ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Saat Ekonomi Kian Runyam, Para Pejabat Siap Antri Jabatan


Ekonomi Indonesia tengah berguncang. Sudah berbulan-bulan lamanya masyarakat bergelut dengan kelangkaan dan kemahalan minyak goreng yang merupakan salah satu bahan pokok dalam kebutuhan dapur yang juga menjadi kebutuhan utama dalam bisnis banyak orang. Dan seolah ingin bersaing, solar pun mulai langka dan mahal sehingga banyak orang rela mengantri berjam-jam untuk mengisi penuh tangki kendaraan mereka.

Dan di tengah harga-harga yang melambung ini, apa yang pemerintah lakukan? Saya tak akan bilang bahwa pemerintah tidak melakukan apa-apa, sayangnya hasil yang ditunjukkan sangat-sangat di bawah standar. Ketua DPD yang dibayar mahal dengan uang rakyat hanya bisa menyarankan untuk mengurangi konsumsi minyak goreng, mantan presiden yang juga pemimpin partai besar malah heran dengan ketergantungan masyarakat pada minyak, menteri perdagangan yang seharusnya mengontrol kestabilan pasar malah seolah melempem di hadapan para mafia.



Pemerintah seolah tidak berdaya dan pemerintah tampaknya sadar betul akan hal ini dan memilih fokus pada hal yang (bagi mereka) jauh lebih penting yakni pemilu 2024. Rasanya setiap hari selalu ada berita yang mengangung-agungkan politikus A, ada berita yang menyebut politikus B dekat dengan politikus C, dan ada juga berita tentang politikus D yang berteman akrab dengan pemimpin kelompok-kelompok keagamaan. Yang jelas orang-orang yang tak perlu disebut namanya ini sudah memulai langkah mereka untuk mencalonkan diri dua tahun yang akan datang.

Teori-teori konspirasi pun mulai bermunculan, salah satunya berasal dari saya sendiri (wow). Bagaimana jika (dan hanya jika) kelangkaan dan mahalnya minyak ini adalah strategi oknum tertentu untuk mengumpulkan dana kampanye pemilu? Tentunya event sebesar pemilu tak akan bisa dimenangkan hanya dengan sekedar iuran dana tim sukses, puluhan milyar rupiah akan mengalir dalam acara ini sehingga jangan heran jika kasus-kasus korupsi semakin banyak terdengar menjelang pemilu. Mereka benar-benar butuh uang.



Para kandidat telah bersiap, dana telah dihimpun, rakyat juga sudah menunggu kedatangan pahlawan yang akan membagikan minyak goreng gratis meski ada lambang-lambang partai dalam kemasannya. Satu per satu tokoh politik berkumpul, menajamkan penciuman untuk mengendus pihak mana yang memiliki kemungkinan menang tertinggi. Saat target sudah ditetapkan mereka pun mulai 'menjilat,' melakukan segala cara untuk memenangkan kandidat mereka, semua demi jabatan menteri atau komisaris yang dijanjikan pada mereka. Wew, sungguh dunia yang gila.

Dan seperti biasa, rakyatlah yang menjadi korban. Rakyat dimiskinkan, diberi harapan, lalu dimasukkan dalam penderitaan yang lebih parah. Terkadang saya berpikir bahwa akan jauh lebih baik jika pemerintahan diserahkan pada robot AI yang tidak mengambil keputusan dengan emosi dan tidak memikirkan keuntungan pribadi. Namun, siapa 'orang-orang di atas sana' yang akan setuju dengan itu?



Wahai para manusia, beginilah politik di negara kita. Tak lama lagi para politikus ini akan berjanji membangun jembatan padahal tak ada sungai di sana. Mungkin mereka juga akan menjanjikan perut kenyang untuk setiap orang tanpa peduli bahwa rakyat sudah kenyang makan janji. Dan kemudian, lagi dan lagi, rakyat akan memasuki siklus perang politik yang akan semakin memecah belah bangsa ini.

Dan saat itu terjadi, siapa yang bisa bertanggung jawab?

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.
Diubah oleh ih.sul 29-03-2022 09:19
adhikepet
raixiu
ucilapple
ucilapple dan 30 lainnya memberi reputasi
29
5.7K
85
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan