Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adhie1185Avatar border
TS
adhie1185
Cerita Penjual Gorengan Tak Tega Naikkan Harga Gorengannya
Harga minyak goreng naik tak hanya membuat resah para ibu rumah tangga yang sehari-hari menggunakan bahan ini untuk memasak bagi anggota keluarganya. Tetapi mereka yang bergantung pada hasil penjualan makanan yang memerlukan minyak goreng juga dalam proses pengolahannya.


Ilustrasi penjual gorengan by Rumahmigran

Pasca harga minyak goreng naik, seorang penjual gorengan di Kampung Tembakan, Desa Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung bernama Leni Anggraeni mengaku terpaksa mengecilkan ukuran gorengan olahannya.

Pilihan ini ia lakukan karena tak tega harus menaikkan harga gorengan tersebut. Jika menaikkan harganya, ia khawatir para pelanggannya enggan lagi membeli gorengan yang ia jajakan. Sehari-hari ia menjual gorengan dengan patokan harga Rp2.000 untuk 3 gorengan. Dengan kenaikan harga minyak goreng, tentu keuntungan penjualannya menurun, namun, setelah berdiskusi dengan sang suami, ia tetap menjual gorengan dengan patokan harga yang sama dan mengurangi ukurannya saja.

Per hari, untuk setiap produksi, ia mengaku bisa menghabiskan 4 liter minyak goreng. Saat ini harga per 2 liter minyak goreng di daerahnya mencapai angka Rp48.000. Namun ia tetap membeli demi kelangsungan aktivitas berdagang yang ia tekuni. Ia hanya berharap, semoga usahanya dilancarkan sehingga terus memeroleh rezeki yang cukup.

Sembilan tahun lamanya berjualan, rupanya Leni juga menjual menu lainnya seperti bubur ayam dan nasi kuning. Ide menjual gorengan muncul belakangan setelah ia berpikir bahwa dua menu tersebut akan lebih nikmat jika disantap bersama gorengan. Namun, karena harga minyak goreng yang kian mahal, rata-rata pelanggannya kini jarang memadukan menu tersebut dengan gorengan. Mungkin karena berasumsi bahwa harga gorengan juga naik seiring dengan naiknya harga minyak goreng.

Jika biasanya gorengan sudah habis sekitar jam 09.00 atau jam 10.00, kini jajanan tersebut justru masih menumpuk tak terjual. Secara omset penjualan, ia mengaku masih teratasi, namun dampak lainnya adalah komplen pelanggan perihal ukuran gorengan yang mengecil, sedangkan Leni masih harus mempertimbangkan pengeluaran untuk minyak goreng dan keuntungan yang bisa diperolehnya.

Meski kondisinya cukup sulit, ia memutuskan tidak berpindah menggunakan minyak curah karena berbagai macam pertimbangan, di antaranya mengenai kualitas gorengan yang tidak jauh lebih baik jika digoreng menggunakan minyak curah. Selain itu, minyak goreng curah jauh lebih boros dibanding minyak kemasan yang lebih higienis. Dari segi harga juga tidak terlalu berbeda, tapi secara kualitas, minyak kemasan jauh lebih baik.

Belakangan ia sempat mendengar bahwa stok minyak goreng sudah diamankan. Namun, ketika berbelanja di swalayan dan pusat grosir, rupanya harga minyak goreng kembali naik. Menjelang Ramadhan, ia memutuskan tetap berjualan karena gorengan adalah salah satu menu yang akan laris terjual di bulan tersebut. Ia berharap pemerintah dapat membuat kebijakan yang tepat soal harga minyak naik yang menghimpit para pedagang seperti dirinya.


Source


Spoiler for Bonus minyak goreng:




emineminna
ogahruwet
ikie17
ikie17 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
5.8K
79
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan