Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Rusia Ungkap Minat Jajaki Kerja Sama dengan Indonesia, Energi Nuklir hingga Pesawat
Rusia Ungkap Minat Jajaki Kerja Sama dengan Indonesia, dari Energi Nuklir hingga Pesawat Sipil


JAKARTA, KOMPAS.com - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobiev mengungkap berbagai sektor kerja sama yang potensial untuk lebih dikembangkan antara Rusia dan Indonesia, mulai dari energi nuklir hingga kolaborasi pembuatan pesawat sipil. 

“Ada banyak area yang bisa dikembangkan lagi, terutama sektor energi tidak hanya yang konvensional tapi juga pengembangan energi hijau seperti energi air,” kata Vorobiev dalam wawancara eksklusif bersama dengan Kompas.com bertajuk"Unlocking Podcast 05 – Lyudmila Vorobieva: G20 Should Focus on Global Economic Issues."

Sama halnya dengan Indonesia, keberadaan sungai-sungai besar utamanya di wilayah utara Rusia telah banyak dikelola sebagai waduk untuk menghasilkan energi. Transfer teknologi diharap bisa terjadi dalam kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga air (AS) ini kedepannya. 

“Termasuk energi nuklir. Orang-orang tidak perlu takut dengan nuklir, karena ini termasuk energi hijau.”

Walaupun kaya dengan minyak dan gas, “Negara Beruang Putih” telah lama memanfaatkan nuklir sebagai sumber energi. Kontribusi tenaga nuklir dalam bauran energi Rusia kini mencapai 20 persen. 

Adapun penerimaan publik atas pengembangannya tetap baik, meski bencana nuklir terbesar di dunia Chernobyl menjadi catatan sejarah, yang dampaknya terasa dekat dengan masyarakat Rusia. Vorobiev mengatakan teknologi keamanan pembangkit nuklir Rusia justru telah meningkat hingga lima kali lebih kuat sejak insiden itu. 

 Rusia kini bahkan menjadi negara pertama di dunia yang mengembangkan Pembangkit Nuklir Terapung. Reaktor nuklir jenis ini dapat berpindah-pindah ke lokasi karena berbentuk seperti kapal. Meski terbilang mini, hasil energi dari reaktornya mampu menerangi kota-kota kecil. Teknologi ini juga terbilang lebih aman, terutama untuk wilayah yang memiliki risiko gempa bumi dan tsunami seperti di Indonesia. 

Kami siap membagikan teknologi ini ke Indonesia jika pemerintah Indonesia siap untuk menggunakan energi nuklir,” kata dia. 

Iran, Bangladesh, Uzbekistan hingga Turki, merupakan beberapa negara yang telah membangun kerja sama energi nuklir dengan Rusia. Sejauh ini, belum ada negara di kawasan Asia Tenggara yang mengembangkan energi nuklir. Ketertarikan serius dengan teknologi Rusia pernah ditunjukkan Vietnam sebelumnya, akan tetapi proyek ambisius itu batal setelah insiden Nuklir Fukushima terjadi.

 “Masalahnya bukan karena mereka tidak yakin dengan teknologi Rusia, tapi Fukushima mengubah opini publik soal tenaga nuklir,” kata dia, menambahkan bahwa Pembangkit Nuklir Fukushima menggunakan teknologi lama Amerika Serikat. 

Kerja sama potensial lainnya Hingga saat ini Indonesia dan Rusia sejatinya telah banyak menjalin kemitraan dalam mengembangkan sektor energi. Salah satu yang merupakan proyek kerja sama terbesarnya adalah Kilang Minyak Tuban yang digarap oleh Pertamina dan raksasa energi Rusia Rosneft. 

Perusahaan energi Rusia lainnya, kata dia, juga tertarik untuk mengembangkan blok Natuna dan saat ini dalam proses studi kelayakan untuk pengukuran keekonomian dari eksplorasi hingga ekstraksi gas dari lapangan itu. 

Ada pula potensi kolaborasi lainnya seperti pengembangan armada penerbangan sipil. Terlebih saat ini perusahaan Rusia mulai banyak mengembangkan pesawat berukuran sedang hingga besar, yang dinilai akan sangat bermanfaat untuk negara kepulauan seperti Indonesia. 

Vorobiev mengatakan kerja sama ekonomi Indonesia dan Rusia berkembang dalam tren yang sangat positif. Tahun lalu perdagangan kedua negara naik 40 persen, dengan Indonesia menikmati surplus antara lain dari ekspor minyak sawit, sepatu dan furnitur. Sementara nilai investasi Rusia-Indonesia mencapai 3 miliar dollar AS. 

 Mengutip data Kementerian Perdagangan/BPS laporan Kompas.com sebelumnya mencatat total perdagangan Indonesia-Rusia pada 2020 sebesar 1,93 miliar dollar AS, turun 6,6 persen dari tahun sebelumnya. Namun di tengah keterbatasan konektivitas yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, ekspor Indonesia ke Rusia pada periode yang sama meningkat 12,7 persen dibanding 2019 menjadi sebesar 973,5 juta dollar AS. 

Peningkatan ini mayoritas dipengaruhi oleh kenaikan ekspor komoditas unggulan Indonesia ke Rusia seperti minyak kelapa sawit, kopra, kakao, alas kaki dan stainless steel. Tren kenaikan terus berlanjut pada 2021, dengan total perdagangan pada Januari-September 2021 mencapai 1,94 miliar dollar AS atau lebih tinggi 42,2 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. 

Vorobieva pun mengaku seharusnya lebih banyak sektor kerja sama bisa dieksplorasi ke depan, mengingat besarnya kombinasi populasi kedua negara.

 “Target dari Presiden Putin (investasi dengan indonesia bisa) mencapai 5 miliar dollar AS. Jika tren ini berlanjut meski ada berbagai gangguan dalam ekonomi global, kita dapat mencapai target,” kata dia

Apalagi menurutnya, Rusia dan Indonesia telah menikmati relasi yang terbangun dengan sangat baik, bahkan sejak masa Presiden Soekarno yang mulai 1960-an telah beberapa kali mengunjungi Rusia. Dialog politik antara Indonesia-Rusia terus berjalan dengan sangat aktif hingga saat ini. 

Dengan kontak antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Rusia Vladimir Putin sudah terjadi beberapa kali antara lain sejak 2016, hingga secara khusus membicarakan masalah penanganan Covid-19. 

Terbaru tahun ini pertemuan menteri luar negeri dari kedua negara dilakukan di China, secara khusus membahas soal situasi di Afghanistan. Sebagai pemegang presidensi G20 tahun ini, Indonesia juga telah menyampaikan undangan secara langsung kepada semua negara anggota, termasuk Indonesia. 


“Ada banyak hal yang kita bangun bersama. Tradisi ini menjadi dasar yang untuk hubungan bilateral kita yang telah berkembang dengan baik dalam beberapa dekade terakhir.”

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/global/read/2...age=all#page2.
tapi nuklir di sini susah banyak nolak dari warga sampai aktivis

di saat negara barat mengisolasi Rusia, kerjasama dengan Rusia tetap berlangsung
scorpiolama
seojoon
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.6K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan