Sekarang ini semuanya seolah harus serba Korea, mulai makanan, fashion, sampai tontonan seolah harus serba Korea.Penyebabnya tak lain adalah karena Korean Wave atau gelombang Korea yang semakin menjadi-jadi. Korean Wave sebenarnya sudah pernah terjadi pada akhir tahun 2000an namun kali ini efeknya lebih besar lagi.

Produsen produk di Indonesia pun memanfaatkan tren Korea ini dengan membuat produknya berbau Korea, mulai dari mie instan rasa makanan khas Korea, sampai ecommerce yang menggunakan jasa artis-artis terkenal asal Korea Selatan. Bahkan tak sedikit anak-anak Gen Z yang belajar bahasa Korea atau malah kuliah masuk jurusan Sastra Korea dan bercita-cita tinggal di Korea.

Seolah-olah bangsa ini tunduk pada Korea dan salah satunya adalah para Youtuber yang membuat konten tentang Indonesia, memuji-muji Indonesia dan budayanya. Pasti view dan subscribenya selalu sangat banyak. Padahal tidak semua para Youtuber tersebut benar-benar mencintai Indonesia, mereka kebanyakan hanya memanfaatkan status Indonesia yang masih berflower dan kurang terkenal di mata dunia, dengan mereka membuat konten tentang Indonesia maka orang Indonesia akan banyak yang menonton karena merasa tersanjung. Pernah lihat judul seperti di bawah ini?















Ya, judul-judul.tersebut membuat banyak orang Indonesia yang nonton.

Mental Inferior dan Overproud

Salah satu penyebabnya adalah masyarakat kita yang masih banyak yang mengidap inferiority complex atau mental inferior. Butuh dan haus pengakuan karena saking kuatnya mental inlander yang diwariskan. Sebenarnya bukan hanya Youtuber Korea yang demikian, Youtuber bule juga seperti itu. Banyak Youtuber luar termasuk Korea yang memanfaatkan mental inferior dan ultra overproud untuk mencari Adsense.

Coba saja kalau ada Youtuber yang mereaksi dan pura-pura mencintai budaya negara maju, masyarakat di negara maju juga tak akan peduli dan tidak kemakan omong kosong mereka yang hanya peduli pada adsense.



Mudah sekali bukan meraih kesuksesan sebagai pria Korea? Hal ini berlaku juga buat para wanitanya.

Oke, di atas hanyalah sarkas ane dan hanya menjabarkan hal yang ironis dari kehidupan ini. Ya, sekarang kita bayangkan saja sebaliknya, orang Indonesia belajar Bahasa Korea kemudian membuat konten tentang react Korea. Mana ada yang peduli! .

Sangat ironis memang, apakah bangsa ini benar-benar inferior?