Assalamu'alaikum Sahabat Kaskuser semuanya. Hai, hai, hai, jumpa lagi, ya, dengan Enya di cerita jalan-jalan dalam negeri, mengeksplor negeri sendiri.

Keindahan alam Kota Ternate tidak pernah habisnya untuk dikulik. Tidak hanya laut dan pantai, gunung dan bukit, tempat-tempat bersejarah lainnya seperti benteng-benteng tua peninggalan bangsa Eropa yang pernah datang dan bercokol--Spanyol, Portugis, dan Belanda--juga tak bosan-bosannya untuk diceritakan.



Namun, kali ini Enya tak akan membahas tentang gunung, laut, atau benteng-benteng tersebut, melainkan mengupas sedikit tentang hasil alamnya yang sangat terkenal, yang telah membawa bangsa asing tadi datang untuk berdagang, hingga akhirnya malah berusaha mencaplok karena begitu berharganya hasil alam tersebut.

Salah satunya; cengkeh. Ya, cengkeh. Hasil alam yang tumbuh subur di daerah ini. Hingga tak salah jika ada tanaman cengkeh yang telah berusia ratusan tahun. Namun, meski sudah tua, dianggap sudah mati, meranggas dengan daun-daun yang kuning dan mengering, ternyata pohon cengkeh ini tetap saja bisa menjadi komoditi. Salah satunya tentu saja sebagai komoditi wisata yang menarik untuk didatangi.



***EHZ***

Mengenal dan mengunjungi pusat pendidikan, terutama kampus universitas negeri ataupun kampus terkenal lainnya sering menjadi agenda jalan-jalan kami. Senang rasanya berada di tempat belajar dan berkumpulnya para intelektual muda, calon-calon pemimpin bangsa. Dan saat mengunjungi kampus Unkhair (Universitas Sultan Khairun)inilah kami menemukan lokasi kebun cengkeh tua ini. Sungguh, saya dengan penuh bangga menyebutkan nama Sultan Khairun ini, seorang pahlawan yang berasal dari tanah Ternate.

Kebun cengkeh Gambesi. Letaknya tidak jauh dari Unkhair, tepatnya di belakang kampus tersebut. Bisa dicapai sekitar 15 menit saja dengan kendaraan bermotor dari pusat Kota Ternate.

Jujur, kami menemukan lokasi ini tanpa sengaja dan tanpa tahu itu pohon apa. Melihat keunikan pohon-pohon tersebut, membuat kami berhenti karena saking penasarannya.

Di situlah kami baru tahu kalau pohon yang tinggi menjulang itu ternyata adalah pohon cengkeh tua yang sudah mati dengan ranting-ranting dan pucuk-pucuk daunnya yang juga telah mengering, meski beberapa ada yang masih terlihat segar.

Kebun cengkeh ini tertata dengan sangat rapi. Rerumputan yang tumbuh di sela-selanya sangat hijau dan subur, sungguh terawat. Sebuah pondok kayu juga ada di sana, katanya sebagai tempat rehat pemilik ketika membersihkan kebun cengkeh ini.



Dari beberapa info yang kami dapat, ternyata kebun cengkeh ini merupakan properti pribadi, dan memang sudah dikenal sebagai tempat wisata, karena pemandangan yang tersaji memang sungguh sangat memesona; eksotis dan romantis. Instagramable banget, cocok untuk ber-selfi ria. Bahkan juga sering dipakai sebagai tempat foto prewedding.

Sayangnya, tidak banyak fasilitas pendukung yang tersedia. Kalau untuk sholat, ada masjid persis di belakang kebun. Akan tetapi, untuk wisata kulinernya, sepertinya kita harus membawa makanan dan minuman sendiri dari rumah, sebab saat kami datang, tidak terlihat adanya warung di sekitar lokasi.

Oh ya, jika ingin berlama-lama menghabiskan hari, saran saya, jangan lupa bawa tenda atau hammock, ya, supaya kita bisa bersantai sembari menikmati nuansa keindahan kebun cengkeh Gambesi ini.

Nah, kalau Sahabat ada rezeki berkunjung ke Kota Ternate di Provinsi Maluku Utara ini, jangan lupa menyempatkan diri datang ke kebun cengkeh Gambesi ini, selain melihat pohon cengkeh tertua di dunia, pohon cengkeh Afo di kaki Gunung Gamalama.



***EHZ***

Well, selesai sudah cerita Enya tentang tempat wisata yang unik ini. Jangan lupa, ikuti juga kisah jalan-jalan Enya di thread lainnya, ya ....

Tulisan ini merupakan opini pribadi dan foto-fotonya juga milik pribadi.

Ciayooo .... ❤❤❤