sebagai pengingat ABSSBK lahir dari adanya kompromi antara Kaum Padri dan Kaum Adat di Minangkabau untuk menyudahi perang saudara. Kompromi ini salah satunya lahir dari sifat toleransi diantara kedua kaum tersebut. Jika filosofi ABSSBK ini disalah artikan konteksnya tentu pertemuan di Bukit Marapalam hari itu akan menjadi sia-sia. 

Rendang memang identik dengan masyarakat minangkabau. Hari ini bahkan sudah juga dinobatkan sebagai makanan terlezat nomor 1 di dunia. Dengan kata lain Rendang adalah makanan global yang diakui dan siapapun akan tau asal Rendang adalah dari daratan minangkabau. Tidak perlu kaget jika kemudian masakan tersebut dimodifikasi karena siapapun akan tertarik dengan resep yang dinobatkan sebagai nomor 1 di dunia tersebut. 

Ibarat sepotong baju akan selalu menjadi original jika baju tersebut tidak ditambahkan motif apapun. Dengan penambahan motifpun sebenarnya tidak akan membuat kaus itu menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk. Ini hanya masalah pilihan saja. Seorang penikmat baju polos tentu tidak akan repot datang ke toko baju bermotif sama halnya dengan penikmat rendang halal tidak akan pernah singgah ke penjual rendang non halal. 

Makanan apapun namanya sudah selayaknya kembali kepada fungsinya untuk mengenyangkan dan memberi energi bukan alih-alih dijadikan sebagai alat untuk memecah belah. Rendang bukan saja milik orang Minang selayaknya sushi dan pizza yang bukan saja milik orang Jepang ataupun Italia.



 


Diubah oleh 8rangnanim8 30-06-2022 06:51
Makati2019
clawdia
apawaal
apawaal dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.5K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan