vizum78Avatar border
TS
vizum78
Pentol Korek Api, Aturan Suara Adzan Dan Menag.


Quote:


Ane sejujurnya malas mau membahas ini karena bagi ane ini hanyalah masalah salah paham alias miss komunikasi saja.
Walaupun perkataan Beliau sebenarnya kurang etis tapi menurut ane kalau mau berbicara fakta di lapangan yaa memang ada terjadi bahwasannya di beberapa tempat, ada kejadian suara gonggongan anjing yang cukup meresahkan dan biasanya terjadi di malam hari.

Namun melihat yang terjadi beberapa hari ini dengan aksi massa yang sebagian adalah sekelompok orang yang juga menghebohkan pada saat 2017 lalu di Jakarta.
Membuat ane terusik juga.
Mau sampai kapan kelompok ini menaburkan bibit permusuhan dan bibit amarah kepada masyarakat lainnya, yang bisa saja minim literasi akan pernyataan Menag ini secara utuh.

Mereka terus menggoreng kasus ini.
Seolah-olah ini kasus yang sangat kritis banget bagi bangsa ini.


Kelompok ini menurut ane, mungkin punya pola pikir dan prinsip, bahwasannya beda dari kelompok mereka alias orang lain itu wajib sempurna alias zero mistake.
Terlebih yang tertujunya dari pihak pemerintah pusat.
Sedangkan hal tersebut berbanding terbalik dengan sikap dan perkataan mereka yang sering kali offside ketika membuat pernyataan.
Contoh saja soal paham komunis yang hingga sekarang menurut ane bak hantu belaka.
Menakut-nakuti tapi barangnya tidak berwujud.
Itu namanya teori konspirasi hantu.
Bila di tanyakan ke mereka, ane yakin 100% mereka tidak bisa menunjukan bukti yang valid dan hanya menunjuk sana kemari dengan argumen yang tak jelas pula.
Belum lagi soal kitab suci di bilang fiksi.
Mereka adem-adem saja karena satu kubu mereka.

Seperti yang ane sadurkan di atas tentang cuplikan seorang Menteri Agama di rezim ini.

Kita bayangkan lagi, saya muslim, saya hidup di lingkungan non muslim. Kemudian rumah ibadah saudara-saudara kita non muslim itu membunyikan toa sehari lima kali dengan kenceng-kenceng secara bersamaan, itu rasanya bagaimana.

Yang paling sederhana lagi, kalau kita hidup dalam satu kompleks, misalnya. Kiri, kanan, depan belakang pelihara anjing semua.


Ini bukan sedang membandingan antara adzan dan gonggongan anjing.
Tapi Menag sedang mencontohkan hal yang lain yang membuat kebisingan di tengah masyarakat.

Kalau pun terbandingkan.
Bukan pada adzannya tapi output suara yang di keluarkan yang menimbulkan polusi suara (ane mengambil istilah sedikit intelektual lah walaupun ane kurang intelektual).
Yap yang menimbulkan polusi suara kepada orang di sekitarnya.
Membuat orang lain terganggu.
Jangan juga bilang hanya iblis dan setan yang tidak suka dengan suara adzan.
Ini malah kagak nyambung dengan hal yang mau di atur oleh Kemenag.

Gini dah...

Kita kan sama-sama tau suara penyanyi Ebiet G Ade itu sangat merdu dan mendayu-dayu.
Namun suara merdu tersebut akan terdengar bising bila kita memutar lagunya kencang banget dengan bermodal sound system yang masih mono bukan stereo plus non suara ngebassnya.

Ane pernah nonton film K.H Ahmad Dahlan.
Di suatu adegan film tersebut.
Tampak Beliau mengajarkan ilmu agama dengan mencontohkan dengan alat musik biola.
Sang murid yang memainkannya dengan nada tak beraturan menjadikan suara biola tersebut terdengar tidak enak.
Kemudian Beliau yang memainkannya dengan nada yang beraturan, hasilnya para muridnya terpukau dengan alunan gesekan biola yang di lakukan Beliau.
Inilah cara syiar agama yang baik.
Segala sesuatu yang baik maka hasilnya bisa baik pula.

Cobalah melihat sesuatu dari banyak sisi.
Gunakan akal bukan emosi.
Gunakan mata tuk membacanya secara detail.
Hingga kita bisa mengambil keputusan yang tepat tuk bersikap.
Jangan mudah marah dan jangan mudah terhasut oleh orang yang marah.


Ane berharap masyarakat luas bisa menyingkapi dengan bijak bila benar-benar membaca kalimat Menag ini secara utuh dan di media pemberitaan yang utuh pula dari A hingga Z memberitakan omongan Menag ini.

Indonesia sedang tertimpa bencana wabah penyakit.
Banyak hal yang harusnya kita kerjakan dan bermanfaat tuk diri sendiri di zaman pandemi covid19 ini.
Daripada sibuk membahas sebuat pernyataan yang multi tafsir.
Yang namanya kalimat multi tafsir itu tergantung dari sudut mana yang mau di ambil.
Bila membacanya dari sudut pikiran benci, maka makna kalimat tersebut bisa saja membuat kita merasa di remehkan.
Bila membacanya dengan bijak maka makna kalimat tersebut bisa saja biasa saja, bisa saja bermakna positip dan bisa pula kalimat tersebut memang jelas meremehkan kita secara valid (terbukti jelas bukan di ranah abu-abu yang masih penuh debatable).

Ane bukan mau membela Menag akan tetapi ane mau kita ini smart dan bijaksana melihat persoalan yang ada.
Agar kita tidak terjebak dalam kubangan dosa fitnah dan membuat diri sendiri di permainkan oleh pemikiran sekelompok orang yang mudah marah selama ini.
Mereka punya akal dan kita juga punya akal.
Mereka bisa saja benar namun bisa salah menafsirkan.
Demikian pula pernyataan Menag.
Bisa benar dan bisa juga ternyata salah.
Semua masih di ranah abu-abu.
Selama kalimatnya bertujuan demi kebaikan bersama yaa udah mari kita berbaik sangka saja.

Jangan buat kehidupan diri sendiri bak layaknya pentol korek api.
Di gesek kebakar kemudian menyisakan arang di ujungnya dan biasanya di buang.
Paling mentok jadi tusuk gigi seabis makan semur daging.

Mari kita tinggalkan persoalan ini dan berbagai hasutan yang pada dasarnya dan menurut teori ane bahwa mereka marah bukan soal perbandingan yang mereka maksud namun bahan dasar amarah mereka karena aturan yang di keluarkan oleh Menag itu sendiri soal kerapian dalam syiar agama melalui Toa dan mengatur hal-hal lain yang sering memakai toa di luar mesjid.
Quote:

Diubah oleh vizum78 06-03-2022 14:53
phyu.03
bukan.bomat
isanyk
isanyk dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.7K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan