Uang Atau Keluarga?

Tadi pagi, seorang perwira di kapal tempatku bekerja meminta ijin untuk pulang ke rumah nya di belgia, padahal perwira tersebut baru saja bekerja selama 7 hari bekerja di kapal ini.

Ibu nya meninggal tadi pagi pukul 6 waktu setempat karena kanker yang sudah bertahun-tahun di idap beliau.

Saat itu Aku hanya memberinya semangat dan menawarkan bantuan apabila perwira tersebut membutuhkan sesuatu.

Asep, nama perwira tersebut.

Dia berkata bahwa kemarin sore dia merasakan sesuatu hal yang aneh dan tidak biasa.

"Aku merasakan kelelahan yang sangat dalam kemarin sore, dan aku tidak bisa tidur, ibu ku selalu terbayang di pikiran ku. Mungkin ini adalah suatu tanda tentang ibu ku" Kata Asep padaku sambil menghisap rokok Dunhill nya dalam-dalam.

Aku hanya terdiam sambil mendengarkan dan sesekali menepuk bahunya, membiarkan dia mencurahkan isi hatinya. Mungkin ini yang dia butuhkan, pikirku.

Asep memiliki hubungan yang sangat erat dengan ibunya, layaknya seorang anak laki-laki yang akan tetap menjadi "Anak-anak" bagi sang ibu walaupun sudah menjadi pria dewasa.

Andai saja ini terjadi pada diriku, mungkin saja aku sudah terjun ke laut, pikirku.

"Aku tidak mengerti, kenapa Tuhan mengambil orang yang sangat kita sayangi? Ini tidak adil! Sedangkan aku bekerja tidak lebih untuk menghidupi keluarga yang aku sayangi! Aku membutuhkan jawaban!, bagaimana menurutmu? Apakah Tuhan itu ada? Tanya nya dengan badan gemetar.

Aku bukanlah orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan seperti itu. Beribadah saja aku jarang, apalagi berbicara tentang Tuhan, kata ku dalam hati.

Oia, Asep adalah seorang Atheist.

"Aku mempunyai keyakinan, bahwa saat Tuhan mengambil orang yang kita sayang, itu karena Tuhan lebih sayang kepada ciptaannya, dalam kasus ini ibu anda sedang sakit, dan Dia tidak mau ciptaan yang Dia sayangi, menderita di dunia ini. Saat ini, ibu anda sudah lepas dari rasa sakitnya, dan bersama-sama dengan Tuhan di surga" Kataku mencoba menenangkan nya.

Dia terlihat sedikit kaget dengan jawaban ku, terlihat dari raut wajahnya yang berubah.

"Aku tidak pernah mendengarkan jawaban seperti itu di dalam hidupku" Katanya sambil menatap kedua mataku dengan tajam.

"... "

Aku kembali terdiam lalu mengambil sebatang rokok yang ada di saku coverall ku, sambil mencuri waktu mencoba untuk menelaah dimana kesalahan dari ucapan ku tadi.

"Terimakasih banyak, jawabanmu adalah jawaban yang aku butuhkan saat ini"

---

Timbul pertanyaan dari seorang client bernama Tatang. Begini pertanyaan nya:

Ketika orang yang kamu sayang membutuhkanmu dan memintamu menemaninya untuk beberapa saat, apakah kamu akan menuruti permintaan tersebut?

Ketika kamu memilih uang, lalu orang yang kamu sayangi meninggalkanmu pada saat kamu bekerja, uang yang kamu akan dapatkan menjadi sia-sia karena kamu telah kehilangan orang yang kamu sayangi.

Di lain sisi, ketika kamu memilih untuk menemani orang yang kamu sayangi, nafkah apa yang akan kamu berikan kepada mereka?

Jadi, apa yang akan kamu pilih? Uang? Atau orang yang kamu sayang?

Pertanyaan ini mungkin akan sangat jarang ditanyakan pada kawan-kawan pada umumnya.

Tapi bagi kami,para pekerja Offshore, pertanyaan ini selalu melintas setiap hari di dalam pikiran.

Jawabku? tentu saja uang.

Well, aku menjawabnya dengan setengah hati, tidak yakin pastinya.

Maybe I'm no good at this, but here's the things that I know:

Biarlah aku mengontrol hal yang dapat aku kontrol. Bekerja sebaik-baiknya, penuhi kebutuhan keluarga, bersama-sama dengan mereka disaat sedang liburan, dan tak lupa memanjatkan doa kepada Tuhan, memohon padaNya untuk selalu melindungi keluarga yang kusayangi disaat aku berada disini. Itu saja.

Bagaimana dengan anda?

Anggap saja anda bekerja di laut, apa yang akan anda pilih?

Uang? Atau Keluarga?


-Johny-